Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kori Sofianingsih
"Keramik kuno Cina diakui sebagai karya seni keramik yang sangat tinggi nilainya. Perkembangan seni keramik Cina, dari masa ke amsa mengalami kondisi yang pasang surut. Sejarah keramik Cina mencatat bahwa pada masa pemerintahan kaisar Kangxi, seni keramik Cina mengalami era baru dalam perkembangannya. Terutama dalam hal tehnik pembuatan dan penyelesaian akhir hiasannya. Dalam sejarah Cina tercatat juga bahwa pada masa pemerintahan kaisar Kangxi, keadaan ekonomi, politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan kependudukan di Cina mencapai perkembangan sangat pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Skripsi ini akan menguraikan tentang perkembangan keramik Cina bila dihubungkan dengan keadaan pemerintahan kaisar Kangxi, terutama kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibuat oleh kaisar Kangxi."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S13021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berthauli Rosita E
"Pandangan umum terhadap kehidupan wanita Cina pada masa tradisional adalah keterikatan, penderitaan hidup serta kedudukan yang rendah. Hal ini disebabkan karena ajaran moral Konghucu yang dipegang teguh masyarakat tradisional Cina, sangat menekankan kepatuhan, kelemahlembutan dan keterbatasan ruang gerak wanita. Di samping itu pula, masyarakat Cina menganut sistem kekerabatan patrilineal sehingga sangat mengutamakan pria sebagai penerus marga.Meskipun demikian, terdapat suatu masa dimana wanita-wanita Cina hidup lebih bebas dan dihargai. Masa itu adalah masa Tang dan pada masa inilah seorang wanita muncul sebagai penguasa dinasti. Ia adalah Wu Zetian, kaisar wanita pertama dan terakhir dalam sejarah kedinastian Cina. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam skripsi ini akan dijelaskan faktor_faktor yang melatarbelakangi munculnya Wu Zetian sebagai seorang kaisar wanita dan mengapa keadaan hidup wanita pada masa Tang jauh lebih baik dari keadaan wanita pada masa lainnya. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan, dengan mengkaji sumber-sumber buku dan tulisan mengenai kehidupan wanita Cina, wanita Cina pada masa Tang serta tokoh Wu Zetian. Hasil analisis terhadap keseluruhan pembahasan yaitu munculnya Wu Zetian sebagai seorang kaisar wanita berkaitan erat dengan kebebasan hidup wanita-wanita pada masa Tang. Dan kehidupan yang lebih bebas ini disebabkan karena kaisar-kaisar Tang berdarah campuran Han dan non Han sehingga tidak begitu mementingkan pelaksanaan ajaran moral Konghucu, sebaliknya memberikan kebebasan pada wanita untuk ikut berperan dalam pemerintahan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukrisnovianti
"Temuan keramik Kangxi dari Pasar Ikan dan Marunda berupa pecahan yang belum diketahui bentuk asal dari pecahan tersebut. Untuk itulah penelitian ini akan mencoba mengangkat masalah identifikasi bentuk, dan ragam hias yang ada pada keramik Kangxi. Setelah dilakukan penelitian ternyata bentuk asal dari pecahan keramik tersebut beragam. Mulai dari piring dalam berbagai ukuran, mangkuk yangberaneka jenis, cepuk, vas, teko, botol, sloki dan arca. Jumlah yang terbanyak adalah mangkuk. Ragam hias keramik ini juga bervariasi dari motif flora, fauna, geometris, lambang, tulisan, bangunan, manusia dan pemandangan alam. Jenis-jenis keramik Kangxi tidak semua ditemukan hanya ada jenis famille verte, Blanc de Cine, Batavian ware dan keramik biru putih. Dari banyaknya pecahan yang ada dapat disempulkan bahwa pada abad 17 daerah ini merupakan tempat perdagangan keramik yang cukup ramai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiati
"Keramik kuno merupakan salah satu jenis benda yang diproduksi oleh manusia masa lalu untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka di dalam hidupnya. Pada prinsipnya pengertian keramik adalah setiap benda yang dibuat dari tanah liat, dan yang kemudian dibakar untuk memenuhi fungsinya. Pengertian dari istilah tersebut mancakup tiga macam benda yang dalam kepustakaan arkeologi dikenal sebagai: (1) "porselin" (porcelain), (2) "bahan-batuan" (stoneware), dan (3) "tembikar" (earthenware) (Ayat rohaedi et al. 1978:83; McKinnon et al. 1991). Porselin dan bahan-batuan dapat dibedakan secara tegas dengan tembikar karena kedua jenis benda keramik yang disebut terdahulu pada umumnya mempunyai beberapa ciri utama yaitu: benda tersebut dibuat dari bahan dasar tanah liat berwarna relatif putih yang dicampur dengan bahan-batuan tertentu (petuntze); permukaannya dilapisi dengan lapisan glasir; dan dibakar dengan suhu tinggi antara 1150° hingga 1350° C. Sementara tembikar memiliki beberapa ciri utama yang berbeda yaitu: benda dibuat dari bahan dasar tanah liat (biasa) yang dicampur dengan pasir, atau pecahan kerang, atau sekam pada permukaannya tidak dilapisi dengan lapisan glasir, dan dibakar dengan suhu rendah sekitar 900° C.
Oleh sebagian orang di Indonesia keramik berglasir sering disebut sebagai "keramik asing" (Ridho 1977, 1980, 1984; Hadimuljono 1980, 1985), sebaliknya tembikar disebut sebagai "keramik lokal". Kedua istilah tersebut untuk pertama kalinya muncul dalam penelitian yang dipimpin oleh Teguh Asmar dan B. Bronson di Rembang (Asmar et al. 1975). Dalam rangka kegiatan penelitian situs-kota oleh Indonesian Field School of Archaeology (IFSA) di Trowulan yang dipimpin oleh Mundardjito dan J. Miksic diputuskan bahwa istilah keramik mencakup pengertian dari ketiga macam benda seperti tersebut di atas (Mundardjito et al. 1992). Bagi para peneliti masa prasejarah Indonesia, istilah keramik lokal sering disebut sebagai "gerabah" (Soegondho 1993, 1995) atau juga sering disebut "kereweng" jika ditemukan dalam bentuk pecahan seperti dalam penelitian di Ratubaka (Asmar dan Bronson 1973). Namun beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak semua benda tembikar atau gerabah adalah keramik lokal yang dibuat di Indonesia. Ada di antara himpunan benda tembikar itu merupakan barang impor atau yang dibuat di luar Indonesia (Miksic dan Tack 1988, 1992). Pengertian keramik dalam tesis ini mencakupi "keramik berglasir" dan "keramik tidak berglasir" yang keduanya dapat dipastikan berasal dari luar Indonesia dan merupakan barang impor.
Berdasarkan ciri-ciri fisik yang tampak pada keramik-keramik tersebut dapat diindentifikasi asal daerah pembuatannnya dan pertarikhannya. Keramik-keramik impor yang ditemukan di Indonesia berasal dari berbagai negara seperti: Cina, Asia Tenggara (antara lain Thailand, Vietnam, dan Khmer), Timur Tengah, Jepang, dan Eropa (seperti Belanda, dan Jarman). Di antara negara-negara penghasil keramik tersebut, keramik dari Cina merupakan temuan yang paling banyak (de Flines 1969; Ridho 1993/94:20). Sementara itu cara memberi pertarikhan (dating) atas benda keramik ditemukan oleh masa pemerintahan dinasti-dinasti Cina, yang tahun awal dan akhir kekuasaannya dapat diketahui. Tarikh tertua dari keramik yang pernah ditemukan di Indonesia diketahui dari masa dinasti Han yang berkuasa di Cina tahun 202 SM hingga 202 M (Ridho 1977). Namun yang banyak ditemukan di Indonesia terutama keramik-keramik yang dibuat dari masa sesudahnya, yaitu dari masa dinasti Tang (abad VII-X), Lima dinasti (abad X), dinasti Song (abad X-XIII), dinasti Yuan (abad XIII-XIV), dinasti Ming (abad XIV-XVII), dan terakhir dinasti Ching."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T12558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti U. Dradjat
"ABSTRAK
Keramik Cina merupakan salah satu artefak panting dalam penelitian arkeologi. Di Indonesia keramik Cina seringkali ditemukan di berbagai situs, baik dari masa prasejarah, masa Hindu Budha maupun masa pengaruh agama Islam, bahkan berlanjut hingga masa kolonial. Dari berbagai hasil penelitian arkeologi yang telah dilakukan, terungkap bahwa fungsi keramik Cina tenyata beraneka ragam, ada yang digunakan sebagai peralatan hidup sehari-hari, alat upacara, dipakai sebagai bekal kubur dan juga dimanfaaikan sebagai wadah kubur. Lain daripada itu ditemukan pula sejumlah tipe barang keramik Cina, yang memiliki aneka ragam warna hiasan serta bahau dasar. Bertolak dari yang dapat diamati, maka penanggalan keramik Cina tersebut dapat diketahui, yakni berasal dari masa dinasti Han sampai dengan dinasti Ching. Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah tanah air kita ini, setidaknya dapat dijadikan data dasar bagi rekonstruksi masalah lalu terutama bertalian dengan negeri Cina, seperti hubungan Cina dengan beberapa pusat kekuasaan, yang ternyata bukan hanya karena perdagangan.
Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah Nusaniara ini ternyaia bukan hanya sebagai barang komoditi yang banyak dipenjual belikan, tetapi eksistensinya disababkau pula karena beberapa hal. Secara sepintas dapat diketahui bahwa pada masa lampau, keramik ini dipergunakan pula sebagai upeti atau hadiah persembahan dari raja Cina untuk beberapa orang raja di sini. Oleh karenanya maka dapat dikatakan sudah ada pula hubungan politik antara kedua negara. Selain itu ada pula keramik Cina yang sengaja dibawa sebagai peralatan yang digunakan oleh para awak kapal yang berkunjung dari daratan Cina."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
G. Kartasapoetra
Jakarta : Bina Aksara, 1986
352 KAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ekowati Sundari
"Keramik sebagai benda kuno banyak temukan di Indonesia, yang antara lain berasal dari Cina, Vietnam, Thailand, Jepang, Myanmar, Eropa, dan Timur Tengah. Pertanggalannya yang paling tua dari 206 Sebelum Masehi dan yang termuda sampai awal abad ke-20 Masehi. Dibuat dari tanah liat (earthenware), batuan (stoneware), dan porselin (porcelain). Keramik tersebut ada yang satu warna (monochrome) dan beberapa warna (polychrome), Sifatnya tidak mudah pecah atau rusak, karena bahan dan prosesnya yang baik. Dari kerarnik dapat diketahui pertanggalan dan tempal asal pembuatannya dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada. Temuan keramik di dalam penelitian arkeologi adalah dapat membantu menentukan pertanggalan relatif, misalnya sebuah situs.
Dalam pembahasan di sini, adalah mengkaji koleksi keramik Museum Nasional Jakarta, yang berasal dari Cina dari masa dinasti Ming (1368-1644), yang dibuat dari porselin dan termasuk polychrome. yaitu berwarna biru-putih. Warna biru yang dilukiskan pada latar porselin putih. Lukisannya berwarna biru yang berupa ragam hias yang bersumber dari kepercayaan. Ragam hias yang dilukis merupakan gambar-gambar perlambangan yang mempunyai banyak arti. Hasil pengolahan data terdapat ragam hias tanaman, binatang, binatang mitos, figur, kepercayaan (agama), gejala alam, huruf, dan struktur. Data keramiknya berjumlah 111 koleksi. Bentuk yang terbanyak adalah piring, yang berjumlah 41 koleksi dan ragam hias terbanyak adalah binatang mitos naga, kilin, dan burung hong, yang berjumlah atau terdapat pada 31 koleksi. Salah satu contoh adalah naga yang antara lain merupakan lambang kesuburan atau dilarnbangkan sebagai pria. Sejak masa dinasti Han (206-220 SM), naga menjadi lambang dari kaisar sebagai anak dari surga dan naga bercakar lima hanya boleh dipakai oleh raja.
Konsep kepercayaan awal di Cina yang berkembahg sejak masa dinasti Shang (1766-1401 SM), yaitu sejak ditemukan aksara untuk pertamakalinya dan menjadi dasar pemikiran mereka hingga sekarang. Gagasan dasar yang membimbing bangsa Cina untuk mengembangkan tradisi seni adalah ajaran dari kepercayaan tersebut, antara lain adalah alam gaib, nenek moyang, dewa tertinggi, para dewa lain di bawahnya Kemudian menjadi dasar dalam perkembangan selanjutnya yaitu munculnya ajaran Konghucu (abad ke-4-5 SM) yang menekankan hubungan antar manusia (humanisme) dan ajaran Tao (abad ke-G SM) yang menekankan keseimbangan alam semesta (naturalisme). Media dari kepercayaan tersebut dapat berupa logam, keramik, lukisan, kesusasteraan, arsitektural, area, tekstil, dan sebagainya. Kebudayaan Cina sepanjang sejarah, dapat berjalan terus dan bertahan walaupun dalam kondisi sulit, seperti peperangan, pergantian dinasti, alam yang tidak ramah, dan pembangunan kanal, istana, serta tembok besar. Mempelajari materi kebudayaan Cina, berarti mempelajari kepercayaan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri I. Budiyanto
"Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari kebijaksanaan modernisasi Cina pada saat ini. Kebijaksanaan modernisasi Cina diharapkan dapat membentuk Cina sebagai negara yang kuat dan modern. Kebijaksanaan ini diambil juga untuk memperbaiki sistem ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Mao Cina sebenarnya telah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi sangat dipengaruhi oleh keputusan politik dari pemerintah Cina."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kurniawati
"Ikatan antara ibu dan bayi memengaruhi kesejahteraan bayi dan ibu. Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kondisi psikososial dan kepuasan terhadap pelayanan persalinan dengan ikatan ibu dan bayi. Teknik consecutive sampling dilakukan untuk memilih 246 ibu postpartum.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kondisi psikososial ibu tidak berisiko (76.4%), puas terhadap pelayanan persalinan (62.6%) dan ikatan ibu dan bayi baik (73.2%). Terdapat hubungan antara kondisi psikososial dengan ikatan ibu bayi (p=0.000; OR=54.765; 95% CI=22.987-130.475), antara kepuasan terhadap pelayanan persalinan dengan ikatan ibu dan bayi (p=0.000; OR= 6.7; 95% CI=3.594-12.489). Faktor dominan yang memengaruhi ikatan adalah kondisi psikososial (OR= 45.904; 95%CI=15.351-137.272). Ikatan ibu dan bayi dapat ditingkatkan dengan melibatkan aspek psikososial ibu dalam asuhan dan memfasilitasi ibu untuk mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan persalinan.

The mother and baby bonding attachment affect wellness of both. This study aimed to identify the relationship between postnatal psychosocial and the satisfaction of intrapartum care with the mother-baby bonding attachment. This cross sectional study involved 246 postpartum women selecting by consecutive sampling.
The results showed that majority of the psychosocial conditions was not at risk (76.4%), satisfied with the intrapartum care (62.6%) and the mother-baby bonding attachment was good (73.2). There were relationship between psychosocial conditions with the mother-baby bonding attachment (p=0.000; OR=54.765; 95% CI =22.987-130.475), satisfaction of intrapartum care with the mother-baby bonding attachment (p=0.000; OR= 6.7; 95% CI=3.594-12.489) and the dominant factor was psychosocial condition (OR= 45.904; 95% CI=15.351-137.272). This bonding attachment can be enhanced by involving of psychosocial aspects in care and facilitate the mothers to achieve intrapartum satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Tinaningsih
"Tulisan ini membahas perkembangan ekonomi Cina pasca Mao Zedong dan hubungan ekonomi Cina dengan ASEAN-Cina Free Trade Area. Deng Xiaoping merupakan tokoh sentral dalam usaha modernisasi di Cina, reformasi Cina yang dicanangkan pada tahun 1978, yaitu program ?Reformasi dan Keterbukaan' (Gaige Kaifang) yang telah membawa Cina pada sebuah sistem perekonomian baru ala Cina yaitu sistem pasar-sosialis. Pada tahun 1982 perekonomian Cina telah terbuka pada perdagangan luar negeri dan investasi asing. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Cina terus mengalami peningkatan, pada tahun 2002 negara-negara anggota ASEAN melakukan kerjasama perdagangan bebas dengan Cina mengenai penurunan tarif, bea masuk dan pajak. Integrasi ekonomi ini memacu masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang akan membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi di ASEAN dan di Cina melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human capital) dan memperluas akses ke pasar dunia.

This paper discusses China's economic development post Mao Zedong and China's economic relations with ASEAN - China Free Trade Area. Deng Xiaoping was a central figure in the effort of modernization in China. China's reform, proclaimed in 1978, which is a program of ?Reform and Openness' (Gaige Kaifang), has brought China to a new Chinese-style economic system, i.e. a socialist-market system. In 1982, China's economy had been open to foreign trade and foreign investment. This caused China's economic growth to continue to increase. In 2002, ASEAN member countries conducted free trade cooperation with China regarding the reduction in tariffs, duties and taxes. This economic integration has spurred the entry of Foreign Direct Investment (FDI) which will help stimulate economic growth in ASEAN and in China through technological improvement, employment procurement, human resource development (human capital); and will expand access to the world market."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>