Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43780 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasibuan, Parlindungan
"ABSTRAK
Salah satu program yang pernah dilaksanakan oleh ka_binet Hatta pada tahun 1948 adalah Rasionalisasi. Yaitu, memindahkan tenaga yang tidak efektip ke tempat yang se_suai. Tindakan tersebut diambil demi mengatasi kesulitan_-kesulitan yang sedang dihadapi negara, sehubungan dengan keutuhan negara Republik Indonesia. Tidak sedikit rintang_an yang harus dihadapi dalam pelaksanaan program itu. Selain mendapat rintangan dari sebahagian kalangan tentara yang tidak menyetujuinya, juga harus menghadapi rintangan dari golongan non militer yang berkepentingan. Bagaimana sebenarnya situasi dan kandisi pada saat program tersebut diterapkan dan bagaimana pelaksanaannya. Kemudian hasil_ hasil apa yang sebenarnya diingin kan, serta bagaimana latar belakang dari semuanya itu. Hal-hal itulah yang menim_bulkan rasa keingintahuan penulis, di samping faktor aka_demis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Sastra Univer_sitas Indonesia. Sesuai dengan pemilihan judul di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah berusaha menggambarkan pelaksa_naan program di atas, dalam rangka menuju tentara yang profesional . Artinya, memiliki organisasi tentara yang teratur, ada jenjang kemiliteran, serta memiliki lembaga pendidikan resmi. Hal ini tak lepas dari faktor-faktor.

"
1986
S12343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Tahi Bonar, 1920-
"buku ini berisi pidato dan karangan yang mencerminkan sumbangan pikiran yang disajikan oleh penulis di tahun-tahun 1955 - 1958 kepada pemerintah, masyarakat, dan angkatan perang dalam upaya kita menghadapi zaman itu. Pidato-pidato dan karangan tersebut pada masa ini telah termasuk dalam sejarah ..."
Djakarta: Indira, 1960
K 355.009 598 SIM p
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Maryoso
"Studi tentang hubungan politik-militer di Republik Indonesia pada masa awal Revolusi, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan tahun 1948. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan suatu permasalahan yang dihadapi Angkatan Perang di Republik Indonesia, khususnya dalam mengatasi konflik dengan pemerintahan sipil. Untuk menunjang penulisan ini, penulis telah melakukan pengumpulan data melalui studi literatur, seperti: buku-buku, surat kabar, majalah, artikel serta brosur, baik yang terbit pada masa peristiwa maupun sekarang. Dari hasil penelitian penulis, menunjukkan bahwa konflik atau permasalahan yang terjadi dalam tubuh angkatan perang di Republik Indonesia pada masa tersebut, disebabkan karerna adanya campur tangan sipil dalam urusan intern angkatan perang. Suatu sistem pemerintahan yang masih labil dan longgar, membuka kesempatan bagi golongan sipil untuk turut menjadikan angkatan perang sebagai alat politik. Ini terlihat dengan campur tangan Amir Sjarifoeddin, seorang tokoh sosialis radikal. Sejak ia duduk dalam kursi pemerintahan, bahkan ketika ia menjabat Menteri Angkatan Perang (Pertahanan) menjadikan dirinya sebagai tokoh saingan di samping Soedirman, seorang tokoh militer regular yang men_duduki pimpinan Markas Besar. Walaupun pada awalnya ada usaha-usaha Amir untuk menggulingkan kekuasaan Soedirman, namun pada akhirnya Soedirman muncul sebagai superior dalam kalangan angkatan perang di Republik Indonesia."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sedjarah ABRI, 1971
355.4 SED
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trihadi
Jakarta: Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sedjarah ABRI, 1971
358.4 TRI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudono Jusuf
Jakarta : Pusat Sedjarah ABRI. Depertemen Pertahanan Keamanan, 1971
959.8 SUD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Sejarah Militer TNI AD, 1972
355.4 IND c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Patrianto S.
"ALRI Pangkalan IV Tegal sebagai organisasi ALRI terbe_sar di Jawa pada periode Perang Kemerdekaan RI (1945-1948), di bentuk dan dikembangkan oleh para anggota BKR/TKR Laut daerah Tegal dan Semarang pada bulan November 1945. Pada periode ini, Pangkalan IV Tegal, atau yang kemudian dikenal sebagai Corps Armada (CA) IV, berusaha mengembangkan konsep armada dan marinir dalam konsep keorganisasian ALRI, baik dalam penyusunan organisasinya maupun melalui jalur pendi_dikan, seperti Sekolah Angkatan Laut (SAL) Tegal dan Lati_han Opsir (LO) Kalibakung. Pada periode ini juga, Pangka_lan IV Tegal dihadapkan pada permasalahan dualisme komando yang saling bertentangan di dalam tubuh komando pusat ALRI, yaitu Markas Besar ALRI Yogyakarta dan Lawang. Keduanya saling berebut pengaruh agar dapat menguasai dan mengontrol Pangkalan IV di bawah komando mereka. Masalah dualisme ko_mando tersebut baru terselesaikan, ketika ALRI di reorgani_sari tahun 1948. Pada saat meletus Perang Kemerdekaan I (1947-1948), Markas dan Kota Tegal diduduki oleh Belanda, sehingga Pangkalan IV atau CA IV bergerilya di sekitar Te_gal-Pekalongan, dan bermarkas di Temanggung. Pada saat perang Kemerdekaan II (1948-1949), CA IV memperoleh daerah perjuangan sendiri di sekitar Pemalang-Pekalongan-Batang hingga sekitar Gunung Slamet. Daerah tersebut dikenal se_bagai rub-wehkreise Slamet (SNKS) V. CA IV merupakan pasu_kan ALRI terbesar di Jawa saat itu, dan satu-satunya pasu_kan ALRI yang memperoleh daerah Sub-Wehrkreis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dominicus Ezra Narendratmaja Bhaskara
"Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan peranan penerbang AURI dalam berbagai operasi udara yang dilaksanakan saat Operasi Trikora.d Perjanjian Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, masih menyisakan salah satu masalah dalam kedaulatan Indonesia, yakni permasalahan Irian Barat. Bahkan setahun setelahnya, Belanda ingkar janji dan Irian Barat masih dikuasai oleh mereka. Sengketa ini akhirnya berpuncak pada Pidato Trikora oleh Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961, yang menjadi deklarasi untuk mengembalikan Irian Barat di tingkat yang lebih lanjut. Sebagai tindak lanjut, dibentuklah Komando Mandala. Melalui Komando Mandala Indonesia terus berupaya melakukan operasi infiltrasi untuk membebaskan Irian Barat. Melihat fakta di lapangan, memasuki Irian Barat hanya memiliki dua alternatif, yaitu melalui laut dan udara. Metode Penelitian yang digunakan dalam pembuatan adalah metode sejarah. AURI telah menjelma menjadi salah satu kekuatan udara yang terbesar di Asia Tenggara. Pada masa ini AURI telah memiliki berbagai macam jenis peralatan militer yang canggih dan modern seperti pesawat tempur, rudal dan radar. Penelitian ini menjelaskan mengenai pembelian alutsista yang dilakukan beserta informasi yang saling berlawanan dan juga taktik yang digunakan oleh penerbang-penerbang AURI. Adapun dampak yang dibawa dari keterlibatan para penerbang AURI dalam Operasi Trikora adalah membawa kelancaran pada fase infiltrasi para pasukan ke Irian Barat di mana operasi lintas udara yang dilakukan berhasil menerjunkan ribuan infiltran dalam skala yang lebih besar.

This research examines the role of Republic of Indonesia Air Force Aviators in the many aerial operation conducted during Operation Trikora. The Round Table Conference agreement in 1949, left a single problem surrounding Indonesia's sovereignty, namely the issue of West Irian. A year has gone by and yet the Dutch did not kept their promise. This dispute eventually culminated in the Trikora Speech by Soekarno on 19 December 1961, which officially sounded the drums of war against the Netherlands. As a follow-up, the Komando Mandala was formed. Through Mandala, Indonesia continued to carry out infiltration operations to liberate West Irian. Looking at the geographical condition, there’re two ways to enter West Irian, namely by sea and air. The research method used in the making is the historical method. AURI has transformed into one of the largest air forces in Southeast Asia. During this era AURI had various types of sophisticated and modern military equipment such as fighter planes, missiles and radars. This research explain more about the purchases of military equipment and the tactic used by the aviators during the operation. The impact of the involvement of AURI pilots in Operation Trikora has brought about success to the infiltration of ground force into West Irian in which the conducted airborne operation has managed to bring more troops at a larger scale."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nazarudin bin Zainun
"ABSTRAK
Pembahasan tentang logistik sering mendapat porsi kecil dalam penulisan sejarah militer (TNI). Pada hal matra ini merupakan aalah satu faktor penting, malah menentukan jalannya pertempuran. Kekuatan sebuah pasukan tempur tergantung pada fondasinya, dan fondasi itu adalah logistik (supply) yang berbasis pada rakyat.
Dalam kaitannya dengan TNI dalam keadaan darurat dan perang di Jawa Tengah bagian Barat, unsur logistik umum mencakupi penanganan kesehatan, kemunikasi, makanan, zeni, transportasi, pakaian, personalia dan ditambah dengan bahan-bahan modal. Hampir kesemua unsur tersebut tidak dipunyai TNI, hanya personalia Baja yang dapat dipenuhinya.
Kesulitan logistik TNI masa ini sebagai akibat dart garis van Mook- yang memisahkan pusat-pusat perdagangan dan pertanian yang subur di Jawa Barat dan Jawa Timur. Penerapan blokade ekonomi Belanda terhadap keluar masuknya barang darti RI menyebabkan kas pemerintah RI kosong. Keadaan ini mempengaruhi pemenuhan logistik TNI. Ini ditambah lagi dengan lonjakkan pengungsi dari kota ke desa seperti dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, yang tentunya berakibat kepada fisik dan paikologis rakyat. Faktor fisik berkaitan dengan dampaklangsung dari strategi bolokade ekonomi yang dilancarkan Belanda dan faktor psikologis merupakan akibat dari kondisi perekonomian rakyat yang tidak menentu saat itu. Akibatnya berleluasalah usaha-usaha penyeludupan dilakukan TNI untuk kebutuhan logistik tentara dan umum.
Selain dari penyeludupan, TNI Juga sangat tergantung kepada rakyat sebagai sumber utama pemenuhan logistiknya yang bersifat non taktis. Dalam hal ini peranan rakyat bukan saja sebagai fondasi logistik kepada TNI tapi Juga sebagai pemberi informasi dan mereka saling melindungi. Sementara itu kebutuhan logistik taktis pula selain didapat dari peninggalan Jepang juga dari pasukan Belanda yang diserse, penyeludupan terutama dari Singapura secara barter serta buatan sendiri dengan menyulap pabrik gula menjadi pabrik senjata, yang sekali lagi mengandalkan tenaga rakyat sebagai pekerja.
Selain itu, di daerah-daerah tertentu ada juga pasukan yang bertugas khusus mengumpulkan bahan-bahan modal (merupakan ciri khas kawasan ini) yaitu Panca Koa dan GERDAK. Mereka ini menjarah harta milik Belanda dan Cina yang tidak mendukung RI dan diberikan kepada TNI sebagai bahan-bahan modal untuk membeli kebutuhannya. Jadi, skripsi ini selain bersifat menguji definisi logistik umum militer, juga ingin memperlihatkan terdapatnya penyimpangan-penyimpangan dari definisi tersebut bagi daerah Jawa Tengah bagian Barat.

"
1995
S12729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>