Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Lestari
"Setiap bahasa pada dasarnya mempunyai sistem sendiri dan cara untuk mengungkapkan gagasan sendiri. Itu sebabnya bahasa dikatakan bersifat unik. Namur, ternyata ada hal-hal yang sama terdapat pada dua bahasa yang berbeda. Misalnya, orang menemukan unsur-unsur leksikal seasal di dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, padahal kedua bahasa tersebut tidak berkerabat. Pada umumnya unsur-unsur leksikal seasal, misalnya demonstration - demonstrasi, devaluation - devaluasi, embarcation - embarkasi, dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Kenyataannya, makna dari embarcation berbeda dengan makna dari embarkasi. Untuk menggambarkan persamaan den perbedaan makna unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, skripsi yang berjudul Unsur-unsur Leksikal Seasal Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia ini menggunakan metode analisis kontrastif dan teori-teori polisemi dan monosemi.
Hasil dari pembandingan makna unsur-unsur leksikal seasal menunjukkan bahwa persamaan unsur-unsur leksikal tersebut adalah: (1) Unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia bersifat polisemis dan monosemis; (2) Makna pada umumnya 'perbuatan' atau 'hasil dari suatu tindakan'; (3) Ada beberapa unsur leksikal memiliki makna yang sama dan disebut sebagai seasal asli.
Perbedaan unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia ialah: (1) Pada umumnya, makna unsur leksikal bahasa Prancis lebih banyak (polisemis) daripada makna unsur leksikal bahasa Indonesia; (2) Sebagian besar pasangan leksikal seasal Prancis-Indonesia adalah seasal sebagian, maksudnya ada makna yang sama dan ada makna yang berbeda; (3) Sebagian kecil unsur-unsur leksikal seasal tersebut berbeda makna dan disebut seasal palsu. Karena sebagian besar pasangan leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia adalah seasal sebagian, secara umum dapat disimpulkan bahwa makna dari unsur-unsur leksikal tersebut berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjahjati D. Gondhowiardjo
"Di dalam kehidupan, manusia perlu berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi ialah sesuatu amanat yang diberikan oleh satu pihak dan dimengerti dengan baik oleh pihak kedua (Vanoye 1973:13). Komunikasi ini mula-mula terjadi hanya dengan berhadapan muka, tetapi di zaman sekarang ini, komunikasi lisan antara satu individu atau sekelompok lain dapat dilakukan juga melalui telepon, radio atau televise.
Di samping komunikasi lisan, di masa kini ada juga komunikasi tertulis. Untuk cara ini, komunikasi terjadi dengan surat, telegram atau tanda-tanda tertentu seperti morse, steno dan lain-lain. Secara lisan atau tertulis, komunikasi hanya dapat terlaksana kalau pihak yang menerima dan selanjutnya disebut P2 dapat menangkap amanat yang diberikan oleh sipengirim yang selanjutnya disebut P1. Bila P2 tidak memahami kode yang dipakai P1 maka usaha P1 akan sia-sia_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S13833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Linawati Sumarto
"satu dengan yang lain dapat dilakukan di samping secara lisan dan berhadapan muka, dapat juga melalui tulisan, gerakan-gerakan, telepon, radio atau televisi. Iklan sebagai salah satu alat mempro;no sikan barang atau j asa dapat juga dianggap sebagai alat komunikasi yang menghubungkan produsen dan konaumen. Setiap komunikasi bertujuan menyampaikan suatu amanat, Di dalam setiap komunikasi, yang menyampaikan amanat disebut pengirim, sedangkan yang menerima amanat disebut penerima (Vanoye, 1973: 13-15). Dalam hal iklan, produsen dan penjual seba_gai pihak yang menawarkan barang adalah pengirim, sedangkan (calon) pembeli adalah penerima."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Morita
"Telaah terjemahan unsur-unsur leksikal bahasa Jawa ke dalam bahasa Inggris ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perbedaan latar belakang budaya antara dua bahasa akan menimbulkan masalah bagi penerjemah dalam mencari padanan yang tepat. Di samping itu, telaah ini bertujuan pula untuk membuktikan bahwa dalam setiap kegiatan terjemahan hampir selalu terjadi pergeseran makna atau pergeseran struktur. Data yang berupa unsur-unsur leksikal bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Inggris diambil dari roman Burung-Burung Manyar karya Y.L. Mangunwilaya, beserta terjemahannya dalam bahasa Inggris, yaitu The Weaverbirds yang dialihbahasakan oleh Thomas M. Hunter. Pemilihan data untuk analisis dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa unsur-unsur leksikal bahasa Jawa ter-rebut telah mewakili seluruh unsur leksikal bahasa Jawa yang terdapat dalam roman tersebut, dan telah mencerminkan latar belakang budaya dan masyarakat Jawa. Analisis dilakukan dengan melihat dan membandingkan komponen makna yang dimiliki oleh masing-masing unsur leksikal bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penulis juga menelaah cara-cara yang dipakai oleh penerjemah dalam mengalihkan isi pecan teks somber ke dalam bahasa sasaran, Berta kemungkinan pergeseran yang teriadi akibat digunakannya cara-cara tersebut. Analisis ini memperlihatkan bahwa ada tiga buah cara menerjemahkan yang terdapat di dalam The Weaverbirds, yaitu; 1) modifikasi kata generik, 2) modifikasi kata asing, dan 3) padanan pengganti kebudayaan. Dua cara pertama digunakan terutama untuk unsur-unsur leksikal yang tidak ada padanannya di dalam bahasa Inggris. Sementara itu, timbulnya pergeseran makna dan struktur dapat dipahami, karena adanya perbedaan kebudayaan yang melatarbelakangi bahasa Sawa dan bahasa Inggris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Arinta Swasti
"Penelitian ini bertujuan memerikan unsur-unsur agama Katolik dalam BP dan padanannya dalam BI, serta masalah penerjemahannya. Konsep yang digunakan dalam analisis adalah konsep kebudayaan, karena unsur agama Katolik merupakan bagian dari unsur kebudayaan; konsep semantik; dan konsep penerjemahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerjemahan unsur-unsur agama Katolik BP yang terdiri dari unsur emosi religius, sistem keyakinan, ritual, serta umat dan organisasi sosial; ke dalam BI, tidak mengalami hambatan yang besar. Dalam menerjemahkan unsur bahasa yang mengungkapkan unsur emosi religius, tidak ditemukan hambatan sama sekali, karena emosi religius bersifat universal.
Hambatan dalam penyebutan nama-nama yang bersifat Ketuhanan yang merupakan bagian dari sistem keyakinan juga tidak besar. Hal tersebut terjadi karena walaupun hanya dipeluk oleh segolongan kecil masyarakat Indonesia, namun agama Katolik sudah lama tumbuh di Indonesia. Dengan demikian, masalah yang dihadapi oleh penerjemah, tidak berarti jika dibandingkan dengan masalah pener_jemahan nama-nama yang bersifat Ketuhanan pada masyarakat Afrika yang masih primitif. Selebihnya, hambatan yang berasal dari sistem keyakinan tidak besar, karena unsur sistem keyakinan dalam BP tersebut juga dimiliki oleh masyarakat Katolik BI.
Hambatan terbesar muncul dari penerjemahan unsur BP yang mengungkapkan unsur ritual. Hambatan tersebut terjadi karena manifestasi agama Katolik yang diwarnai adat istiadat khas Parallels. Kenyataan tersebut juga tercermin dalam kosakata-kosakata BP yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Dalam penerjemahan unsur BP yang mengungkapkan unsur umat dan organisasi sosial, hambatan yang muncul tidak terlalu besar. Dalam hal ini terlihat kecenderungan pe_nerjemah untuk mempersamakan unsur bahasa yang meng_ungkapkan unsur umat dan organisasi sosial yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan.
Pada umumnya, hambatan tersebut dapat diatasi dengan melakukan prosedur pemadanan kontekstual dan prosedur penerjemahan modulasi. Hambatan yang dialami penerjemah mengakibatkan penerjemahan unsur agama Katolik BP secara tidak memadai ke dalam BI. Namun jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan unsur agama Katolik BP yang diterjemahkan secara memadai ke dalam BI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Indiyastini
"Paragraf hortatori dalam bahasa jawa merupakan salah satu jenis paragraf yang berisi nasihat. Paragraf ini, dalam wujudnya, merupakan sebuah struktur yang dibentuk bleh unsur-unsur yang berupa kalimat-kalimat, baik kalimat topik yang berisi gagasan pokok, maupun kalimat pengembang yang berupa kalimat penjelas dan kalimat penegas. Susunan unsur itu membentuk struktur yang bervariasi. Untuk menganalisis paragraf itu digunakan teori struktural dengan metode dan teknik menurut Sudaryanto (2004). Pada pembahasan ditemukan struktur paragraf hortatori yang terdiri atas kalimat topik- kalimat penjelas; kalimat topik- kalimat penjelas- kalimat penegasi transisi kalimat topik - kalimat penjelas; transisi-kalimat topik - kalimat penjelas - kalimat penegas; kalimat penjelas- kalimat penegas- kalimat topik. Dilihat dari satuan-satuan lingual tertentu yang mengisi kalimat-kalimatnya dapat diketahui berbagai ciri paragraf hortatori."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
407 WID 41:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Suryawati Mulya
"Obyek dan datif adalah dua bentuk perluasan yang mengikuti verba transitif. Kedua fungsi tersebut diteliti dengan menerapkan teori fungsional kedalam Bahasa Francis dan Bahasa Indonesia. Analisis kontrastif digunakan untuk meneliti persamaan dan perbedaan posisi obyek dan datif Bahasa Francis dan Bahasa Indonesia.Verba transitif yang diteliti diambil dari Le Eran.gai EE nd - mental Premier Des,re dan kalimat-kalimat afirmatif yang dijadikan contoh diambil dari Kamus Dasar Francis-Indonesia dan Dictionnaire des Yerhes Frari ais.Fungsi obyek dan datif diisi oleh nomina dan pronomina kemudian diteliti posisi yang dapat diambil dalam kalimat Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia.Dari basil penelitian didapatkan bawwa posisi yang dapat diambil oleh obyek dan datif adalah SPO, SOP, SPDO, SPOD, SODP dan SDOP untuk Bahasa Francis serta SPO, SPOD dan SPDO untuk Bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kusumaningtyas
"Penelitian dilakukan melalui penelitian kepustakaan, yaitu dengan menggunakan kamus ekabahasa bahasa Prancis dan kamus ekabahasa bahasa Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tepat, kurang tepat atau menyimpangnya padanan serta terpenuhi atau tidaknya fungsi contoh pada contoh-contoh yang disajikan. Pengumpulan data dengan memilih satuan leksikal bahasa sumber (bahasa Indonesia) yang bertanda nomina dan yang berasal dari bahasa Jakarta dalam Kamus Umum Indonesia - Prancis. Data yang diperoleh berjumlah 56 satuan leksikal dengan 107 padanan dan 56 contoh. Data tersebut dikelompokkan menurut konsep nomina yang dikemukakan oleh J. Dubois (1961. 17) dan Harimurti Kridalaksana (1986: 667). Pengelompokan tersebut digunakan sebagai data yang menunjang analisis padanan maupun analisis contoh. Penelitian terhadap padanan dilakukan dengan menggunakan teori analisis sem yang dikemukakan oleh Tutescu (1979: 75). Penelitian terhadap contoh dilakukan dengan menggunakan teori mengenai fungsi contoh yang dikemukakan oleh Al-Kasimi (1977: 70 dan 91) dan teori contoh yang dikemukakan oleh Zgusta (1971: 264, 265 dan 298) serta yang dikemukakan oleh Rey-Debove (1971: 258). Hasil analisis padanan menunjukkan bahwa 67,3% dari padanan yang diberikan merupakan padanan yang tepat, 30% untuk padanan yang kurang tepat, dan 3,7% bagi padanan yang menyimpang. Sedangkan basil analisis contoh menunjukkan bahwa 32,1 % dari contoh rang diberikan adalah contoh yang memenuhi fungsi, 64,3 % adalah contoh yang kurang memenuhi fungsi, dan 3,6 % adalah contoh yang tidak memenuhi fungsi. Gambaran di atas menunjukkan bahwa: 1. Padanan yang diberikan untuk satuan leksikal nomina yang berasal dari bahasa Jakarta sebagian besar tepat. Ketepatan disebabkan karena adanya satuan leksikal, dalam bahasa Prancis, yang memiliki makna yang sama dengan satuan leksikal dalam bahasa Jakarta. 2. Contoh-contoh yang disajikan dalam kamus ini sebagian besar kurang memenuhi fungsi bagi pemakai kamus, seperti terlihat berikut ini: a. pemakai kamus yang berbahasa ibu bahasa Prancis tidak dapat mendeskripsikan satuan leksikal BSu karena contoh yang diberikan tidak memuat makna utama melainkan makna kiasan; b. pemakai kamus yang berbahasa ibu bahasa Indonesia dan pemakai kamus yang berbahasa ibu bahasa Prancis tidak dapat memproduksi teks yang berupa kalimat atau frasa karena contoh yang diberikan berupa beberapa kata yang dihubungkan dengan kata sambung 'dan'; c. pemakai kamus yang berbahasa ibu bahasa Prancis tidak dapat memperoleh informasi semantik karena contoh yang diberikan tidak mengandung kata-kata yang dapat memperjelas makna satuan leksikal yang dimaksud; d. pemakai kamus yang berbahasa ibu bahasa Indonesia tidak dapat membedakan makna dari padanan-padanan yang polisemi karena contoh yang disajikan hanya berkaitan dengan satu makna. Satuan leksikal yang berasal dari bahasa Jakarta yang mengacu pada benda sebaiknya diteliti dan diperbaiki kembali dengan pertimbangan bahwa kamus ini adalah kamus umum yang ditujukan untuk masyarakat luas dan untuk memenuhi kebutuhan pertukaran hubungan internasional. Ada baiknya penyusun kamus memperhatikan anal isis makna satuan leksikal BSu dengan tepat sehingga padanan menjadi tepat walaupun padanan itu berbentuk penjelasan atau terjemahan dari keterangan penjelas mengutamakan contoh-contoh yang bermakna utama dahulu setelah itu makna kiasannya; menyelidiki contoh-contoh yang disajikan yang berupa kalimat atau frasa yang dapat memperjelas perbedaan makna untuk padanan yang polisemi maupun memberikan informasi semantik satuan leksikal BSu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Skripsi ini berisi tentang sebuah studi penerapan teori penyusunan definisi. Pesatnya perkembangan bidang otomotif di Indonesia yang tidak didukung oleh kamus yang berisi istilah otomotif beserta definisinya mendorong disusunnya skripsi yang bertujuan untuk memperoleh definisi istilah otomotif dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia bagi orang yang awam dalam bidang itu. Hasilnya, 25 istilah otomotif dalam bahasa Prancis dan 33 istilah dalam bahasa Indonesia berhasil dibuatkan definisinya dengan berpedoman pada teori definisi Jacqueline Picoche yang dituangkan dalam Precis de lexicologie francaise (Paris: 1977)."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S14317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Mara
"Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi. Dengan bahasa, orang dapat menyampaikan pikiran maupun peraaaannya kepada orang lain. Dengan bahasa pula, orang dapat mewarisi, menerima atau menyampaikan pengalaman dan pengetahuan. Bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan. Karena di dunia ini tidak ada kebudayaan yang sama, maka tidak pula dijumpai dua bahasa yang seragam benar. Bahasa ber_beda karena sistemnya berbeda, artinya bentuk atau pole bahasa yang satu belum tentu terdapat pada bahasa yang lain (Weinreich, 1967:1-2). Meskipun bentuk atau pola bahasa yang satu berbeda dengan bentuk atau pola bahasa yang lain, seringkali pesan yang disampaikan adalah sama. Misalnya dapat dilihat pada contoh bahasa Prancis dan bahasa Indonesia berikut ini. Dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disebut BI) ki-ta mengatakan Saya merindukan ibu, dan untuk menyampai_kan pesan yang sama dalam bahasa Prancis (selanjutnya disebut BP) kita akan mengatakan Ma mere me mangue. Pe_san kedua kalimat di atas sama, tapi cara mengungkapkannya berbeda. Dalam BI yang ditonjolkan adalah saya, se_dangkan dalam BP yang ditonjolkan adalah ibu (Ma mare. Dari contoh di atas jelaslah bahwa BP dan BI adalah dua bahasa yang masing-masing mempunyai sistem maupun strukturnya sendiri. Dalam BP dan BI sering dijumpai adanya bentuk kali_mat negatif, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Di atas telah dikatakan bahwa BP dan BI memi_liki sistem maupun strukturnya masing-masing, demikian pula halnya dengan struktur kalimat negatif kedua bahasa tersebut. Pada kalimat negatif BP di atas kita lihat bahwa unsur negatifnya ada dua, yaitu ne dan pas yang mengapit verbs. Sedangkan pada kalimat negatif BI terlihat bahwa unsur negatifnya hanya satu, yaitu tidak, yang berada di muka verba."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>