Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Surti Nastiti
"Sampai saat ini prasasti masih dianggap sebagai sumber utama dalam merekonstruksi jalannya sejarah kuno Indonesia. Data yang terkandung di dalamnya tidak saja penting bagi penyusunan sejarah politik Indonesia sampai akhir abad ke-15, tetapi penting juga untuk peneli-tian yang menyangkut masalah kehidupan sosial-ekonomi dari masyarakat Indonesia Kuno (Boecheri, 1965; 1977c). Prasasti yang akan dibahas dalam studi ini adalah prasasti Pagumulan yang berangka tahun 824 Saka serta 825 Saka. Dari angka tahunnya ini maka dapat diketahui_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S12074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Penelitian ini adalah merupakan usaha untuk mengungkapkan peninggalan sejarah kuno sekitar kurun waktu abad 11 Masehi, yaitu secara khusus adalah masa pemerintahan raja Airlangga. Raja Airlangga merapakan seorang tokoh yang patut dikaji, karena selain kabijakan yang didalankan semasa pemerintahannya sehingga mengangkataya menjadi salah satu raja besar di sapanjang perjalanan sejarah kuno Indonesia, ia diperkirakan mempunyai jaringan politik, ekonomi dan agama dengan raja-raja di daratan Asia Tenggara. Bahkan ide pembaharuannya diperkirakan merupakan .pengaruh dari keterkaitannya dengan jaringan tersebut, demikian juga kebijakan pamerintahan yang dilakukan banyak diikuti oleh raja-raja,dikawasan Asia Tenggara itu.
Penelitian terhadap suatu masa yang telah lampau dimungkinkan dengan meneliti kembali data tertulis yang dihasilkan pada masa tarsebat di samping tinggalan materi yang masih ada hingga sekarang. Jelaslah prasasti menjadi tulang punggung data yang akan diolah di samping karya sastra pada masanya. Sebelum data tersebut, diinterpretasi dan diintegrasikan dengan data yang lain, prasasti-prasasti itu haruslah dianalisis tealebih dahulu sehingga layak dianggap sebagai data.
Analisis yang dilakukan adalah kritik yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern berkenaan dengan otentisitas sumber dan kritik intern berkenaan dengan kredibilitas sumber. Kritik intern berkenaan dengan deskripsi, transliterasi dan terjemahan.
penelitian awal ini adalah mengkaji 4 buah prasasti yang diterbitkan oleh raja Airlangga, ke empatnya dibaca ulang dialih aksarakan dan diterjemahkan. Hasil dari kritik intern yang dilakukan, selain memperbaiki pembacaan oleh peneliti sebelumnya juga dijumpainya beberapa hal baru yang memerlukan penelitian lanjutan yaitu munculnya kebiasaan menjabarkan berbagai tindak pidana dan perdata dalam masyarakat, kemudian munculnya hak-hak istimewa raja dan keluarganya serta membengkaknya jumlah abdi dalam raja.
Jelaslah hal tersebut pasti mempunyai kaitan dengan kaadaan politik, sosial dan ekonomi. Selain itu juga telah ditetapkan pembabakan terhadap masa pemrintahan Airlangga sesuai dengan data prasastinya (20 buah) yaitu masa awal pemerintahan yang diisi dengan peperangan untuk menegakkan hegemoninya, masa keemasan dan masa akhir yaitu saat-saat pembagian kerajaannya untuk menghindari perang saudara.
Keempat prasasti -yang dianalisis memunculkan 4 tema yang menarik. Prasasti Pucangan berbahasa Sanskerta adalah prasasti yang memuat tema legitimasi bagi kedudukan Airlangga sebagai raja, sedangkan prasasti Pucangan berbahasa Jawa kuno yang diterbitkan beberapa tahun kemudian, sarat dengan penjelasan kehidupan keagamaan Airlangga selama di pengasingan. Prasasti-Baru menggambarkan kedekatan raja dengan rakyatnya dan bersama dengan prasasti-prasasti lain yang bertema sama yaitu pemberian hadiah status-.sima merupakan tema sosial. Prasasti dengan tema sosial memperlihatkan bahwa Airlangga menjadi raja karena dukungan sepenuhnya dari_rakyatnya. Sedangkan tema ekonomi, dijumpai dalam isi prasasti Kamalagyan, yaitu perbaikan'bendungan untuk kelancaran pekerjaan pertanian dan perdagangan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Trigangga
"Buku ini menguraikan sekitar 50 prasasti dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan."
Jakarta: Museum Nasional Indonesia, 2015
959.8 TRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wibisono
"Prasasti merupakan salah satu peninggalan tertulis dari masa lampau. Sebagai sebuah dokumen tertulis, prasasti menyimpan berbagai macam informasi yang sedikit banyak dapat memberikan gambaran kepada kita mengenai kehidupan manusia pada masa prasasti itu dibuat. Sebuah prasasti biasanya diterbitkan atas perintah seorang raja atau pejabat istana mengenai keputusan mereka mengenai suatu perkara. Oleh karena sifatnya yang resmi, yaitu sebagai dokumen yang diberikan oleh istana, prasasti memiliki format tertentu yang lazim dijumpai, seperti memiliki seruan pembukaan, mencantumkan unsur penanggalan, mencantumkan nama raja atau pejabat yang menerbitkan prasasti itu, mencantumkan nama-nama pejabat yag menerima perintah, dan seterusnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Meilanie Abast
"Prasasti merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia masa lampau, berupa tulisan kuna yang dipahatkan pada suatu benda. Dari prasasti inilah kita memperoleh infomasi tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, struktur kemasyarakatan, struktur perekonomian, agama, kepercayaan dan adat istiadat di dalam masyarakat Indonesia kuna (Boechari,1977c;22). Prasasti Padlegan II merupakan salah satu prasasti dari masa raja Sarweswwara yang belum diteliti lebih dalam. Dalam ROC tahun 1908 prasasti Padlegan II diketahui berada di daerah Pinggir Sari, distrik Tulung Agung. Selanjutnya L. Ch. Damais dalam EEI IV, melakukan pembacaan sebanyak lima baris pertama untuk melakukan penghitungan tarikh masehi. Sejarah mengenai masa Kadiri terutama masa raja SarweSwwara masih sangat kurang. Oleh karena itu penelitian terhadap prasasti Padlegan 11 dirasakan sangat perlu untuk memberikan infomasi data historis kepada kita dan lebih banyak lagi data kemasyarakatan, perekonomian dan keagamaan. Penelitian terhadap prasasti hampir sama tahapan kerja yang dilakukan dalam penelitian sejarah. Tahap-tahap kerja yang dilakukan ada empat yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Setelah melalui tahap kritik, dapat diambil kesimpulan bahwa benar prasasti Padlegan II adalah prasasti dari masa Kadiri. Setelah itu dilanjutkan dengan identifikasi tokoh, tempat, waktu, dan peristiwa. Dalam identifikasi tokoh, ditemukan satu jabatan yang disebut Mapanji Ingitajna yaitu suatu jabatan yang mengerti tanda-tanda. Jabatan ini tidak ditemukan pada prasasti-prasasti Kadiri lainnya, tetapi ditemukan pada prasasti Singhasari. la disebut sebagai naya widingitajna yaitu suatu jabatan yang ahli dalam politik dan bijaksana akan isyarat (Sedyawati,1985a;328).Kemudian dalam identifikasi tempat, ditemukan satu kata yang sering muncul pada daftar nama-nama pejabat yang menerima anugerah raja. Kata itu ialah pagemangala. Kata pagemangala tidak diketahui artinya dalam bahasa Indonesia dan tidak ditemukan pula dalam prasasti-prasasti Kadiri lainnya. Dalam mengidentifikasi peristiwa diketahui bahwa prasasti Padlegan II merupakan prasasti yang dikeluarkan dalam rangka pemberian anugerah pamuwuh (anugerah tambahan). Hal itu ditunjukkan dengan adanya prasasti lain dari masa raja Bameswara yaitu prasasti Padlegan I (1038 S). Dalam prasasti Padlegan I menyebutkan nama-nama daerah sama dengan prasasti Padlegan II (1081 S)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanto
"Prasasti merupakan salah satu sumber sejarah kuno Indonesia yang menpunyai kualitas yang tinggi. Tidak dapat dipungkiri lagi sehingga J.G. de Casparis menyebutnya prasasti sebagai tulang punggung sejarah kuno Indonesia. Jumlah prasasti yang telah ditemukan di Indonesia diperkirakan mencapai ribuan, tapi pada kenyataannya sejarah kuno Indonesia masih banyak masa-masa yang tidak diketahui dengan pasti.O1eh karena itu penelitian terhadap prasasti tidak hanya memusatkan perhatian pada prasasti-prasasti yang belum diterbitkan, tetapi juga meneliti kembali prasasti-prasasti yang baru terbit dalam bentuk alih aksara sementara. kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa modern, sekaligus menelaah isinya. Dengan demikian data yang terkandung di dalam prasasti tersebut dapat digunakan sebagai sumber sejarah kuno Indonesia. Prasasti Malenga merupakan prasasti peninggalan dari masa Garasakan yang dikeluarkan pada tahun 974 S/ 1052 M) dan di salin kembali (ditulad) pada tahun 1258 S/ 1336 M. Prasasti ini terdiri dari 7 lempeng tembaga dan sekarang di simpan di Musium Nasional Jakarta dengan nomer inventaris E-81. Prasasti itu berisikan tentang penetapan sima desa Halenga oleh Hapanji Garasakan karena penduduk desa Halenga telah membantu Garasakan melawan Haji Lingga Jaya. Prasasti Malenga mempunyai huruf yang buruk, oleh karena itu pembuatan alih aksara serta membuat catatan pada alih aksara prasasti Malenga itu diharapkan dapat memberikan koreksi kesalahan penulisan oleh citralekha. Karena kesalahan dalam pembacaan dapat mengakibatkan salah penafsiran dan kesalahan dalam penafsiran dapat mengakibatkan ketidak tepatan dalau menguraikan peristiwa sejarah .yang terjadi. Diharapkan prasasti tersebut dijadikan data sejarah panting, guna mengisi masa-masa yang masih kosong."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masintan Karo Sekali
"Pemahaman terhadap perjalanan sejarah Indonesia Kuna dapat dilakukan dengan menelaah beberapa sumber data. Sumber data yang mempunyai kualitas tinggi dan dapat dipercaya adalah prasasti. Berbagai macam data dapat ditemukan dalam prasasti. Boleh dikatakan hampir semua aspek kehidupan dewasa ini, dapat ditemukan di dalamnya. Dengan ilmu bantu dan kemampuan analisis yang memadai maka kita dapat berbicara banyak berdasarkan data yang terdapat dalam prasasti. Tetapi pada kenyataannya masih banyak prasasti yang belum diteliti secara intensif. Sebagian besar prasasti diterbitkan dalam bentuk alih aksaranya saja, itupun tidak seluruhnya lengkap. Prasasti Galungun merupakan salah satu prasasti yang belum diteliti. Keberadaan prasasti ini pertama kali dilaporkan secara tertulis oleh Brandes dalam NBG tahun 1888. Laporan tersebut juga hanya sebatas angka tahun dan nama raja yang disebutkan dalam prasasti. L. Ch. Damais dalarn EEl IV hanya menyajikan alih aksara dari 4 bans pertama. Padahal keterangan sejarah mengenai masa Kadiri, terutama Kadiri akhir masih sangat terbatas. Sehubungan dengan hal tersebut maka dirasakan perlu melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap prasasti ini, yaitu mencaba rnengetahui isi dan latar sejarah sebab-sebab dikeluarkannya prasasti Galungun. Dalam hal ini digunakan data-data penunjang berupa prasasti sejaman dan naskah sastra yang berhubungan dengan masa Kadiri akhir. Penelitian ini menyangkut isi prasasti, yaitu pertulisan yang memberi keterangan tentang berbagai peri kehidupan masyarakat masa lalu. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode penelitian sebagaimana yang diberlakukan terhadap data sejarah. Adapun tahapan kerja yang dilakukan meliputi:tahap heuristik, kritik teks, interpretasi dan historiografi. Sebuah lambang yang terpahat timbul di sisi depan prasasti merupakan sesuatu yang penting, karena lambang tersebut merupakan lanchana raja Krtajaya yaitu berupa Srnga atau tanduk. Adapun tanduk adalah lambang kekuatan dan kesuburan. Prasasti Galungun berisi tentang peneguhan sima. Sebelumnya telah pemah diturunkan anugrah sima oleh seorang yang disebut haji Panjalu. Siapa tepatnya yang disebut haji Panjalu ini tidak diketahui, tetapi yang pasti dia adalah seorang penguasa atau raja yang pemah memerintah. Duwan di Galurngui kemudian datang bersembah kepada raja yang sedang memerintah untuk memindahkan anugrah tersebut yang sebelumnya ditulis di atas ripta ke tugu batu. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk lebih melegitimasikan anugrah tersebut, selain tentu saja supaya lebih tahun lama. Raja kemudian mengabulkan dan menambah anugrah itu dengan hak-hak istimewa. Berlakunya denda disamping kutukan bagi pelanggar ketentuan, menunjukkan adanya hukum yang makin jelas dan pengaturan serta pengawasan yang makin ketat dari pemerintahan pusat pada masa Kadiri. Berdasarkan kritik ekstern dan intern yang dilakukan terhadap prasasti ini, dapat dipastikan bahwa prasasti ini adalah sesuai dengan angka tahun yang tertera di dalamnya dan bukan prasasti tinulad."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoiriyah
"Krtanagara dikenal sebagai raja Singhasari terakhir. Berita tertulis yang selama ini memuat namanya agak panjang lebar adalah Kakawin Nagarakrtagama dan Kitab Pararaton. Diantara raja-raja yang memerintah di Sinhasari, Krtanagara adalah raja yang paling banyak mengeluarkan prasasti. Sekalipun demikian, keterangan yang diperoleh, belum dapat mengungkap secara lengkap tentang kejadian di masa pemerintahannya. Prasasti Rameswarapura yang dibahas di sini mempunyai beberapa keistimewaan bila dibanding dengan prasasti Krtanagara yang lain. Keistimewaannya antara lain, Prasasti Rameswarapura berangka tahun sama dengan salah satu berita yang ada dalam Kakawin Nagarakrtagama dan Pararaton, yaitu yang menyebutkan bahwa pada tahun 1197 Saka, Krtanagara melakukan ekspedisi ke Malayu. Selain itu, prasasti ini prasasti satu-satunya pasa masa Krtanagara yang memuat rincian pemberian pasok pagoh kepada raja dan pejabat-pejabatnya. Pejabat-pejabat yang menerima hadiah, antara lain Bhatara Sri Narasinhamurti. Nama tokoh ini ada dalam Kitab Pararaton, sebagai pendamping Wisnuwarddhana dalam memerintah negara. Dia juga dikatakan meninggal pada tahun yang sama dengan Wisnuwarddhana yaitu tahun 1190 S (1268 M). Dengan ditemukannya prasasti ini, berarti dapat memberikan data baru bahwa tokoh Bhatara Sri Narashihamurtti sampai tahun 1197 S masih hidup. Selain itu dalam pasok pagoh disebut juga tokoh Mapanji Anragani. Tokoh ini juga disebut dalam Pararaton sebagai patih Krtanagara yang meninggal bersama_-sama dengan Krtanagara pada saat terjadi serangan dari Jayakatwang. Dengan demikian, berdasarkan Prasasti Rameswarapura dapat diketahui bahwa tokoh ini benar-benar pernah hidup pada masa Krtanagara. Prasasti Rameswarapura juga menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinana siapakan leluhur Krtanagara yang didharmakan di Rameswarapura. Karena kurangnya data yang diperlukan, sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan pasti. Semoga dengan ditemukan data yang lebih lengkap di kemudian hari, pertanyaan itu dapat terjawab, sehingga dapat memberikan data baru bagi penulisan sejarah kuna Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ambarwati Kusumadewi
"Dalam sejarah Indonesia Kuna ada satu periode yang belum lengkap gambarannya, yaitu yang biasa disebut jaman Kadiri. Jaman ini dimulai sejak Airlangga membagi dua kerajaannya menjadi kerajaan Janggala di sebelah utara dan kerajaan Pangjalu di sebelah selatan. Prasasti Garaman yang dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari kerajaan Janggala ditemukan pada bulan Mei 1985. Prasasti yang berangka tahun 975 8aka (1053 Masehi) berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garaman atas bantuan mereka ketika raja melawan Haji Pangjalu, musuh dan kakaknya sendiri. Prasasti ini secara jelas mendukung keberadaan kerajaan Janggala dan Pangjalu yang semula merupakan satu kerajaan di bawah pemerintahan Airlangga. Juga memberitahu bahwa antara raja Janggala dan raja Pangjalu ada hubungan kekeluargaan yaitu kakak beradik, dimana Mapanji Garasakan adalah anak laki--laki tertua Airlangga dan adik Sanggramawijaya, putri tertua Airlangga. Keduanya lahir dari permaisuri. Sedangkan Haji Pangjalu adalah anak Samarawijaya dan tutu Dharmmawangsa Teguh. Karena kedua anak laki-laki ini merasa berhak atas tahta kerajaan, maka Airlangga terpaksa membagi dua kerajaannya agar tidak ada usaha perebutan tahta. Pembagian ini terjadi pada tahun 974 Saka. Tetapi peperangan antara dua raja ini tidak terelakkan. Pada tahun itu pula terjadi peperangan antara kedua raja tersebut. Prasasti Garaman rupanya juga memperingati pecahnya perang antara Mapanji Garasakan dari Janggala dengan Haji Pangjalu dari Pangjalu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S12003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>