Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobing, Andrea P.H.L.
"Penelitian mengenai kategori semantis nomina hasil nominalisasi dalam bahasa Perancis berdasarkan teori Comrie dan Thompson, tujuannya adalah untuk memerikan kategori semantis nomina hasil nominalisasi dalam BP. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan nomina hasil nominalisasi yang berkata dasar verba dan adjektiva abjad dari kamus kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorisasi Comrie dan Thompson, kata dasarnya, juga berdasar sufiks yang digunakan. Comrie dan Thompson adalah 2 sarjana linguistik yang melakukan penelitian atas berbagai bahasa di dunia dan mengkategorikan hasil nominalisasi secara semantic dalam penggolongan berikut: action/state nouns [n. tindakan/keadaan], agentive nouns [n. agen], instrumental nouns [n. al manner nouns], [n. cara], locative nouns (n. lokatif), objective nouns (n. obyek), reason nouns [n. alas an] Berdasarkan penelitian, basil nominalisasi BP mencerminkan kategori semantis yang diajukan Commie dan Thompson. Tetapi dalam penelitian ini ditemukan bahwa BP mempunyai basil nominalisasi yang dapat digolongkan sebagai n. kelompok dan n. kewaktuan. Kesimpulan lain yang dapat ditarik adalah bahwa 1 sufiks dapat berada dalam beberapa kategori. Akan tetapi jenis kategori yang hanya mempunyai 1 jenis kata dasar. Dalam analisis n. tindakan dan keadaan dilakukan penelitian berdasar jenis verba, yaitu verba tindakan dan verba keadaan. Pada n. alat kata dasarnya adalah verba tindakan, sedang pada n. obyek kata dasarnya adjektiva dan verba. Kelas kata dasar n. cara, n. lokatif, n. alasan dan n. kelompok adalah verba tindakan. Pada n. agen yang berkata dasar verba agennya melakukan pekerjaan, sedang yang berkata dasar adjektiva agennya mendapat keterangan yang berkaitan dengan kata dasar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferhadius Endi
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015
440 FER n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hessusianti W. Suprapto
"Menurut Nida dan Taber (1969:12), menerjemahkan adalah memproduksi kembali teks bahasa sumber (yang selanjutnya disingkat Bsu) ke dalam teks bahasa sasaran (yang selanjutnya disingkat Bsa). Dalam memproduksi kembali teks Bsu ke dalam teks Bsa, yang mula-mula harus diperhatikan adalah maknanya (mea_nina) untuk memperoleh padanan yang terdekat. Setelah itu, yang perlu diperhatikan adalah bentuk atau gayanya (style), untuk memperoleh padanan yang wa_jar. Dengan demikian, di dalam penerjemahan, struk_tur kalimat dan pemilihan padanan kosa kata Bsa tidak boleh dipengaruhi oleh struktur kalimat dan kosa kata Bsu.
Selanjutnya Nida dan Taber (1969:3-8) mengemukakan prinsip-prinsip yang berlaku dalam terjemahan:
1) Tiap bahasa memiliki cirinya sendiri, ciri yang membedakan satu bahasa dengan bahasa lain. Bahasa Prancis (yang selanjutnya disingkat BP) misalnya, mengenal penggolongan nomina (yang selanjutnya disingkat Nom) berjenis jantan dan Nom berjenis betina, sedangkan bahasa Indonesia (yang selanjutnya disingkat BI) tidak mengenal penggolongan semacam itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rejeki Urip
"Bahasa ergatif adalah bahasa yang memperlakukan secara sama subjek intransitif dengan objek transitif dan memperlakukan secara berbeda subjek transitif (Dixon 1972: 30; Plank 1979: 4; Bechert 1987: 45-46). Martinet: (1985: 200-201) mengatakan bahwa yang menjadi ciri bahasa ergatif adalah bahwa pasien, atau mungkin lebih tepat disebut bukan pelaku, mempunyai bentuk yang sama dengan partisipan tunggal dari verba intransitif. Secara tradisional , penelitian keergatifan dilakukan pada bahasa yang secara morfologis mempunyai pemarkah kasus, misalnya bahasa Baska dan bahasa Dyirhal. Kemudian, konsep keergatifan diterapkan pada bahasa-bahasa yang secara morfologis tidak mempunyai ciri-ciri keergatifan. Penelitian pada bahasa yang tidak mempunyai pemarkah kasus telah menghasilkan berhagai kajian, antara lain kajian keergatifan bahasa inggris Ozark. Kajian ini rnenyimpul kan bahwa keergatifan pada bahasa Inggris Ozark ditandai dengan adanva keinginan penutur untuk menempatkan pasien pada subjek karena pelaku dianggap tidak bertanggung jawab penuh terhadap terjadinya peristiwa ( Foster 1979:496). Pada kajian yang lain disimpulkan bahwa hubungan pasien dengan verba lebih sentral daripada hubungan antara pelaku dengan verba (Plank 1977: 13; Woodburry 1977: 344;). Penelitian tentang keergatifan dalam bahasa Prancis ini membahas masalah urnum, yakni konstruksi dalam bahasa Prancis yang bagaimanakah dapat; dimaknai , sehagai ergatif? secara lebih rinci, masalah tersebut diuraikan sebagai berikut: (I) apa ciri donlinan keergatifan dalam bahasa Prancis, secara semanlti s atau gramati kal? (2) apakah konteks berpengaruh dalam pengkausatifan sehi ngga suatu konstruksi bisa dimakna eorgatif? (3) apakah dalam bahasa Prancis konstruksi yang bermakna ergatif sama dengan konstruksi pasif?, dan (4) apakah benar konstruksi ergatif dalam bahasa Prancis tidak prodilktif? Kalau benar, penelitian ini akan menghasilkan inventarisasi verba yang dapat digunakan dalam konstruksi ergatif yang junllahnya terbatas. Dengan hasil inventanisasi yang terbatas ini, verba-verba tersebut merupakan daftar yang terbatas jumlahnya atau daftar tertutup. Verba apa saIakah itu? Pemecahan masalah penelitlan di atas merupakan tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sumber data. Berbagai terbitan bahasa Prancis. Data yang dicatat adalah data yang berkonstruksi intransitif (Lyons 1968: 352). Ditemukan 315 data yang dicurigai bermakna ergatif. Data diubah ke dalam konstruksi kausatif. Alternasi kausatif merupakan alat yang digunakan untuk mengetes keergatifan suatu konstruksi (Levin Dan Hovav 1995: 80). Data ubahan dikonfirmasi ke penutur asli yang menjadi inforrnan dalam penelitian ini. Setelahl melalui pengetesan, didapatkan 72 data. Hasil analisis data mengungkapkan bahwa yang disebut konstruksi bermakna ergatif dalam bahasa Prancis adalah konstruksi yang menonjolkan peran pasien. Konstruksi ini berverba intransitif. Konstruksi dapat dikausatifkan. Pasangan yang terbentuk tetap mempertahankan makna verba yang dimiliki. konstruksi tidak dapat dikausatifkan karena: (1) penyebab perubahan pada konstruksi bersifat internal; (2) bermakna metaforis; (3) hasil pengkausatifan berupa pasangan kausatif palsu; (4) hasil pengkausatifan dipahami secara berbeda atas terjadinya peristiwa; (5) mempunyai makna yang berbeda dengan konstruksi berverba sama yang dapat dikausatifkan. Hasil analisis data mengungkapkan pula tidak semua konstruksi yang menggunakan verba ini dapat membentuk konstruksi bermakna ergatif. Dari 72 adta, 50 di antaranya menyiratkan adanya pelaku yang bertanggung jawab atas peristiwa yang diungkapkan oleh konstruksi tersebut. ditemukan 22 knstruksi yang menyiratkan dua kemungkinan terjadinya peristiwa, yaitu sebagai peristiwa yang dikontrol oleh pelaku atau peristiwa yang tidak dikontrol oleh pelaku (Lyons 1977: 486). Konteks dari 22 ini dipertimbangkan untuk diteliti ada tidaknya pelaku yang mengontrol peristiwa tersebut. sembilan data mengungkapkan dengan jelas siapa pelaku yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa. tiga data mengungkapkan tidak adanya pelaku yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa. dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konteks tidak banyak berpengaruh dalampengkausatifan. Tidak semua data yangdiubah dalam konstruksi pasif berterima. beberapa konstruksi yang dapat muncul dalam konstruksi pasif, mungkin masih dipahami sebagai konstrusi yang lain, yakni (1) kontruksi pasif tetapi mengalami perubahan makna, (2) konstruksi beratribut, dengan adjektiva lampau, (3) konstruksi dalam kala passe-copose, (4) konstruksi yang jarang digunakan. Jadi, dalam bahasa Prancis, konstruksi bermakna ergatif tidak sama dengan konstruksi pasif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa verba yang dapat digunakan untuk membentuk konstruksi bermakna ergatif tidak banyak. hal ini sesuai dengan pendapat Siewierska (1984: 22) yang menyatakan bahwa pada bahasa akusatif, jumlah verba ergatif tidak banyak. Namun, verba tersebut tidak dimasukkan ke dalam daftar tertutup dengan pertimbangan bahwa daftar tersebut masih bisa bertambah seiring dengan bannyaknya sumber data yang diteliti. Namun, hal ini tidaklah berarti bahwa verba ergatif dapat dimasukkan ke dalam daftar terbuka. Verba ergatif adalah verba yang digunakan secara instransitif dan transitif. Hal ini merupakan pertimbanagn untuk tidak memasukkannya ke dalam daftar terbuka. Ditemukan beberapa data yang mengungkapkan bahwa konstruksi bermakna ergatif dapat hadir bersama: (1) konstruksi pasif, (2) konstruksi berverba promominal yang bermakna pasif (3) konstruksi pasif dalam bentuk infinitif yang didahului preposisi, dan (4) konstruksi berpreposisi pour + infinitif. Dengan demikian, da[at disimpulkan bahwa bahasa Prancis mengenal konsep keergatifan.

An ergative language is a language which treats the intransitive subject and transitive object in the same way, and the transitive subject differently (Dixon 1972: 30; Plank 1979: 4; Bechert 1987: 45-46). Martinet (1985: 200-201) says that. an ergative language is characterized by a patient, or more appropriately called a nonagent, which has the same form as a single participant of an intransitive verb. Traditionally, research on ergativity was done concerning languages which morphologically have certain case markers, such as Baska and Dv.irba1. Afterwards, the concept of ergativity has been used to describe languages which morphologically do not have ergative features. Research on these languages has brought many fruitful discussions. One of them is the orgativity in Fnglish. This study concludes that ergat ivi tv in Ozark English is triggered by the desire of Orarkers to place the patient in the subject position, because the agent is not fully responsible for the situation (Foster 1979: 196). In another study, it is concluded that the rel at ion between the patient and the verb is more central than t hat between the agent and the verb (Plank 1977: 13; Woodburry 1977: 344) This research on ergat ivit:.y in French probes the general problem of what constructions types in French are called .ergative? This problem can be broken down as follows: (1.) Wh tt are the dominant features of ergat i vi ty in French, semantic or gramat ica l ? , (2) Does a context influence causat.ivizat.ion so that a construction can be called ergative?, (3) Is an ergative construction in French the same as a passive construction? (1) Is it true that an ergative construction in French is not prnclnctive? Tf it is true, this reseach will result in a inventory of limited verbs which can be used in ergative constructions. Because of the restricted inventory, these verbs belong to a restricted list or a closed list:. What verbs are they? The objectives of the research are to solve the problems of the investigations. Sources of data of the investigation used French publications. The collected data were intransitive constructions (Lyons 1968: 352). There were 315 data which were assumed as ergative. The data, then, were changed into causative constructions. Causative alternation has been claimed to he an ergative diagnostic (Levin and llovav 1995: 80). The changed data were confirmed by a native speaker who became the informant , in this study. 72 data were found by testing. The result of the data analysis shows that an ergative construction in French is a construction which emphasizes the role of patient. The construction ion has an intransitive verb. Also, it must be able to be changed into a causative construction. The formed pair must maintain their meaning."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramitarini Dewi J.
"Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam suatu masyarakat, komunikasi antarindividu di samping secara Iisan, dapat pula dilakukan secara tertulis, misalnya melalui media massa berupa surat kabar. Dalam surat kabar banyak terlihat nominalisasi dalam penyusunan berita. Bertitik tolak dari kenyataan ini, penulis tertarik untuk meneliti padanan frase nominal (FN) hasil nominalisasi afiksal bahasa Perancis (BP) dalam bahasa Indonesia (BI). Untuk melakukan penelitian ini, dalam skripsi yang berjudul Padanan Frase Nominal Hasil Nominalisasi Afiksal Bahasa Perancis dalam Bahasa Indonesia, digunakan konsep-konsep : satuan-satuan, gramatikal , nominalisasi afiksal, anafora dan katafora serta teori terjemahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa padanan FN hasil nominalisasi afiksal BP adalah berupa FN hasil nominalsasi afiksal BI (terdiri dari FN hasil nominalisasi afiksal setia dan FN hasil nominalisasi afiksal tidak setia dan bukan berupa hasil nominalisasi BI. Jenis padanan yang beragam ini mengakibatkan perubahan dalam hubungan antara FN hasil nominalisasi dan kalimat yang mengalami nominalisasi: - Dalam padanan, yang berupa FN hasil nominalisasi afiksal setia BI, terlihat kesamaan hubungan. Jika dalam BP terdapat hubungan anaforis setia, maka dalam BI juga terdapat hubungan anaforis setia. Demikian pula dengan hubungan kataforis. - Dalam padanan yang berupa FN hasil nominalisasi afiksal tidak setia BF, tidak terlihat kesamaan hubungan. Dalam BP terdapat hubungan anaforis dan kataforis setia, namun dalam DI terdapat hubungan anaforis dan kataforis tidak setia. - Dalam padanan yang bukan berupa hasil nominalisasi BI, ada yang memiliki hubungan dan ada pula yang tidak. Hubungan disini bukan hubungan yang sama dengan hubungan dalam BP antara FN hasil nominalisasi dan kalimat yang mengalami nominalisasi, tetapi ditandai dengan morfem -nya. Jika dalam BP terdapat hubungan anaforis dan kataforis, maka dalam BI hanya terdapat hubungan kataforis dengan morfem -nya sebagai penanda katafora. Jika morfem ini tidak muncul, maka tidak ada hubungan. Kemudian rnengenai struktur dan bentuk nomina dalam hubungan antara FN BP dan, FN BI. Dapat dilihat bahwa: - Jika dalam FN BP strukturnya adalah Det (Art) + N + Mod (FPrep), araka dalarn BI struktur tersebut menjadi :N + Mod (FN) + Det (_r), N + Mod (Num) + Det (_r), N + Mod (FPrep) + Det (_r)Jika dalam FN BP strukturnya adalah Det + N, maka dalam BI struktur tersebut menjadi N + Det. - Nomina yang paling banyak muncul sebagai padanan dari semua afiks pembentuk nomina BP adalah nomina BI berafiks pe-an. Selanjutanya mengenai pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam padanan FN hasil nominalisasi afiksal BP dalam BI adalah pergeseran struktur, tingkatan, kelas dan intra sistem. Akhirnya, analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam bidang terjemahan dan sintaksis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of the research: (1) to describe the construction of the noun phrase (NP) functioning as the adverbial in the engglish clause(ii) to describe the semantic role of the naoun phrase functioning as the adverbial...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam bahasa Muna dialek Mawangsa dikenal juga kelas kata nomina. Nomina dalam bahasa Muna dialek Mawasangka ada yang terbentuk dari proses afikasasi, baik yang bersifat infleksional maupun derivasional. Proses pembentukan nomina yang derivasional inilah yang disebut dengan nominalisasi, yaitu proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata lain. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan nominalisasi dalam bahasa Muna dialek Mawasangka "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Narottama Notosusanto
"Dewasa ini semakin menjamur saja buku terjemahan bahasa Indonesia dari karya-karya asing. Hal tentu sangat menggembirakan karena khazanah bacaan kita semakin kaya akan karya-karya bermutu dari seluruh penjuru dunia yang mungkin tak akan dapat dinikmati masyarakat banyak jika tidak pernah diterjemahkan. Buku-buku yang diterjemahkan itu terdiri atas berbagai karya ilmiah maupun beragam buku fiksi, baik fiksi populer maupun buku-buku sastra. Khusus mengenai terjemahan karya fiksi, penulis melihat bahwa buku-buku terjemahan di bidang ini yang didominasi terbitan PT Gramedia lebih banyak mengeluarkan terjemahan novel-novel populer karya pengarang-pengarang seperti Agatha Christie, Sidney Sheld ataupun Frederick Forsyth yang kurang bobot sastranya. Memang ada penerbit-penerbit seperti Pustaka Jaya yang masih setia menerbitkan terjemahan karya pengarang-pengarang legendaris seperti Dumas, Gogol, Hemingway dan sebagainya; juga Yayasan Obor yang belakangan ini banyak memunculkan karya sastrawan dunia yang kurang populer di. Indonesia. Namun persentase keberadaan buku-buku sastra ini masih sangat sedikit dibanding novel-novel populer yang disebut di atas. Kenyataan di atas tidak terlihat pada dunia buku terjemahan anak-_anak. Meski juga dipadati buku-buku populer seperti serial Lima Sekawarv clan Trio Detektif, buku-buku terjemahan untuk anak-anak juga mencakup terjemahan karya-karya klasik seperti Huckleberry Finn dan Tom Sawyer karangan Mark Twain, Robinson Crusoe karya Daniel. Defoe, ataupun Gulliver's Travels ciptaan Jonathan Swift. Rupanya penerjemah buku untuk anak-anak Indonesia lebih sadar untuk menerjemahkan buku-buku klasik bermutu dibanding penerjemah buku cerita untuk orang dewasa. Tetapi bukan hal itu yang mendorong penulis untuk membuat skripsi ini. Penulis tertarik akan adanya sejumlah karya yang tidak saja diterjemahkan oleh seorang penerjemah, tapi oleh beberapa penerjemah dan diterbitkan oleh penerbit berlainan. Contohnya The Three Musketeers karangan Dumas yang paling sedikit sudah muncul dalam dua versi Indonesia: Tiga Pengawal dan Tiga Pendekar. Sebut juga Emil and the Detectives karangan Erich Kastner yang tahun 1979 diterbitkan Gramedia sebagai Emil Jo-di Detektif. Kini sudah muncul lagi Erich dan Para Detektif Cilik. Contoh lain adalah buku klasik karangan Frances Hodgson Burnett, The Secret Garden, yang penulis jadikan korpus skripsi ini. Dalam jangka waktu relatif singkat, dua versi terjemahan dari buku tersebut diedarkan dua penerbit berbeda, yakni Kebun Rahasia yang diterbitkan Gramedia dan Taman Rahasia yang diterbitkan Dian Rakyat. Fenomena ini sebenarnya tidak berlaku hanya pada terjemahan buku anak-anak saja, melainkan. juga pada sejumlah karya sastra klasik umum. Beberapa tahun lalu, harian Kompas pernah memuat cerita pendek terkenal karya Hernando Tellez, Just Lather, That's All yang diterjemahkan sebagai Aku Hanya Tukang Cukur. Karya ini juga pernah diterjemahkan penerjemah lain dengan judul yang lebih harfiah: Hanya Busa, itu Saja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wulan Sari
"Makna unsur pembentuk dari kata majemuk tidak selalu dipertahankan lam makna kata majemuk sehingga kata majemuk dapat dibagi menjadi tiga jenis, itu kata majemuk nonidiomatis, semiidiomatis, dan idiomatis. Kata majemuk 1nidiomatis adalti kata majemuk yang mempertahankan makna seluruh unsur nbentuknya; kata majemuk semiidiomatis adalah kata majemuk yang hanya lempertahankan makna sebagian unsur pembentuknya; kata majemuk idiomatis lalah kata majemuk yang tidak mempertahankan makna unsur-unsur mbentuknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gejala semantis apa saja yang ;rjadi pada unsur pembentuk kata majemuk. Teori yang digunakan untuk tenganalisis data adalah teori analisis komponen makna (Nida & Taber, 1977), ietafora (Tutescu, 1979), metonimi _ sinekdok (Tutescu, 1979), kata majemuk Martinet, 1979), serta jenis kata majemuk (Kridalaksana, 1989). Penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan. Data diperoleh dari kamus ;kabahasa Le Nouveau Petit Roberts (2002), yaitu sebanyak 73 buah kata majemuk iominal tete. Kamus yang sama juga dipergunakan untuk menganalisis makna dan Komponen makna kata majemuk beserta unsur-unsur pembentuknya. Ketika makna"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yang Nurina Tadesa
"Penelitian mengenai nomina takrif dalam bahasa Arab ini pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri nomina takrif dalam bahasa Arab dan perilaku sintaktisnya, sehingga dapat lebih memahami nomina takrif dalam bahasa Arab tersebut. Pengurnpulan data dilakukan melalui pencarian secara acak pada AI-Qur'an dengan menggunakan program Holy Qur'an versi ketujuh. Data yang digunakan berupa kalimat yang mengandung nomina takrif. Setelah terkumpul, data tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan penggunaan determinatornya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nomina takrif dalam bahasa Arab dapat berupa nomina takrif tanpa determinator dan nomina takrif dengan determinator. Nomina takrif tanpa determinator terdiri dari pronomina, pronomina relatif, pronomina demonstratif, dan nama Sedangkan nomina takrif dengan determinator terdiri dan nomina yang disertai oleh artikel al-, determinan pada suatu aneksasi, dan interjeksi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>