Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51612 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reni I. Bachtiar
"Aspek yang menonjol di dalam ketiga novel tersebut adalah penggambaran tokoh-tokoh wanita utamanya yang memiliki banyak persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di daerah frontier.
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai ciri-ciri wanita pioneer dalam tokoh-tokoh utama wanita karya Willa Cather tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis untuk menghubungkan karya-karya tersebut dengan sejarah dan aspek-aspek wanita di abad kedelapan belas dan kesembilan belas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita ketiga novel tersebut banyak memiliki persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di jaman frontier. Karenanya, mereka merupakan tokoh-tokoh utama wanita pioneer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Waluyo
"Dari lima novel dan dua cerita pendek yang telah dibahas, dapat dilihat dengan nyata bahwa tokoh-tokoh utama wanitanya mempunyai banyak persamaan, baik dalam novel-novel yang diciptakannya sebelum pengembaraannya, setelah pengembaraannya yang pertama, maupun dalam karya-karyanya yang terakhir. Ciri-ciri tokoh-tokoh wanita itu tidak berubah. Perubahan hanya terjadi pada kritik-_kritiknya terhadap keadaan masyarakat dan sosial yang menyangkut modernisasi di bidang industri. Kritik-kritiknya di bidang pendidikan dan agama telah terasa se_jak karyanya sebelum pengembaraannya.Tokoh-tokoh wanita yang dibahas : Mrs. Morel dan Miriam (Sons and Lovers); Lydia Lensky dan Anna Lensky (The Rainbow), Ursula Brangwen dan Gudrun Brangwen (Women in Lave), Kate Leslie (The Plumed Serpent), dan Con_nie Chattarley (Lady Chatterley's Lover) adalah wanita-_wanita yang cantik dan menarik, serta terpelajar. Tampaknya wanita-wanita ini adalah cermin dari zamannya. Mereka berasal dari golongan atas dan menengah atas. Demikian juga tokoh wanita tanpa nama dalam The Woman Who Rode Away dan tokoh Pauline dalam The Lovely Lady, mereka berasal dari golongan menengah, cantik, menarik, dan cerdas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucahyani Dwi Astuti
"Tesis ini membicarakan gambaran perjuangan seorang wanita imigran Swedia yang bernama Alexandra di wilayah frontir Divide, Nebraska, Amerika Serikat. Sebagai seorang imigran wanita yang hidup di wilayah yang dikenal sebagai ?the wild land? (wilayah yang liar) dan masih menganut budaya patriarki (budaya masyarakat yang masih meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan wanita), dia harus berjuang keras untuk mencapai impiannya. Dengan kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, Alexandra berhasil menyerap nilai-nilai Amerika, seperti kerja keras, optimis, mandiri dan kapitalistik. Dengan nilai-nilai tersebut dan didukung semangat feminisme yang tinggi, akhirnya Alexandra mampu menunjukkan dirinya sebagai wanita frontir yang berhasil menggapai American Dream (impian Amerika) nya.

The Thesis describes the struggle of a Swedish immigrant woman, Alexandra, in frontier Divide region, Nebraska, United States of America. As a woman immigrant who is living in the region which is called as the wild land and is still believing in patriarchy system (a social system in which the male act as the primary authority figure central to social organization, and where fathers hold authority over women, children, and property), lead to hard working to reach her dream. Her ability to adapt with new environment, Alexandra succeeds to absorb American values such as hard working, optimism, self reliance and capitalism. The values, supported by her feminism motivation, at the end, Alexandra shows the capability as frontier woman who can reach her American Dream."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magnon Rosauro Wilson Moeljono Adikoesoemo
"ABSTRACT
Willa Cather wrote 12 novels, more than 60 short stories, several poems, and a good number of critical essays. Her writings showed characters from all walks of life, and her settings were in quite different backgrounds and of quite different periods. Her works have never been noisy or self-assertive and yet Willa Cather, as Mildred Bennet said, has not needed a revival in the sense that there has been a Fitzgerald revival, a Sherwood Anderson revival, and a Nathanael West revival. (See Bennet, 1961: vii)
In The World of Willa Cather, Mildred Bennet writes that when Charles Poore reviewed her book in 1951, he wrote that there was no need for a Willa Cather revival "the world has never lost its taste for her excellent writing." She believes that the same assertion can be made quite as confidently today: from the response of a new generation of readers it is evident that the taste has been inherited; the flow of critical writing which began shortly after Miss Cather's death shows no sign of slacking off; and in colleges and universities interest in her life and work is decidedly on the increase . . ." (Bennet, 1961: vii).
Elizabeth Shepley Sergeant, on her first encounter with the works of Willa Cather said that she had "discovered a genuine, first-class work of American fiction, in which a young woman of prairie background had conceived her world with new eyes and had made of it a work of art . . . ." (Sergeant, 1953: 11)
Willa Cather's other biographers have written with much admiration for her works and most of her critics have been generous with their reviews. Even critics who have not seen eye to eye with her have treated her with respect. These critics who have written for and against her have such formidable names like H. L. Mencken, Carl Van Doren, Edmund Wilson, Sinclair Lewis, T. K. Whipple, Joseph Wood Krutch, Rebecca West, E. K. Brown, David Daiches, Elizabeth Moorhead, Louise Bogan, Granville Hicks, Lionel Trilling, Alfred Kazin, Maxwell Geismar, George Schloss, Henry Steele Commager, Morton D. Zabel, Howard Mumford H. Jones, Leon Edel, James Schroeter, and many others. (See Schroeter, 1968).
What is it that pulls so many to Willa Cather? Why has "the world never lost its taste for her excellent writing"? What did Willa Cather "conceive" about her world so much so that she "made of it a work of art"? Upon reading and examining Willa Cather's works, I strongly suggest that the element which attracts most readers to her writing is the "American Dream."
This is the topic I aim to write about in this thesis--Willa Cather and the American Dream. I will show that the works of Willa Cather reflect the American dream, especially the dreams of freedom, success, and the pastoral vision.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subaktina Partiwi Arianto
"Dalam Bella, Juliette aux Pays des Hommes, Suzanne et le Pacifique, nama-nama kecil para tokoh wanita menjadi judul buku. Dalam teater Giraudoux juga memilih wanita sebagai tokoh-tokoh antik (Electre) atau untuk tokoh-tokoh Kitab Bibel (Judith). Malahan jika judul sandiwara itu adalah nama kecil tokoh-tokoh pria seperti Amphitryon 38, Jean Giraudoux memusatkan perhatiannya pada si tokoh wanita : Alcmene. Masalah yang timbul adalah mengapa Giraudoux tertarik pada kaum wanita khususnya dan apakah wanita mempunyai arti khusus bagi Jean Giraudoux?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S14423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yost, Edna
Djakarta: Kinta, 1961
509.22 YOS t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rieza Utami Meithawati
Rawamangun, Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004
899.221 RIE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Bambang Margono S.
"ABSTRAK
Kaum wanita Yahudi Amerika memiliki peran dan posisi yang berbeda dari kaum wanita Yahudi Eropa. Di Fropa, kaum wanita Yahudi sepenuhnya berada di bawah kekuasaan kaum laki-laki. Tetapi di Amerika mereka memiliki posisi yang lebih baik. Benar bahwa mereka belum sepenuhnya terbebas dari kekuasaan laki-laki, namun mereka telah mengalami perubahan-perubahan besar berkaitan dengan peran dan posisi mereka Perubahan-perubahan tersebut tidak otomatis terjadi, melainkan karena mereka perjuangkan. Proses Amerikanisasi dan gerakan feminisme kaum wanita kulit putih Amerika memiliki pengaruh yang besar terhadap perjuangan kaum wanita Yahudi Amerika untuk bisa memiliki peran dan posisi yang sejajar dengan kaum prianya.
Perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan kaum wanita Yahudi Amerika bisa dilihat dalam sikap mereka terhadap hubungan percintaan, terhadap orang tua, maupun terhadap agama. Perubahan-perubahan ini bisa kita lihat proyeksinya di dalam karya satra, yakni dalam karya Bernard Malamud ("The Magic Barrel" dan The Assistant) den Philip Roth ("Epstein" dan Goodbye, CoIumbus). Oleh karena itu tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menunjukkan adanya perubahan sikap tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika terhadap hubungan percintaan, terhadap orangtua, dan terhadap agama di dalam karya-karya Bernard Malamud dan Philip Roth yang sudah di sebut di atas.
Di dalam menganalisis keempat karya dari dua pengarang tersebut, penulis menggunakan tiga teori., yakni (1) teori hubungan antara pengarang, karya sastra dan realitas, (2) teori asimilasi, dan (3) teori gender. Ketiga teori ini merupakan landaaan pembicaraan atau analisis keempat karya di atas.
Dari hasil analisis karya karya di atas, terjadi perubahan-perubahan sikap yang signifikan dari tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika yang merupakan proyeksi dari realitas kehidupan sehari-hari. Proses asimilasi dan gerakan feminisme kaum wanita kulit putih memberikan pengaruh yang besar di dalam perubahan-perubahan tersebut, sehingga Bernard Malamud dan Philip Roth menciptakan tokoh-tokoh wanita mereka sebagai pribadi yang kuat, yang berhak menentukan kehidupan mereka sendiri. Di dalam proses untuk menjadi wanita yang mendiri, tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika di dalam keempat karya tersebut terlibat di dalam konflik dengan orangtua mereka yang masih ingin mempertahankan nilai-nilai budaya Yahudi tradisional.

ABSTRACT
American Jewish Women Characters In Bernard Malamud's "The Magic Barrel" And The Assistant And Philip Roth's "Epstein" And Goodbye, Columbus.American Jewish women have a different role and position from European Jewish women. In Europe, Jewish women were completely under the domination of the men. In the United States of America, however, they have a better position. It is true that they haven't completely freed from the men domination, but they have undergone significant changes in accordance with their role and position. Those changes do not automatically happen, but they struggle for them. The Americanization process and feminism movement of the American white women have great influence on the struggle of American Jewish women to be equal to men.
Changes happening to the American Jewish women can be seen in their attitude toward romantic love, toward their parents, and toward religion. These changes are reflected in Bernard Malamud's "The Magic Barrel" and The Assistant and in Philip Roth's "Epstein" and Goodbye, Columbus. The purpose of the writing of this thesis, therefore, is to pinpoint the changes of attitude of the American Jewish women toward romantic love, toward their parents, and toward religion in Bernard Malamud's and Philip Roth's works mentioned above.
In analyzing Bernard Malamud's and Philip Roth's works, the writer uses three theories, i.e. (1) the theory of relationship among the author, his work, and reality, (2) the theory of assimilation, and (3) the theory of gender.
From the analysis of the previously mentioned works, the writer is able to prove that American Jewish women characters undergo significant changes in their attitude toward romantic love, toward their parents, and toward religion. More or less, these changes are closely related with the factual reality. In other words, their attitude changes in Malamud's and Philip Roth's works are the projection of the changes of the American Jewish women's attitude in general. The Americanization process and feminism movement of the American white women have great influence on them, so that Bernard Malamud and Philip Roth create their women characters as possessing strong personality and insisting on determining their own life. In process of becoming independent women, the American Jewish women characters in Bernard Malamud's and Philip Roth's works often conflict with their parents who still want to maintain traditional values of Jewish culture.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yulianti
"Dua bidang ilmu yang berkaitan erat dengan bahasa, yakni ilmu linguistik dan ilmu susastra, seringkali dipandang sebagai dua disiplin yang bertolak belakang dan tidak dapat disatukan. Ilmu linguistik dengan pendekatan ilmiahnya terkesan lebih sistematis dan objektif, sementara ilmu susastra dianggap lebih bersandar pada penilaian dan interpretasi subyektif. Kemudian, berkembanglah ilmu stilistika yang menjembatani perbedaan di antara kedua bidang tersebut, dengan cara menggabungkan pendekatan ilmu linguistik dan ilmu susastra untuk meneliti style atau gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra. Kritik terhadap karya sastra dalam analisis stilistika menjadi kuat karena didasarkan pada metode penelitian linguistik yang sistematis.
Analisis stilistika dapat difokuskan pada aspek tertentu dalam karya sastra, seperti alur cerita, tema atau penokohan. Dalam analisis penokohan, salah satu unsur yang menarik untuk dilihat lebih dalam adalah relasi kuasa antarjender yang seringkali bersifat tidak seimbang, terutama dalam karya-karya sastra berbahasa Inggris tradisional.
Dalam penelitian ini, yang ditelaah adalah relasi kuasa antara tokoh pria dan wanita dalam novel The Awakening (1899) karya Kate Chopin, yang berkisah mengenai seorang wanita yang ingin membebaskan diri dari kungkungan tradisi dan konvensi masyarakat. Edna Pontellier, tokoh utama wanita dalam novel ini, menjalin hubungan dengan tiga tokoh pria, yaitu Leonce Pontellier, Robert Lebrun dan Alcee A-robin.
Penelitian ini bertujuan membandingkan relasi kuasa di antara Edna dan ketiga tokoh pria di atas, serta mengungkap penyebab di batik bentuk relasi kuasa tersebut. Relasi kuasa di antara tokoh wanita dan tokoh-tokoh pria diteliti melalui data narasi dan dialog yang menggambarkan interaksi antartokoh. Untuk meneliti narasi digunakan teori transitivitas Halliday, sedangkan untuk meneliti dialog digunakan teori pragmatik, yaitu teori analisis percakapan dan teori FTA atau tindakan mengancam muka yang dikemukakan Brown dan Levinson.
Hasil analisis narasi dan dialog menunjukkan bahwa relasi kuasa yang ada bersifat tidak setara. Dalam relasinya dengan Robert Lebrun, Edna Pontellier memegang kuasa yang lebih besar karena posisinya yang lebih tinggi daripada Robert berdasarkan usia dan status. Akan tetapi, ia menjadi pihak yang lemah dan terdominasi dalam relasinya dengan dua tokoh, yaitu Leonce Pontellier yang unggul dalam hal usia, harta dan peran dalam keluarga, serta Alcee Arobin yang lebih aktif dalam tindakan dan ucapan. Dengan demikian, penelitian stilistika ini mengungkap bahwa ketidakseimbangan dalam relasi kuasa antara tokoh utama wanita dan tokoh-tokoh pria dalam novel The Awakening yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syivie Meiliana
"ABSTRAK
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan
Ciri-ciri umum kesusastraan periode Victoria, perlu disebut bahwa zaman itu adalah zaman prosa. Sehubungan dengan itu, kesusastraan Inggris banyak menghasilkan novelis-novelis besar seperti Charles Dickens, William Makepeace Thackeray, dan Mary Ann Evans yang terkenal dengan nama George Eliot. Pada zaman itu juga muncul seorang novelis muda, Thomas Hardy, yang menurut Marion Davis dalam bukunya berjudul Bloomsbury Guide To Encaish Literature mendominasi periode akhir zaman tersebut.
Thomas Hardy dilahirkan di Upper Buckhamton, dekat Dorchester pada tanggal 2 Juni 1840, meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 1928 di Dorchester dalam usia 88 tahun. Thomas Hardy merupakan seorang penulis yang hidup dalam masa peralihan antara abad ke-19 dan abad ke-20.
Hal ini tercermin dalam karya-karyanya yang terus mengikuti perubahan zaman.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>