Ditemukan 198284 dokumen yang sesuai dengan query
Retty Irawati
"
ABSTRAKTopik ini saya ajukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Belum adanya pembahasan tentang kata makian membuat saya tertarik mengemukakan topik ini. Tidak adanya topik yang menyangkut hal ini disebabkan dalam keadaan atau kehidupan sehari-hari orang enggan membicarakan kata makian. Kata-kata makian ini dianggap terlalu kotor, kasar dan kurang sopan untuk dipakai. Demikian yang dikatakan Trudgill karena kata makian diambil dari kata tabu.
Analisis skripsi ini diuraikan ke dalam 4 tabel. Tabel I menganalisis 6 macam situasi dimana kata-kata makian dipakai (6 buah kata makian). Tabel II mengenalisis masing-masing pemakaian kata makian. Tabel III berhubungan atau lanjutan dari Tabel I, dan Tabel II merupakan kelanjutan Tabel II; hanya pada tabel III dan IV sudah terperinci karena dibagi pemakaiannya antara wanita dan pria...
"
1985
S14026
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tanti Sugiharti
"
ABSTRAKPara penerjemah cenderung untuk menerjemahkan menurut gaya mereka masing-masing. Ini terlihat pula dalam cerita pendek Cuma Busa, Itu Saja karya Manneke Budiman dan Rico Hanya Tukang Cukur karya Deddy Mulyana yang merupakan terjemahan dari cerita pendek karya Hernando Tellez yang berjudul Just Lather, That's All . Analisis difokuskan pada terjemahan kata it dalam kedua terjemahan tersebut. Kata it yang diteli_ti berjumlah 34 buah dan dianalisis berdasarkan kemuncu_lannya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui fungsi kata it, perbedaan terjemahan kata it, menerang_kan pergeseran kelas kata dalam terjemahan kata it serta jenis-jenis transformasi yang digunakan oleh kedua penerjemah.
Hasilnya menunjukkan bahwa kata it memiliki fungsi_fungsi tertentu yang mempengaruhi kedua penerjemah dalam memberikan padanannya. Pergeseran kelas kata juga terja_di dalam terjemahan Deddy dan Manneke. Dan pergeseran yang sering terjadi adalah pergeseran dari pronomina ke nomina. Penggunaan jenis-jenis transformasi reduksi, suplementasi dan ekuvalensi, kecuali inversi, banyak ditemukan dalam kedua terjemahan. Ini adalah hal yang wajar dan bahkan dapat menghasilkan terjemahan yang baik dan bermutu.
"
1995
S14160
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Leila Djafaar
"
ABSTRAKHarold Pinter (1930- ) adalah seorang dramawan inggris yang termasuk dalam apa yang disebut kelompok dra_mawan Absurd, suatu aliran yang mulai berkembang dengan pesat setelah pecahnya Perang Dunia II di Eropa. Karya_-karya aliran ini sering mendapat julukan 'anti-plays_, karena banyak menentang aturan-aturan drama konvensional pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari ketidak-jelasan waktu kejadian, tokoh-tokohnya yang hampir tidak memiliki kepribadian bahkan sering tanpa nama, tindakan-tindakan mereka yang cenderung selalu berubah selama perkembangan lakon, alur yang tidak linear, serta rentetan kejadian yang tidak dikaitkan oleh hubungan sebab akibat seperti dalam drama konvensional. Sebagai akibat, sering timbul pertanyaan apakah lakon itu menampilkan suatu dunia mimpi yang buruk atau dunia nyata. Tetapi satu hal yang menonjol adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam lakon_-lakon tersebut tampak berada di luar jangkauan akal pikir_an manusia - penuh absurditas, tak ada konsistensi gerak maupun watak, dan tanpa makna serta tujuan yang jelas.
Kata 'absurd' itu sendiri dapat berarti 'ketidak_harmonian yang tanpa alasan, tak wajar, tak logis_
"
1985
S14088
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hengky Roni Ngadimin
"Berdasarkan data yang terkumpul dan analisis yang telah dilakukan dalam bab-bab terdahulu, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan yaitu perubahan morfologis, perubahan fonologis, dan asal bahasa Inggris Modern. Perubahan morfologis yang paling utama dalam sejarah perkembangan bahasa Inggris ialah menghilangnya hampir semua sufiks infleksional 1K pada nomina, adjektif dan verba IM. Perubahan fonologis paling banyak terjadi pada vokal, terutama vokal panjang. Sufiks infleksional IK yang masih tersisa dalam nomina IM ialah sufiks penunjuk jamak dan sufiks penunjuk kepunyaan (genetive). Sufiks penunjuk jamak yang umum ialah -(e)s, dan sufiks -en dengan hanya satu nomina yang asli dari IK yaitu oxen, sedangkan kehadiran dua nomina lainnya children (IK cildru) dan brethren (IK brobor) disebabkan analogi. Tanda apostrofe dari sufiks kepunyaan __s mulai digunakan sejak abad delapari bolas, yang..."
Depok: Universitas Indonesia, 1982
S14118
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sri Amanda Basri
"Seperti telah diungkapkan sebelum ini, dalam BIng pemakaian KGO2 you tidak lagi menunjukkan status pembicara dan yang diajak bicara. Status dapat ditunjukkan dengan pemakaian kata panggilan. Pendapat ini sudah diungkapkan oleh Brown, Ford, Gilman, Irvin-Tripp dan Bell. Apabila dicocokkan pendapat mereka dengan korpus yang digunakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jarak sosial dan status sosial individu sangat menentukan hubungan P1 dan P2 dan dalam menentukan kata panggilan yang akan dipakai. Dalam Bind hubungan antara P1 dan P2 dapat dilihat dari pemakaian KGO2, selain pemakaian kata panggilan seperti dalam BIng. Dalam memilih padanan kata sapaan BIng dalam Blnd, pertama-tama ditentukan hubungan antara pelaku dalam BIng dan kemudian disesuaikan dengan melihatnya dari kaca mata kebudayaan Indonesia dan kaidah sosiolinguistis agar hasil terjemahan terasa wajar. Karena adanya penyesuaian dengan latar belakang kebudayaan Indonesia itu maka KGO2 you mempunyai padanan yang berbeda-beda"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14234
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dewi Ningrum Kusumawidjaja
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S14058
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
M. Martina Triyatna
"Setelah pemaparan tentang konsep Halliday dan analisis pada bab-bab sebelumnya, kini penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab 4.Dari sekian banyak alat kohesi gramatikal yang di_jabarkan oleh Halliday dan Hasan, ada beberapa yang tidak terdapat dalam WM, yaitu: - penyulihan klausa tidak lingsung (substitution of report ed clause) - penyuluhan klausa pengandaian (substitution of conditional clause) - penyulihan klausa modalitas (substitution of modality).Walaupun ketiga bentuk penyulihan di atas tidak dijumpai di dalam WM, keutuhsn paragraph-paragraf cerpen tersebut tidak terganggu. Kumpulan-kumpulan kalimat: tersebut membentuk wacana (yaitu paragraf), dan dengan alat-alat kohe_si yang lain dapat menjalin keutuhan cerpen itu seluruhnya. Dengan lain perkataan, untuk menjaga agar suatu wacana itu_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14131
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yulin Tonapa
"Berdasarkan analisis data yang telah saya lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa penyesuaian struktur dalam usaha terjemahan perlu diadakan demi kewajaran hasil terjemahan itu sendiri. Dalam menyesuaikan struktur, pe-nerjemahan kalimat pasif bahasa Inggris tidak selalu di_terjemahkan dengan bentuk pasif bahasa Indonesia. Jadi dalam proses menerjemahkan, bentuk bahasa seringkali tidak dapat dipertahankan. Misalnya, sebuah kata dalam bahasa sumber dapat saja diwakili oleh frase dalam bahasa sasaran dan frase dalam bahasa sumber dapat pula mempunyai padanan sebuah klausa dalam bahasa sasaran. Subyek dalam kalimat bahasa sumber dapat berubah menjadi obyek dalam kalimat bahasa sasaran dan sebagainya. Ada kalanya bentuk kalimat pasif bahasa Inggris diterjemahkan menjadi bentuk kalimat pasif bahasa Indonesia namun ada kalanya bentuk pasif berubah menjadi bentuk aktif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S13951
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dianingsih D. BN
"
ABSTRAKKesulitan-kesulitan yang timbul akibat adanya perbedaan kebudayaan merupakan masalah yang paling serius bagi para penerjemah. hal ini telah banyak menghasilkan salah pengertian di pihak pembaca sebagai akibat salah penerjemahan. Hubungan yang erat antara bahasa dengan kebudayaannya sangat jelas terlihat apabila penerjemah menghadapi kata-kata yang menggambarkan benda-benda khas 'suatu kebudayaan tertentu, kegiatan ataupun sikap ma_syarakat kebudayaan itu.' Seorang penerjemah haruslah selalu menyadari adanya perbedaan di antara kedua kebudayaan Bahasa. Sumber (BSU) dan Bahasa Sasaran (BSA). Jika suatu kata atau ungkapan tidak dikenal atau tidak ada samasekali dalam kebudayaan BSA, maka hal ini dapat menimbulkan cultural untranslatability. Hal ini tidak berarti bahwa kata-kata itu tidak mungkin diterjemahkan. Hanya saja dalam BSA tidak..
"
1985
S14206
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Umi Mumpuni
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana unsur-unsur leksikal kelas kata adjektiva, nomina dan verba dalam mendukung tema cerita Typhoon karya Joseph Conrad. Tema cerita ini adalah sebagai berikut: Tindakan yang tepat dalam mengatasi suatu kesulitan atau cobaan berat adalah menghadapinya dengan semangat pantang menyerah dan sikap yang tenang.
Tujuan skripsi ini adalah memperlihatkan sejauh mana unsur-unsur leksikal tersebut mendukung tema cerita. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan statistika, yaitu pendekatan yang didasari pada intuisi terhadap teks yang akan dianalisis, kemudian mengumpulkan data-data kongkret untuk mendukung intuisi tersebut. Teori yang digunakan adalah teori gramatika, yaitu teori gramatika fungsional dan teori gramatika tradisional.
Dari hasil analisis Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemilihan unsur-unsur leksikal oleh pengarang sangat mendukung tema cerita. Dengan demikian apa yang penulis asumsikan tentang peranan penggunaan unsur-unsur leksikal adjektiva, nomina dan verba dalam menunjang penyampaian tema cerita terbukti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14214
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library