Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172289 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Respatianto
"Teknologi secara harfiah ialah ilmu yang berhubungan dengan teknik. Teknik adalah metode, cara dan keterampilan untuk membuat sesuatu atau mencapai sesuatu. Dalam makna yang luas, teknologi berarti cara-cara membuat atau mengerjakan benda-benda, yang dalam mendapatkannya dapat dipelajari terlebih dahulu. Teknologi juga dapat diartikan semua proses yang berkaitan dengan bahan. Selain itu, teknologi juga bertujuan untuk mempelajari hubungan antara sistem teknik dan fenomena sosial ekonomi pada masyarakat pendukungnya. Pada prinsipnya, teknologi meliputi semua proses, dari mulai memperoleh bahan sampai membuangnya, melalui tahapan pembuatan dan penggunaan. Dalam hal ini, industri dapat dipelajari melalui sebuah kombinasi dari beberapa elemen seperti bahan baku, aktifitas pembuatan, keahlian dalam membuat alat, dan alat pembuatnya (lnizan, 1992:12). Teknologi pembuatan suatu benda terdiri dari substractive technology dan additive technology. Substractive technology adalah pembuatan suatu produk dengan mengurangi bahan baku. Sedangkan additive technology adalah pembuatan suatu produk dengan menambah bahan baku (James Deetz, 1967:48). Proses pembuatan suatu benda akan sangat menentukan kualitas hasil benda yang dibuat. Penentuan kualitas hasil pembuatan tergantung pada kemampuan seorang pembuat alat (artisan). Semakin mahir seorang artisan, maka hasilnya akan semakin bagus, dan mendekati kesesuaian dengan keinginan yang direncanakan. Pada prinsipnya, teknologi pembuatan suatu alat terdiri dari substractive technology dan additive technology. Teknologi pembuatan alat batu merupakan salah satu dari contah substractive technology, yaitu pembuatan suahu alat dengan melakukan pengurangan terhadap bahan baku. Pembuatan alat batu itu sendiri adalah perpaduan dari sejumlah pengetthium yaitu kemanapun memperoleh, memilih dan menyiapkan bahan, memotong, menyerpih, menghaluskan, melubangi, dan membentuk bahan baku menjadi produk (Crabtree, 1972:4). Dalam membuat alai batu, seorang pembuat harus melakukan pembuatan dengan hati-hati, karna apabila terjadi kesalahan dalam pemotongan, penyerpihan, dan penghalusan maka akan berakibat pada kegagalan pembuatan sesuai dengan yang direncanakan. Hal itu disebabkan batuan yang sudah dipisahkan tidak dapat ditempel kembali."
2000
S11886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viniya Metta
"Seni hias dibuat manusia sejak zaman prasejarah, yang antara lain dapat ditemui pada dinding-dinding gua, tulang, tembikar dan logam. Seni yang berkembang pada masa prasejarah bisa disebut sebagai seni prasejarah, dan bisa dipandang sebagai awal perkembangan kelahiran karya estetis yang dikaitkan dengan aturan-aturan tertentu. Motif hias seni prasejarah hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat masa prasejarah sebagai ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, dan proses penciptaannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Salah satu bentuk seni yang berkembang pada masa prasejarah adalah motif hias, yang tidak hanya berkembang di wilayah Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang terdapat di wilayah Asia Tenggara iainnya, dalam hal ini adalah Malaysia dan Vietnam. Motif-motif yang ada antara lain adalah motif hias geometris, motif hias fauna, motif hias manusia dan motif hias perahu. Dari analisis perbandingan, terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan, bahkan di Malaysia sejumlah motif tidak dikenal baik di media tanah liat maupun logam. Beberapa motif yang tidak terdapat di Malaysia antara lain adalah motif hias chevron, barisan empat persegi panjang, motif hias segi tiga dengan titik di antaranya, motif belah ketupat ganda, meander tegak, meander miring arah hadap ke kiri, recal citrante, motif huruf S, motif sulur gelung dan sepasang burung. Sementara di Indonesia dan Vietnam variasi motif lebih beragam. Hal-hal yang bisa dijelaskan sehubungan dengan hal tersebut adalah pertimbangan selera lokal yang berkembang di masyarakat prasejarah masing-masing wilayah. Faktor penentu penggambaran motif hias secara visual adalah, antara lain 1) kondisi geografis tempat masyarakat pendukung kebudayaan tersebut tinggal, 2) faktor kepercayaan dan 3) faktor teknis. Faktor teknis meliputi media bahan yang digunakan, apakah berupa tanah liat atau logam, lalu apakah permukaan bidang yang dihias rnerupakan permukaan yang datar atau melengkung. Sementara faktor geografis meliputi selera lokal yang berkembang di masyarakat pendukung kebudayaan di masing-masing wilayah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendiarto
"Teknologi batu adalah teknologi reduktif, yakni proses pembuatan produk yang dilakukan dengan cara mengurangi volume bahan. Buangan dari proses pembuatan itu adalah limbah; sehingga secara teoritis, limbah merupakan bungkus (cetakan) dari produk, dan dapat dijadikan data untuk membina ulang proses pembuatan. Hasil ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1981 di dukuh Limbasari memperoleh data jenis ini. Bertolak dari anggapan di atas, dilakukan kajian terhadap data hasil ekskavasi tersebut untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara limbah dengan tahapan pengerjaan dan hubungan antara 1imbah dengan teknik pengerjaan. Metode analisis bentuk, ukuran dan khusus diterapkan dalam kajian ini. Demikian pula metode kajian pustaka dan percobaan peniruan.
Dari hasil penelitian ini dapat dikenali enam tahapan pengerjaan produk beliung dan tujuh tahapan pengerjaan produk gelang. Keseluruhan tahapan pengerjaan ini terbagi atas dua proses kegiatan, kegiatan pembentukan dan penghalusan. Pada proses kegiatan pembentukan digunakan teknik--teknik penyerpihan, sedangkan pads proses kegiatan penghalusan digunakan teknik asah; untuk membentuk gelang digunakan teknik bor..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Hasyim
"Kabupaten Maros merupakan suatu daerah yang sangat dikenal dengan ggalan arkeologis, khususnya tinggalan arkeologis berupa situs gua prasejarah gsejak awal abad ke 20 daerah ini telah menjadi pusat perhatian para arkeolog lebih seabad lamanya penelitian yang dilakukan di kabupaten Maros, para peneliti hanya memfokuskan penelitiaannya terhadap peninggalan-peninggalan gua-gua dan nanti setelah para mahasiswa Jurusan Arkeologi Unversitas Hasanuddin pada tahun 1994 melakukan kegiatan praktek lapangan mata geomorfologi di daerah kecamatan Mallawa, menemukan alat batu berupa dan beliung, serta fragmen gerabah. Setclah itu, pada tahun 1995 Suaka nggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Sulselra, melakukan survei dalam upaya tmventarisasi situs. Kemudian pada tahun itu juga, Bidang Arkeomentri Pusat litian Arkeologi Nasional yang bertjuan untuk mengetahui jenis batuan dan, serta temuan berupa alat batu yaitu kapak dan beliung, serta gerabah yang pat di situs Mallawa. Kemudian tahun 1999 Jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin dan Balai Arkeologi Makassar melakukan penelitian berupa ekskavasi sekaligus melakukan pemetaan di silos Mallawa.
Dari basil penelitian yang dilakukan di situs Mallawa maka dapat ditarik lesimpulkan bahwa : Hasil uji laboratorium dengan menggunakan radiokarbon C14 di Australian National University terhadap beberapa sampel tanah (arang) dan gerabah, fragmen tulang binatang berkarbon yang diambil dari basil ekskavasi di sisi bukit bagian timur Bulu Bakung di kotak galian 1 (K1), (spit 3) ANU-1 1275 (576 +1- 80 BP) yaitu 580 BP, (spit 7) ANU-11274 (1860 +1- 70 BP) yaitu 1780 BP, dan (spit 9) ANU-11276 (2490 +1- 220 BP) yaitu 2550 BP. Dari basil uji laboratorium tersebut memberikan gambaran bahwa penghunian situs Mallawa dalam konteks neolitik telah berlangsung sejak 600 SM. (2550 P BP). Dari hasil uji laboratorium terhadap temuan alat batu (kapak dan beliung) dan bahan batuan yang ada di situs Mallawa oleh Bidang Arkeometri Pusat penelitian arkeologi Nasional di ketahui bahwa bahan pembuatan alat batu memiliki persamaan jinis batuan berupa batuan basal yang banyak ditemukan di sekitar situs Mallawa. 1lal ini berarti bahwa manusia pendukung budaya di situ Mallawa telah memanfaatkan sumberdaya batuan untuk dipergunakan sebagai bahan Baku maupun sebagai sarana pembuatan alat..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T39166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Octavianty
"Kedokteran Militer di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) memiliki peran dalam dukungan dan layanan kesehatan pada masa perang dan damai. Ancaman terhadap pertahanan yang tidak hanya berasal dari serangan agresor tetapi juga kondisi bencana alam. Layanan kedokteran forensik dan medikolegal merupakan suatu hal yang baru dalam instansi TNI AL, sehingga penelitian ini akan membahas potensi peranan dokter spesialis forensik dan medikolegal (Sp.FM) di instansi TNI AL dalam mendukung tugas pokok TNI AL, serta memetakan potensi risiko/konflik dalam pemberian layanan kedokteran untuk hukum (yandokkum) serta mitigasi konflik serta membangun imparsialitas dan independensi dalam tugas pelayanan. Sebagai penelitian kualitatif eksploratif dengan pendekatan grounded theory, data diambil dengan metode FGD dan wawancara mendalam terhadap pemangku kebijakan di level menengah dan pemangku kebijakan pusat. Hasilnya, didapatkan bahwa peran Sp.FM yang diharapkan dominan dalam pembuktian kasus perkara pidana, ternyata diutamakan untuk mendukung tata kelola kebencanaan melalui proses identifikasi. Peranan Sp.FM diharapkan dapat berkolaborasi untuk mengatasi konflik baik internal dari kedokteran militer dan antar matra di TNI, maupun eksternal dengan korps lain di TNI dan unsur di luar TNI melalui pendekatan multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin sehingga tujuan yandokkum di instansi TNI AL dapat terwujud.

Military Medicine in the Indonesian Navy (TNI AL) plays a crucial role in providing healthcare. Defense threats arise not only from aggressor attacks but also from natural disasters. Forensic and medicolegal services is a relatively new field within the Indonesian Navy. This study explores the potential role of forensic and medicolegal specialists (Sp.FM) in supporting the Indonesian Navy's primary duties, mapping potential risks and conflicts in providing forensic medical services, proposing conflict mitigation strategies, and ensuring impartiality and independence in service tasks. This is an exploratory qualitative study with grounded theory approach. Data was collected through FGDs and in-depth interviews with mid-level and top policymakers. The findings revealed that the role of Sp.FM, which was expected to be dominant in criminal case investigations, was primarily directed towards supporting disaster management through identification processes. The role of Sp.FM is anticipated to collaborate in addressing internal conflicts within military medicine, inter-service conflicts within the navy, and external conflicts with other corps and external entities. This can be achieved through comprehensive collaboration with multidisciplinary, interdisciplinary, and transdisciplinary approaches, ensuring that the objectives of medical services for legal purposes are met in the navy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1987
306 EVA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Forum Studi Kebudayaan FSRD ITB, 2007
133.9 SPI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chuzaimah Dahlan Diem
Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011
025.58 CHU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Bandung, 2012
KULTURA 1:1 (2012)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Oky Harwanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>