Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri R. Wahyu Endah P.
"Salah satu aspek progresif dalam Bahasa Inggris adalah aspek progresif. Aspek ini dinyatakan oleh infleksi -ing pada verbanya yang mempunyai ciri khusus yaitu kesementaraan atau kegiatan yang sedang berlangsung. Namun ternyata ada beberapa makna lain yang dapat kita perikan dengan melihat verha progresif menurut fitur Semantis verbanya. Jernis aspek yang penulis teliti dalam skripsi ini adalah aspek progresif kala kini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan berbagai macam makna aspek progresif kala kini yang terdapat dalam setiap tinjauan Willy Loman ditinjau dari fitur semantis verbanya. Disamping itu penulis bermaksud memberikan pemahaman kepada para pembaca bahwa aspek progresif kala kini bukan hanya mengacu kepada kesementaraan raja tetapi banyak nuansa makna yang dapat diberikan dari aspek, progresif kala kini. Penulis tertarik untuk menyempurnakan drama Death of a Salesman sebagai data karena penulis melihat adanya potensi yang yang besar dari drama ini untuk diteliti yaitu banyaknya ujaran yang berpola progresif kala kini yang diucapkan oleh Willy Loman. Data dianalisis dengan menggunakan teori yang digunakan oleh Leech yang membagi-bagi makna aspek progresif menjadi beberapa kelompok menurut fitur semantis verbanya. Kesimpulan analisis skripsi ini adalah bahwa jumlah aspek progresif kala kini pada ujaran Willy Loman yang mengacu kepada kesementaraan lebih banyak daripada yang mengacu kepada makna aspek progresif yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang M. Najmuddin
"Menurut teori tindak tutur, jika seorang penutur menyampaikan ujaran yang membuat pendengarnya merasa terhina, dapat dikatakan bahwa penutur tersebut melakukan perlokusi menghina. Tujuan skripsi ini adalah untuk mendapatkan pemerian dan penjelasan mengenai bagaimana dan mengapa perlokusi menghina terjadi dalam 10 data korpus yang dianalisis. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan pemecahan masalah (problem-salving) dan teknik analisis heuristik.
Hasil yang didapatkan memperlihatkan bagaimana keterkaitan aspek-aspek situasi tutur (aspects of speech situation) menurut Leech dalam mempengaruhi penafsiran pendengar atas ujaran penutur sehingga ia menafsirkan ujaran tersebut sebagai tindakan yang menghinanya. Dua faktor diketahui sebagai penyebab ditafsirkannya ujaran penutur oleh pendengar sebagai tindakan yang menghinanya: Faktor eksternal yang berkenaan dengan petunjuk yang ditemukan pendengar dari kaitan antara ujaran penutur dan aspek-aspek situasi tutur. Faktor internal, yang berkenaan dengan pengaruh psikologis yang ada dalam diri pendengar ketika menafsirkan ujaran yang di dengarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chris Prihartini Maryanto
"ABSTRAK
Penulis tertarik untuk menganalisis ujaran-ujaran Iago, seorang tokoh di dalam Othello, dari sudut pandang pragmatik karena dua hal, yaitu: pertama, karena belum ada mahasiswa di Jurusan Sastra Inggris yang mengambil ujaran-ujaran yang terdapat di dalam drama untuk dianalisis dari sudut pragmatik, dan kedua, karena ujaran-ujaran yang penulis analisis adalah ujaran-ujaran yang digunakan oleh Iago untuk memperdaya lawan bicaranya, tetapi tidak merusak hubungan sosial antarpenyerta komunikasi. Dikatakan demikian karena Iago melakukan tindakan memperdaya tidak secara langsung, melainkan melalui implikatur. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa masalah yang dibahas di dalam skripsi ini adalah masalah makna dan fungsi ujaran: yaitu ujaran yang tidak hanya mengungkapkan makna harfiahnya, melainkan juga menampilkan fungsi ujarannya. Hal ini dapat terjadi karena di dalam ujaran tersebut terdapat daya ilokusi dan yang disertai dengan konteks dapat membawa lawan bicara sampai pada kesimpulan yang diinginkan uleh penutur.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerikan (1) bagaimana ujaran-ujaran yang dipakai seseorang, di dalam hal ini Iago di dalam Othello, dapat memperdaya lawan bicaranya, dan (2) maksim apa saja dari prinsip kerja sama Grice yang dilanggar ketika Iago melakukan tindakan memperdaya itu.
Data diambil dari ujaran-ujaran Iago di dalam Othello. Korpus data penulis analisis dengan menggunakan model analisis tujuan (goal analysis) yang dikemukakan oleh Parisi dan Castelfranchi (1981), dilengkapi dengan (1) teori tindak tutur (speech act) yang dikemukakan oleh Austin (1978), (2) teori pragmatik (pragmatics) yang dikemukakan oleh Levinson (1983). (3) teori konteks (context) yang dikemukakan oleh Dascal (1981) dan (4) teori tindakan memperdaya (deceptive action) yang dikemukakan oleh Vincent dan Castelfranchi (1981).
Kesimpulan analisis skripsi ini adalah bahwa Iago selalu berhasil memperdaya lawan bicaranya karena ia memiliki kompetensi komunikatif, yang memungkinkan dia dapat mengenali konteks situasi ujaran dengan baik.

"
1990
S14099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfinur
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatriz Dianita
"Permasalahan pertama dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana deskripsi pergantian gaya bahasa, baik secara situasional maupun secara metaforikal, dalam drama Pygmalion. Permasalahan kedua adalah tentang sejauh mana pilihan dan pergantian gaya bahasa tersebut dipengaruhi oleh konteks situasi komunikasi (meliputi latar, topik, dan hubungan peran di antara partisipan), dan perubahan motivasi dalam diri pembicara. Korpus data diambil dari drama Pygmalion, karya George Bernard Shaw. Drama tersebut dijadikan korpus penelitan skripsi ini karena ketika membacanya penulis temukan sejumlah pergantian gaya bahasa, dan penulis merasa ditantang untuk melakukan analisis dari sudut sosiolinguistik. Dasar teoretis yang dipakai dalam analisis korpus adalah teori klasifikasi gaya bahasa yang dikemukakan Martin Joos, yaitu bahwa gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi lima tingkat formalitas: gaya bahasa beku (frozen), gaya bahasa resmi (formal), gaya bahasa konsultatif (consultative), gaya bahasa santai (casual), dan gaya bahasa akrab (intimate). Penentuan gaya bahasa ujaran itu dapat dilihat dari pilihan variasi linguistik ujaran, yang meliputi variasi fonologis, leksikal, morfologis, dan sintaksis. Dasar teoretis lain yang digunakan adalah pendapat Muriel Saville-Troike yang menyatakan bahwa pergantian gaya bahasa dipengaruhi oleh variabelkonteks situasi (latar, partisipan dan hubungan peran, serta topik) dan variabel motivasi dalam diri pembicara. Berdasarkan pengamatan terhadap pergantian-pergantian gaya bahasa dalam korpus data, penulis menemukan bahwa pergantian gaya bahasa yang paling banyak dipakai adalah penaikan gaya bahasa santai menjadi gaya bahasa konsultatif (24,48%) dan penurunan gaya bahasa konsultatif menjadi gaya bahasa santai (23,97%). Sedangkan pergantian gaya bahasa yang paling sedikit muncul adalah penaikan gaya bahasa akrab menjadi gaya bahasa resmi (0,51%) dan penurunan gaya bahasa resmi menjadi gaya bahasa akrab (0,51%). Pergantian gaya 'bahasa secara metaforikal (90,30%) jauh lebih banyak daripada pergantian gaya bahasa secara situasional (9,70%). Pergantian gaya bahasa secara metaforikal umumnya dipengaruhi oleh perubahan psikologis atau motivasi dalam diri partisipan. Adapun pergantian gaya bahasa secara situasional disebabkan oleh pergantian partisipan dan hubungan peran atau perubahan topik pembicaraan. Gaya bahasa resmi biasanya dipergunakan apabila hubungan solidaritas belum terjalin baik, topik pembicaraan tergolong scrius, dan lain-lain. Gaya bahasa usaha biasanya dipergunakan dalam pembicaraan biasa, dan apabila pembicara ingin bersikap netral. Gaya bahasa santai dipilih apabila kekuasaaan pembicara lebih besar daripada kekuasan pendengar, ada solidaritas yang besar, topik pembicaraan tergolong ringan. Adapun gaya bahasa akrab cenderung dipergunakan apabila hubungan solidaritas di antara partisipan sangat tinggi, atau ketika pembicara tidak dapat melakukan kontrol terhadap emosinya dengan baik (dalam keadaan marah, gembira, dan sebagainya)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo R. A. Heryani Ontowati
"Membatasi diri dengan mengambil data-data hanya dari karya-karya fiksi yang ditulis dalam bahasa Inggris modern baik dari Inggris maupun dari Amerika, yaitu karya karya yang diterbitkan tahun 1900 sampai 1980. Dengan demikian permasalahan yang dibicarakan dalam skripsi ini terbatas pada HAVE dalam ragam tertulis melalui saluran. karya fiksi, karena tidak mungkin membahas seluruh masa_lah dalam waktu yang terbatas. Ini memerlukan waktu yang banyak sekali."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustini Rizalina
"Penelitian mengenai ciri-ciri Sintaktis dan Semantis bahasa Inggris Teknologi dan bahasa Inggris Umum telah di lakukan melalui penelitian kepustakaan. Tujuannya ialah untuk memberikan sedikit gambaran tentang beberapa perbedaan ciri-ciri Bahasa Inggris Teknologi dan Bahasa Inggris Umum sehingga kiranya dapat memberikan kemudahan bagi orang awam untuk memahami tulisan-tulisan dalam Bahasa Inggris Teknologi.
Perbedaan ciri-ciri bahasa Inggris Teknologi dan bahasa Inggris Umum tersebut saya batasi pada lima ciri yakni menyangkut penggunaan kala, makna kata kerja bantu pengandaian should, may dan can, frekuensi bentuk pasif, posisi kata keterangan waktu then, first dan now, penggunaan kata kerja yang berasal dari bahasa Latin dan kata kerja berkombinasi.
Dalam memahami perbedaan ciri-ciri bahasa Inggris Teknologi dan Bahasa Inggris Umum. Perbedaan ini diperlihatkan yakni: (1)Sering didapatkan perbadaan dalam struktur kalimat kala kini Bahasa Inggris Teknologi dan Bahasa Inggris Umum. Perbadaan ini dijelaskan. (2) Kata kerja bantu pengandaian can yang mengandung makna kemampuan (ability) tidak dapat termasuk dalam modus imperatif sebab artinya menyangkut kecakapan, bakat, kemampuan sesuatu benda sendiri, jadi tidak menyiratkan suatu perintah maupun imbauan dan seruan. Kata kerja bantu pengandaian can yang bermakna ability ini biasanya terdapat dalam kalimat yang berkonstruksi aktif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Sihar
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Wurjantoro
"Penelitian ini adalah penelitian padanan frasa preposisional bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, tinjauan sintaktis dan semantis.Tujuan penelitian ini melihat pola pola dan geseran yang terbentuk dari pemadanan frasa preposisional itu. Peneliti menggunakan analisis kontrastif untuk membandingkan dan mengamati persamaan dan perbedaan masing-masing struktur bahasa.
Selain itu, metode kesepadanan terjemahan juga digunakan untuk melihat kesepadanan frasa preposisional Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Data yang digunakan berjumlah 139 dan berasal dari empat sumber agar dapat mereprentasikan jenis jenis teks misalnya jenis teks deskriptif, informatif, dan argumentatif. Sumber data penelitian itu diantaranya adalah Relieving Pressure, teks semi ilmiah, yang ditulis oleh Spark dan diterjemahkan Mengatasi Tekanan oleh Erli Budiyanto dan Wiganti Partosendo; novel The Graves of Wrath karya John Stenibeck diterjemahkan Amarah oleh Sapardi Djoko Damono; majalah Golf Digest; dan buku teks ekonomi Intermediate Accounting karangan Kieso Donald et al. diterjemahkan Akuntansi Intermediate oleh Gina Gania dan Setiyo Budi.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan empat hal. Pertama, makna frasa preposisional ditentukan tidak hanya oleh kehadiran nomina atau konstituen pelengkap preposisi yang hadir setelah preposisi, tetapi juga oleh verba yang hadir sebelum frasa'preposisional itu. Tidak semua jenis verba mempengaruhi makna frasa preposisional. Hanya verba yang mempunyai ciri semantis statis dan gerak saja yang mempengaruhi makna frasa preposisional itu. Kedua, peran semantis dapat diketahui setelah mengetahui makna gramatikal frasa preposisonal itu. Jadi peran semantis dapat ditentukan setelah makna frasa preposisional diketahui. Ketiga, frasa preposisonal Tsu yang dipadankan dengan frasa preposisonal Tsa mempunyai peran semantis dan fungsi sintaktis yang sama. Keempat, geseran terjadi pada tataran level, kelas dan unit karena frasa preposisonal Tsu tidak dipadankan dengan frasa preposisional ke dalam Tsa. Geseran juga terjadi karena frasa preposisonal Tsu dipadankan dengan frasa verbal Tsa.

This research examines prepositional phrase equivalence in English text translated into Indonesian, based on semantic roles and syntactic functions. The aims of this research are to find out the pattern of translation equivalence and to identify the translation shift occurred. This research used Contrastive Analysis Method that enables the writer to compare two different languages and to identify both their similarities and differences structures.
Besides, Translation Equivalence Method was also implemented to find out the equivalence of English prepositional phrases with theirs in Indonesian. There are 139 data taken from four sources which represent descriptive, informative, and argumentative forms. They are Relieving Pressure, a semi scientific text, written by Spark and translated by Erli Budiyanto and Wigati Partosendo as Mengatasi Tekanan; a novel entitled The Graves of Wrath written by John Steinbeck and translated as Amarah by Supardi Djoko Damono: a magazine Golf Digest; and an economic textbook Intermediate Accounting written by Kieso Donald et al and translated by Gina Gania and Ichsan Setiyo Budi as Akuntansi Intermediate.
The results of this research were, first, The meaning of prepositional phrase is determined not only by noun or noun phrase following the preposition but also by orb prior the preposition. Not all verbs influence the meaning, some of which that have static or motion characteristics bring static or motion meanings. Second, semantic roles of prepositional phrase can be determined after knowing their grammatical meaning. Equal relationship underlies the meaning and the roles. Thus, semantic roles can be identified after the meaning is revealed. In other word, the meaning is the former and the semantic role is later. Third, source languages translated equally with prepositional phrases of target language have the same semantic roles and syntactic functions. Translation shifts found in this research were level shift, class shift, and intra system shift. Those shifts occurred because prepositional phrases of the source language were not translated equally with prepositional phrases of target language. Some prepositional phrases of the source language were translated into verbal phrases of target language. Some others were not translated at all and some had been translated with word order changes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T37181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Vika Pramesti
"Grice memperkenalkan teori Cooperative Principle yang terdiri dari empat maksim, yang dimana sangat berguna didalam komunikasi. Pelanggaran maksim-maksim yang terjadi saat komunikasi berarti penyampai pesan telah melakukan pelanggaran untuk menciptakan suatu kondisi baru, contohnya pada saat penyelidikkan kejahatan. Kondisi kebenaran yang tercipta tersebut biasanya sangat terjadi didalam kehidupan sehari-hari. Fokus dari penelitian ini adalah untuk membuktikkan bahwa pelanggaran maksim dapat terjadi ketika seseorang sedang berbohong. Penulis menggunakan TV Series Lie to Me (2010) sebagai bahan penelitian untuk melihat pelanggaran-pelanggaran yang dilaukakan oleh setiap karakter.

Grice proposed the Cooperative Principle, which contains four maxims, as an element in communication. When the four maxims is violated, it means that the speaker has did something to create a condition, particularly in crime investigation. The truth condition, which has relation to lie, is frequently happen in people’s life. Lie can be studied pragmatically within the relevance theory. The focus of this study is to analyze the existence of which maxims may be violated in a lie. The study on the characters in TV series Lie to Me shows that each character violates certain maxims in the same time. The reason for selecting Lie to Me, there are various ways and reasons to violate the maxims. The finding of this study that one from four maxims is rarely violated because of a possibility reason. However, it cannot be justified that people are lying means they feel guilty toward crime action. Also, it can be helpful to understand what is the Cooperative Principle theory for linguistic learners.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>