Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Setiani Sukarno
"Salah satu pengaruh dari unsur kebudayaan India yang terdapat di Jawa Tengah adalah agama Hindu beraliran Saiva. Bukti pertama yang menunjukkan hal itu yakni adanya sebuah batu bertulis yang ditemukan di desa Dakawu, kawedanan Grabag (Poerbatjaraka 1952:42), dan lebih dikenal dengan nama prasasti Tukmas (Poerbatjaraka 1952:57). Prasasti lain sesudah Tukmas, yang juga menunjukkan bahwa agama Hindu di Jawa Tengah beraliran Saiva ialah prasasti yang ditemukan di desa Canggal, daerah Kedu, dengan angka tahun berbentuk candrasangkala, yaitu tahun 654 Saka atau 732 Masehi (Poerbatjaraka 1952:42). Pada masa Jawa Kuna, agama Hindu yang cenderung kepada aliran Saiva dan berkembang di Jawa Tengah adalah agama Hindu Jawa yang merupakan hasil dari proses akulturasi. Dalam aliran saiva di mana tentunya Siva yang dianggap sebagai dewa tertinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aam Zamila
"ABSTRAK
Salah satu wilayah Indonesia yang mendapat pengaruh kebudayaan India adalah Pulau Jawa. Pengaruh kebudayaan ini terdapat pada berbagai unsur kebudayaan, salah satu di antaranya adalah agama Hindu aliran Siva. Di Jawa hal yang membuktikan terdapat peninggalan-peninggalan kepurbakalaan hasil kebudayaan Hindu yang beraliran Siva adalah adanya candi-candi yang ditemukan masih bersama arcanya, di puncak candinya selalu dijumpai area Siva atau perwujudannya berupa linga (Sedyawati 1978:38).
Prasasti yang jugs menunjukkan adanya agama Hindu ber_aliran Siva di Jawa Tengah ialah prasasti Canggal yang ditemukan di halaman percandian gunung Wukir di kecamatan Salam (Magelang)1. Isi prasasti ini antara lain menyebutkan puji-pujian kepada Siva, Brahma dan Vishnu. Akan tetapi penyebutan kepada Siva lebih banyak bila dibandingkan dengan Brahma dan Vishnu (Poerbatjaraka 1952:42, Sumadio 1984:98). Penyebutan ini merupakan bukti adanya pemujaan yang istimewa terhadap Siva.
Dalam aliran Siva, Siva dianggap sebagai dewa tertinggi, mempunyai tiga sifat, yaitu sebagai pencipta, pelindung dan perusak (Gupta 1972:45). Tiga sifat yang dimiliki oleh Siva ini sebenarnya dimiliki oleh Brahma sebagai dewa pencipta...

"
1985
S11537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedah Rufaedah Sri Handari
"ABSTRAK
Penelitian mengenai arca Parvati yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur telah dilakukan di Museum Nasional Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran bentuk tokoh Parvati di Jawa, apakah pengarcaan tokoh Parvati di Jawa terikat atau sepenuhnya mengikuti pokok ketentuan ikonografi Hindu di India; mengetahui persamaan dan perbedaan pengarcaan tokoh Parvati di Jawa; dan untuk mengetahui apakah arca Parvati di Jawa dapat ditentukan menggambarkan salah satu wujud Parvati sebagaimana disebutkan di dalam kitab-kitab agama.
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap. Pertama-tama dilakukan kajian kepustakaan dan pengumpulan data berupa arca Parvati yang semuanya berjumlah 36 buah. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode klasifikasi, deskripsi, dan perbandingan. Pada tahap pertama ketiga puluh enam arca Parvati dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan jumlah tokoh dalam keseluruhan adegan, yaitu yang sendiri (A), dengan seorang parivara (pendamping, pengiring) (B), dan dengan 2 orang parivara (C). Setelah itu dilakukanlah deskripsi terhadap ketiga kelompok arca Parvati tersebut.
Tahap selanjutnya dilakukan metode perbandingan. Metode ini digunakan dalam usaha untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara ciri-ciri arca Parvati di Jawa dan di India, selain itu juga dipakai dalam usaha melakukan identifikasi terhadap tokoh Parvati di Jawa. Hasilnya menunjukkan bahwa 69,25 persen dari ketiga puluh enam area Parvati percontoh mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berdiri, samabhanga, atau duduk dengan sikap kaki dilipat; bertangan empat, tangan kanan dan kiri depan berada dalam sikap dhyana (dengan atau tanpa padma di telapak tangannya), dan tangan kanan dan kiri belakangnya memegang aksamala dan camara, atau nilotpala; kepalanya mengenakan kiritamakuta dengan hiasan yang bervariasi; di bahunya tergantung sebuah upavita; selain itu juga dikenakan perhiasan-perhiasan lainnya seperti jamang, subang, kalung, kelat bahu, gelang tangan, dan lain-lain. Ciri-ciri arca seperti telah disebutkan tadi ditemui pada arca-arca kelompok A, B, dan C.
Mengenai identifikasi arca Parvati di Jawa, dapat diketahui bahwa arca-arca B1 dan B3 diduga merupakan wujud Parvati sebagai lima, yaitu pada penggambaran Umasahita-Candrasekharamurti dan Umasahita-Sukhasanamurti, dan arca A25 diduga merupakan wujud Parvati bertangan 4 (IAal). Sedangkan mengenai ikonometri dapat diketahui bahwa arca-arca yang berpasangan dengan Siva ternyata memenuhi ketentuan yang terdapat dalam kitab-kitab Agama. Arca-arca B1, B2, B3, B4, dan B5 dapat digolongkan ke dalam variasi uttama-madhyama-dasatala, dan arca-arca B6 dan B7 dapat digolongkan ke dalam varia_si adhama-madhyama-dasatala. Sedangkan arca-arca yang ti_dak berpasangan dengan Siva, hanya ada 2 yaitu arca-arca A14 dan A19 yang agaknya mendekati ketentuan tersebut, dengan masing-masing perbandingannya yaitu 1:9,50 dan 1:9."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lani Kumarika Dharma
"ABSTRAK
Avalokitesvara merupakan Bodhisattva yang dianggap penting dalam agama Budha Mahayana. Bukti adanya pemujaan Avalokitesvara di Jawa Tengah selain diketahui dari pene_muan sejumlah arca Avalokitosvara, diketahui pula dari prasasti. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data primer ialah 14 buah arca Avalokitosvara koleksi Museum Nasional Jakarta asal Jawa Tengah, bahan perunggu. Tujuan yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui se_jauh mana ketentuan pengarcaan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala diikuti di Jawa Tengah. Ciri yang sama antara Avalokitosvara Jawa Tengah dengan ketentuan dalam Sadhanamala adalah hiasan pada mahkota yang berupa bentuk Amitabha. Identifikasi tidak berhasil dicapai. Tidak satu pun arca yang mengikuti semua ketentuan salah satu perwujudan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala. Arca Avalokitosvara dipergunakan sebagai obyek meditasi. Mantra yang digoreskan pada umpak arca memperkuat dugaan tersebut. Kepustakaan yang dipergunakan berjumlah 63 buah, yang tertua tahun 1896, yang termuda tahun 1984_

"
1985
S11768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Happy Nusa Bhina
"ABSTRAK
Arca Trimurti ialah arca-arca dewa Brahma, Visnu dan Siva yang merupakan dewa-dewa tertinggi di dalam agama Hindu dan masing-masing dewa memiliki pengikutnya sendiri-sendiri. Di dataran tinggi Dieng, di mana terdapat bangunan-bangunan candi tertua di Indonesia banyak ditemukan arca Trimurti yang bentuk penggambarannya bervariasi. Dalam penelitian ini arca Trimurti dengan penggambaran duduk pralambhasana di atas pundak vahana seperti manusia duduk dijadikan sebagai data utama, arca Trimurti dengan penggambaran bukan duduk di atas pundak vahana dijadikan sebagai data pembantu, dan arca Trimurti dengan penggambaran duduk pralambhasana di atas pundak vahana seperti manusia duduk yang berasal dari daerah lain selain Dieng dijadikan sebagai data pembanding. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk dan aturan-aturan pokok yang dijadikan landasan berpikir oleh masyarakat pendukung kesenian arca Dieng dalam pembuatan arca Trimurti . Selain itu, melihat apakah unsur-unsur dalam pembuatan arca ini mengikuti pokok-pokok ketentuan ikonografi India, melalui pendekatan Deskripsi ikonografi ( menggunakan buku Edi Sodyawati Pemerincian Unsur Dalam Analisa Seni Arca, dalam PIA 1 1977) dan ikonometri, induktif dan komparatif diharapkan tujuan penelitian dapat dicapai. Hasil yang diperoleh baik dari segi ikonografi maupun ikometrinya (secara proporsional) secara umum menggambarkan adanya keseragaman dalam pola berpikir, dan banyak ditemukan unsur-unsur pembuatan area yang menunjukkan bahwa seniman-seniman pendukung keseni-arcaan Dieng tidak sepenuhnya terikat pada aturan-aturan pokok keseni-arcaan India."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Nanny Harnani
"Agama Hindu dan Buddha mengenal konsep kemakmuran yang digambarkan dalam bentuk dewa. Pemberi kemakmuran ini dalam agama Hindu disebut Kuwera, sedangkan dalam agama Buddha disebut Jambhala, tapi kadang-kadang disebut juga Kuwera. Dalam ikonografi Hindu-Buddha yang ada di India, kedua dewa ini hampir sama, demikian pula arca-arca dewa kemakmuran ini di Indonesia, khususnya Jawa kesamaan tersebut juga nampak. Tujuan penelitian ini, ialah untuk mengetahui secara ikonografis persamaan dan perbedaan dari arca-arca tersebut, dan dari ketentuan-ketentuan pengarcaan di India tersebut apakah juga diikuti dalam pengarcaan di Jawa. Melalui kepustakaan dan sejumlah data arca yang diperoleh dari koleksi museum-museum dan pribadi (30 area sebagai sampel) disusunlah metode penelitian dengan cara perbandingan, yaitu perbandingan antara kitab-kitab ketentuan yang berasal dari India dengan melihat persamaan dan perbedaan arca-arca di Indonesia yang sudah dideskripsikan. Berdasarkan perbandingan dan kesamaan arca-arca dengan kitab-kitab ketentuan, maka dapat diketahui bahwa secara ikonografis antara kedua dewa kemakmuran dalam agama Hindu dan Buddha tersebut relatif sama. Walaupun secara detil ada pula perbedaannya, seperti yang terlihat pada sikap duduknya. Sedangkan perbedaan yang meyolok terlihat pada laksana yang dipegangnya. Dalam agama Hindu laksana yang dipegang yaitu kantong harta sedangkan dalam agama Buddha yaitu nakula. Secara keseluruhan kedua bentuk dewa ini memang sulit untuk langsung dapat dilihat perbedaannya, tanpa memperhatikan detil-detilnya. Kiranya pula hasil-hasil penelitian ini masih perlu diuji kebenarannya, baik dengan penambahan data-datanya yang lebih banyak maupun pada cara-cara pengungkapannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarmahenia
"ABSTRAK
Pemujaan terhadap Siva dalam agama Hindu aliran Saiva diwujudkan dalam berbagai bentuk sesuai dengan sifatnya sebagai dewa tertinggi. Salah satunya adalah sebagai Adhanarisyaca, yaitu bentuk gabungan Siva bersama saktinya (Parvati) dalam satu tubuh. Bagian kanan bersifat pria (Siva),dan bagian kiri bersifat wanita sakti/Parvati). Pulau Jawa pada abad tujuh hingga limabelas banyak dipengaruhi kebudayaan India, oleh karena itu dalam telaah ikonografi arca Ardhanarisvara di Jawa ini dibahas perbandingan arca Ardhanarivara di Jawa dan di India serta kesesuaian dan penyimpangannya dengan pokok ketentuan ikonografi berdasarkan sumber Hindu India. Berdasarkan perbedaan ciri-ciri arca Adhanarisvara di Jawa dan di India yang juga merupakan penyimpangan dari pokok ketentuan ikonografi Hindu India serta hubungannya dengan penyebutan dalam kitab-kitab Jawa Kuno, dalam skripsi ini diajukan beberapa kemungkinan penyebabnya, antara lain karena adanya tradisi pengarcaan raja (bersama isterinya) yang telah meninggal sebagai arca perwujudan dalam bentuk Ardhanarisvara.

"
1986
S11924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardini Sumono
"ABSTRAK
Sejak masa pemerintahen Belanda di Indonesia, banyak diadakan penelitian terhadap bangunan kuno. Pada mulanya penelitian itu berupa perjalanan ke daerah dan tempat peninggalan purbakala. Mereka mengadakan pencatatan terhadap arca-arca yang ada pada candi-candi. Akhirnya para peneliti itu tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang arca-arca potret dari Jawa Timur.
Para peneliti Belanda itu antara lain W.P. Groeneveldt, la menulis tentang area yang dianggap sebagai arca potret, yaitu suatu arca yang didirikan sebagai peringatan kepada orang yang dicintai atau dihormati dengan cara mengabadikan, orang yang telah meninggal. Arca itu menggambarkan dewa tertentu yang menjadi curahan kebaktianya ketika ia masih hidup (Groeneveldt 1908:142). Menurut Groeneveldt, pada waktu itu di Jawa Timur telah ada kebiasaan untuk mendirikan arca-arca perwujudan, ya_itu mengabadikan seseorang yang telah meninggal dengan mendirikan sebuah patung sedangkan raut muka arca itu disesuaikan dengan.raut muka orang yang telah meninggal. Sehingga ia berkeyakinan bahwa raut muka tersebut bukan lah raut muka dewa biasa. Hal itu nampak pada beberapa arca yang telah ditelitinya, dari Museum Nasional Ja_karta no. 231, no.38, dan no.103e.

"
1984
S11874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Andrietta
"Penelitian ini mengkaji arca dewa Karttikeya di Jawa dengan tinjauan ikonografi. Arca-arca yang dijadikan data penelitian berasal dari Museum Nasional Jakarta, Museum di Tengah Kebun, Museum Radya Pustaka, dan Koleksi BP3 D.I. Yogyakarta.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap kesesuaian ikonografi arca Karttikeya di Jawa dengan ketentuan Hindu India. Penelitian mengungkapkan bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Hal tersebut mengungkapkan bahwa penggambaran dewa Karttikeya di Jawa selain mengikuti ketentuan yang berasal dari Hindu India juga terdapat penggambaran yang tidak sesuai dengan ketentuan Hindu India, yang menunjukkan adanya kebebasan seniman dalam mem-visualisasikan dewa yang dipujanya.
This Research examines God Karttikeya Sculpture in Java with iconography overview. The sculpture which used as data research are from National Museum Jakarta, Museum di Tengah Kebun, Radya Pustaka Museum, and Ruang Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta.
The aim of this research is to reveal the suitability of the iconography of God Karttikeya sculpture in Java with provision of Hindu India. The research reveals that there are some similarities and differences. It reveals that not only the depiction of God Karttikeya in Java, but also there are some incompatibility in those sculpture with the provision of Hindu India, which indicates the existence of freedom of the artist to visualize the deity adored.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1037
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Saringendyanti Soedibyo
"Siva Trisirah merupakan salah satu wujud (Siva berkepala lima). Berdasarkanatas penelitian terhadap kepala (rambut, wajah, perhiasan yang dipakai), sikap badan, laksana, dan sikap tangan. Mengenai perubahan atau konsepberpindahnya penggambaran dari lima kepala ke tiga kepala belum diketahui.Apakah pemujaan Siva dari satu aliran tertentu yang mengakibatkan perubahan penggambaran."
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S11810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>