Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191431 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I.R. Tjandrakesuma
"Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini sangat banyak jumlahnya dan bahasa-bahasa tersebut tergolong ke dalam berbagai macam rumpun bahasa. Menurut kamus Bahasa dan Linguistik yang disusun oleh R.R.K. Hartmann dan F.C. Stork, ada lebih dari 2000 bahasa di dunia ini dan semuanya digolongkan ke dalam lebih dari tiga belas rumpun bahasa, yaitu: Indo-Eropa, Dravidian, Sino-Tibetan, Ural-Altaic, Hemito-Semitic, African, Malaya-Polynesia, American-Indian dan kelompok lain-lain yang terdiri dari: Japanese, Mon-Khmer, Caucasian, Australian, Papua dan lain-lain (Hartmann & Stork, 1973:267).
Dalam masa modern ini, perhubungan antara suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi lebih erat. Mereka saling berhubungan baik karena alasan geografis, politis, ekonomis, kultural maupun keagamaan. Perhubungan yang erat ini dijalin dengan suatu alat komunikasi yang utama yaitu bahasa. Jika kedua bangsa yang saling berhubungan itu tidak saling mengetahui bahasa mereka masing-masing, maka bahasa pihak ketigalah yang dipergunakan sebagai alat perhubungan itu. Sebagai contoh, alat komunikasi yang dipakai antara bangsa Indonesia dan Jepang bukanlah bahasa Indonesia atau Jepang, melainkan bahasa Inggris (Cokrowinoto, 978: 1; Maulana, 1978:1)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaret J.A. Malik
"Sesuai dengan judulnya, Perbedaan Pemakaian ala Lampau Simpel dan Aspek Perfektum Kini untuk Menunjukkan Waktu Lampau dalam Bahasa Inggris Inggris, dalam skripsi ini dibedakan antara bentuk Lampau Simpel (Simple Past) - yang merupakan sebuah kala - dan Perfektum Kini (Present Perfect) - yang merupakan sebuah aspek. Namun sebelum penulis menyinggung kedua bentuk ini terutama perbedaannya - di Bab I dimasukkan pula jenis-jenis verba sesuai dengan fungsinya, yaitu verba utama dan verba bantu. Setelah menyinggung verba, maka dibahas pula kombinasi verba utama dan verba bantu dalam membentuk frasa verba. Hal ini penting mengingat bentuk perfektum kini merupakan frasa verba yang bersifat kompleks, sedangkan bentuk lampau simpel, sesuai namanya, bersifat simpel. Selanjutnya, kita masuk ke salah satu dasar dari pokok bahasan utama, yaitu kala. Untuk ini penulis memilih pembagian dari Jespersen (1958) yang berjumlah tujuh buah, dengan tiga titik waktu utama (lampau, kini, mendatang) sebagai pusat dan empat lainnya sebagai sub-ordinat (sebelum-lampau,sesudah lampau, sebelum-mendatang, sesudah-mendatang). Kemudian barulah kala lampau itu sendiri dibahas. Jumlahnya ada lima, yaitu titik khusus di waktu lampau, sebuah kurun waktu di waktu lampau yang masih berlangsung hingga kini, sebuah kurun waktu di waktu lampau yang telah selesai, sebuah kurun waktu diwaktu lampau yang belum selesai, sebuah kurun waktu di waktu lampau dengan titik relevan di waktu lampau pula.Setelah membahas kala, barulah dibahas aspek. Dalam bahasa Inggris ada dua oposisi aspektual, yaitu antara Progresif dan Non-Progresif, serta Perfektum dan Non-perfektum. Selain itu, ada pula aspek khusus untuk menunjukkan kebiasaan di waktu Lampau. Untuk aspek Perfektum dan Non-perfektum hanya dibahas sekilas sebagai perkenalan karena maknanya yang lebih mendetil dibahas secara khusus di bab berikutnya.
Selanjutnya di Bab II, sebelum menyinggung perbedaan pemakaian kedua bentuk ini, terlebih dahulu dibahas kelas-kelas verba ditinjau dari maknanya. Kelas verba ini ada dua: verba peristiwa dan verba keadaan. Kemudian pemakaian kala lampau simpel diperinci menjadi empat kategori: untuk waktu yang takrif di waktu lampau lampau, untuk kurun waktu di waktu lampau yang tak ada hubungannya dengan waktu kini, untuk kebiasaan di waktu lampau, dan untuk mengacu ke waktu kini dan mendatang. Pemakaian aspek perfektum kini, di lain pihak, membicarakan hal-hal di waktu lampau yang masih berlangsung hingga kini, atau menunjukkan telah selesainya suatu kejadian namun akibatnya masih ada atau terasa. Selain itu, ia dipakai pula dengan bentuk-bentuk khusus dan untuk memulai sebuah percakapan atau wacana.
Di Bab III kedua bentuk ini dicari perbedaan pemakaiannya.Ternyata ada tiga, yaitu waktu yang takrif di waktu lampau untuk kala lampau simpel dan waktu yang tak takrif untuk perfektum kini, kelanjutan ke waktu kini untuk perfektum kini dan tak adanya kelanjutan itu untuk kala lampau, serta akibat di waktu kini untuk perfektum kini dan tidak adanya akibat itu untuk kala lampau simpel. Kedua bentuk ini, walau tidak ada persamaannya, namun ada pula pemakaiannya yang tumpang tindih. Berarti ada kemungkinan menggunakan salah satu untuk keduanya dalam beberapa hal khusus, misalnya dalam konstruksi non-finit.Sebagai penutup, disinggung pula pemakaian adverbia waktu untuk keduanya. Ternyata ada kelompok adverbia yang telah tetap pemisahan pemakaiannya, namun ada pula yang mungkin dipakai keduanya, asalkan jelas tolak ukurnya, dengan mengingat perbedaan utama keduanya yang sudah dibahas di bab-bab sebelumnya.Demikianlah abstrak skripsi yang bertema central gramatika ini. Kiranya akan ada manfaatnya bagi yang berminat akan hal ini atau dapat menjadi sebagian bahan acuan bagi yang membutuhkannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabariati Rahardjo
"Bahasa merupakan alat yang ampuh dalam berkomuni_kasi. Dengan bahasa seseorang mampu menyampaikan pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, harapan dan sebagainya kepada sesamanya. Segala kegiatan manusia akan lumpuh tanpa bahasa. Bahasa dibuat oleh dan untuk manusia. Itulah sebabnya maka pembentukan bahasa erat hubungannya dengan perorangan, masyarakat dan alam sekitar manusia yang mem_bentuk dan menggunakannya. Dan itu pula sebabnya di dunia ini terdapat berbagai bahasa (Poerwadarminta, 1979: 5).Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu, dan hal inilah antara lain yang menyebabkan terjadinya komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain yang berada di luar lingkungan masyarakatnya masing-masing. Namun demikian komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, karena tidak semua orang menguasai bahasa yang lain di samping bahasanya sendiri. Di sinilah pentingnya pekerjaan menerjemahkan. Karena dengan menbaca suatu karya terjemahan yang baik, kita akan lebih cepat memahami kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakang masing-masing"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S13410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya F. Suratmas
"Berdasarkan hasil analisis pada bab terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mendapatkan terjemahan yang baik, KGR BSu tidak selalu harus diterjemahkan menjadi KGR juga dalam BSa. Struktur kalimat BSu dapat dipakai dalam BSa dengan tidak menimbulkan ketidakwajaran atau kekakuan. Jenis KGR yang terdapat dalam kelompok ini ialah who, which, dan that, yang mempunyai peran subjektif dalam klausa relatif; which yang mempunyai peran objektif dalam klausa relative yang kata kerjanya berbentuk pasif; where; dan KGR dengan konstruksi preposisi + KGR yang dapat disamakan dengan KGR where karena menunjukkan tempat juga. Who, which dan that diterjemahkan menjadi KGR yang, sedangkan where dan preposisi + KGR, yang dapat disamakan dengan KGR where, diterjemahkan menjadi KGR di mana atau tempat_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Wardini
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat problematika penerjemahan cerita rakyat lokal Indonesia dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. Obyek penelitian ini adalah empat buah cerita rakyat lokal Indonesia yang berdwibahasa, yakni Timun Emas, Jaka Tarub, Keong Emas dan Putri Tandanpalik. Selanjutnya, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan beberapa teori, seperti teori penerjemahan, teori trangresif, teori analisis wacana, teori folklor, dan teori sintaksis. Penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa perbedaan bahasa dan budaya dalam dua bahasa dapat menyebabkan kesalahpahaman, prasangka dan serta kendala dalam penyampaian nuansa yang mengandung nilai tradisional dan budaya yang melatarbelakangi bahasa dan budaya bersangkutan karena tidak adanya latar belakang pengetahuan bersama antara pembaca sumber dan pembaca sasaran.

This study aims to look at the problem of the translation of Indonesian local folklore which is in Indonesian and English. The subjects of this study are four Indonesian folklores in bilingual texts, which are Golden Cucumber, Jaka Tarub, Golden Snail, and Princess Tandanpalik. Furthermore, this study is a qualitative study that uses several theories, such as translation theory, transgressive theory, theory of discourse analysis, theory of folklore, and theory of syntax. This study has generated a conclusion that the differences between language and culture in two languages can lead to misunderstanding, prejudice and obstacles in delivering nuances of the traditional and cultural values underlying the language and culture used because of the absence of shared knowledge background between the source readers and the target readers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S97
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melani Ekasari
"Penerjemahan adalah kegiatan kebahasaan yang memproduksi kembali pesan yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan menggunakan padanan yang terdekat dan wajar, balk dari segi makna maupun gaya (Nida dan Taber, 1974:12). Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat bahasa tertentu dan masyarakat bahasa lain_nya. Dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis, kita sering menyatakan alasan atau sebab dari suatu hal. Agar dalam suatu kalimat jelas terlihat hubungan sebab akibat (kausal) digunakan ungkapan sebab. Setiap bahasa mempunyai cara yang berbeda untuk menyatakan sebab. Dilihat secara sekilas dari teks-teks bahasa Prancis (BP) dan bahasa Indonesia (BI), tampaknya ungkapan sebab dalam BP lebih bervariasi dari pada ungkapan sebab BI. Misalnya, dalam BP ditemui ungkapan sebab car, parce que, puisgue, a cause de, comma, faute de, a force de, en raison de, sous pretexte que dan lain-lain. Dalam BI ungkapan sebab yang sering digunakan ialah karena dan sebab. Kenyataan di atas menarik untuk diteliti lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliani Regar
"ABSTRAK
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata telah diterjemahkan ke dalam lebih dari tiga puluh bahasa. Dalam proses penerjemahan, istilah agama dapat menjadi kendala. Melalui metode deskriptif kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan penerjemahan istilah-istilah agama dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda. Dari hasil analisis dapat diketahui prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan istilah-istilah agama tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur penerjemahan yang paling banyak digunakan dalam penerjemahan istilah-istilah agama, baik ke dalam bahasa Inggris maupun Belanda, adalah couplets, yaitu penggabungan dua prosedur penerjemahan yang berbeda.

ABSTRACT
The novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata has been translated into more than thirty languages. In the process of translation, religious terms can cause translation problems. By using qualitative descriptive method, this research aims to describe the translation of religious terms in the novel Laskar Pelangi into English which is then translated into Dutch. From the analysis, translation procedures used by translators in translating the religious terms can be identified. The results show that the most widely used translation procedure for translating religious terms both into English and Dutch is couplets, which combine two different translation procedures."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pratiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk memerikan padanan sintem komposisi nominal Bahasa Prancis dalam Bahasa Indonesia dilihat dari bentuk dan sifat padanannya.
Penelitian dilakukan melalui pustaka . Data diperoleh dengan cara mencuplik unsur bahasa Prancis yang berbentuk sintem komposisi nominal dalam buku Le Jongleur a LEtoile, dan dan terjemahannya Pemain MandlinBerbintangEmas serta L'Ingenu dan terjemahannya Si Lugu. Kemudian sintem-sintem komposisi nominal dan padanannya tersebut dianalisis.
Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori terjemahan, satuan-satuan sintaksis dan wawasan semantik.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa padanan sintem komposisi nominal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia dapat berbentuk monem, sintem reduplikasi, sintem derivasi, sintem komposisi, sintagma dan klausa. Sebagian besar padanan sintem komposisi nominal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia memadai dilihat dari konteks itu sendiri maupun dengan bantuan catatan kaki. Akan tetapi masih ada padanan yang kurang memadai dan tidak memadai.

"
1990
S14546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Irma Palenkahu
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah mencari padanan dinamis terjemahan kala kini dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia khusus untuk teks terjemahan siaran TVRI 'Dunia Ilmu Pengetahuan'. Sampel yang diteliti untuk bahan analisis berupa teks sumber siaran 'Dunia Ilmu Pengetahuan' sebanyak lima kali penyiaran. Teori Nida dan Wonderly (1968) dipakai dalam analisis teks penerjemahan dari segi teknik penerjemahan. Sedangkan untuk pembagian kala, penulis menggunakan teori Quirk (1972) dan Frank (1972). Hasil yang didapat dari analisis ini adalah padanan dinamis kala kini dalam bahasa Indonesia yaitu zero dan kopula. Keterangan waktu yang sering kali mengikuti suatu pernyataan, pertanyaan, ataupun perintah sangat membantu untuk dapat mengidentifikasikan suatu kalimat yang berkala."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Indraputra
"Setelah penulis melakukan penelitian secara deskriptif dan menerjemahkan secara langsung kata tanya dore, doko dan do_chira ke dalam BI, penulis berkesimpulan; Dore, doko dan dochira yang disebut girmonshi atau interogativa, menurut istilah umumnya dalam BI disebut kata tanya adalah kata yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin di_ketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang ingin diketa_hui pembicara. Apa yang ingin diketahui dan apa yang dikukuhkan itu disebut anteseden yang selamanya berada di luar kalimat pertanyaan. Oleh karena itu, biasanya kata tanya digunakan di_dalam kalimat pertanyaan, dan secara formal bentuk kalimat pertanyaan BJ selalu ditandai dengan ka yang disebut gimon no Joshi yaitu partikel pada akhir kalimat yang mengekspresikan pertanyaan. Anteseden tersebut yang selamanya berada di luar kalimat pertanyaan adalah sesuatu yang menggantikan benda. Ben_da yang dimaksud disini dapat mewakili tempat atau orang. Oleh .karena itu, kata tanya dore, doko dan dochira disebut daimeishi yaitu kata yang menggantikan kata benda. Kata tanya dore, doko dan dochira, secara sintaksis muncul bersama dengan partikel yang selalu berada dibelakangnya se_hingga artinya dapat terlihat di dalam konteks. Arti yang dimaksud disini adalah padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis atau yang disebut dynamic equivalence, yaitu suatu penerje_mahan yang lebih mengutamakan penyampaian amanat. Amanat adalah pesan yang terdapat dalam teks yang ingin disampaikan aleh Bsu ke Elsa."
1985
S13859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>