Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101484 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsad
"Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa Klasik yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa, Bali dan Sumatera, baik candi yang berasal dari agama Hindu maupun Buddha. Pada Umumnya candi tersebut mempunyai banyak hiasan. Hal ini disebabkan candi tidak hanya berfungsi sebagai bangunan suci yang dipakai untuk tempat pemujaan para dewa, melainkan juga merupakan suatu bangunan dari hasil kesenian pada masa kebudayaan Hindu-Buddha yang bisa disebut sebagai masa Klasik. Salah satu ragam hias yang menarik untuk dikaji adalah ragam hias Kepala Kala terutama dari Candi yang berasal dari masa Klasik Muda (13-15 Masehi). Ragam Hias Kepala Kala pada Masa Klasik Muda mempunyai perbedaan dengan Kepala Kala Masa Klasik Tua terutama pada penggambaran Dagu dan cakar. Tujuan penelitian adalah untuk mencari. Mencari unsur-unsur atau komponen apa saja yang terdapat pada pengggambaran ragam hias Kepala Kala dan Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan dalam penggambaran ragam hias Kepala Kala tujuan dari penelitian ragam hias Kepala Kala ini adalah untuk mengetahui dan mengenali jenis serta bentuk ragam hias penyusun Kepala Kala beserta variasi-variasinya. Dari variasi-variasi bentuk ragam hias tersebut akan menghasilkan tipologi setiap komponen ragam hias Kepala Kala yang diteliti. Diharapkan dari hasil tipologi tersebut dapat dipahami faktor penyebab terjadinya variasi-variasi tersebut. Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Kepala Kala dengan cara pendeskripsian tertulis, gambar dan foto, sedangkan pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Setelah itu, data diolah dan dianalisis serta diperbandingkan (metode analogi) baik dari data itu sendiri maupun hasil penelitian yang terdahulu. Hasil penelitian menunjukan pada umumnya ragam hias Kepala kala mempunyai Dagu, naga dan cakar, sesuatu yang jarang ditemui pada Kepala Kala masa Klasik Tua. Banyak variasi penggambaran bentuk rambut, hiasan rambut, hiasan telinga, bentuk alis dan lain. Penyebab perbedaan tersebut adalah dikarenakan kebebasan sang seniman dalam menciptakan ragam hias tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Alifah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai aktivitas domestik dan publik yang dilakukan oleh perempuan pada relief candi abad ke-13?15 di Jawa Timur. Permasalahan penelitian adalah pengidentifikasian aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada relief candi abad ke-13?15 Masehi di Jawa Timur. Pada tahap analisis menggunakan klasifikasi untuk membedakan jenis aktivitas perempuan dalam bidang domestik dan publik. Tipe-tipe aktivitas perempuan dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna untuk melengkapi analisis. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa perempuan pada masa Jawa Kuna khususnya abad ke-13?15 Masehi tidak hanya memperhatikan ranah domestik sebagai kewajibannya di rumah tangga, perempuan juga berperan penting pada ranah publik.

ABSTRACT
This thesis deals with the domestic and public activity performed by women on the relief of the 13th?15th century temple in East Java. Problems of research is identifying the activities carried out by women in the relief of the 13th?15 A.D. century temple in East Java. At this stage of the analysis using classification methods to distinguish the types of activity of women. The types of activity of women as compared to old Javanese literary work to complete the analysis. The results of this research proves that women in the 13th?15th century not only pay attention to the domestic realm as obligations in the household, but also played an important role in the public sphere."
2016
S64720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Yofani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang keberagaman gambaran tanaman pada relief tanaman di Jawa Timur abad 14 Masehi. Setelah diteliti, diketahui 21 jenis tanaman yang masih dapat dikenali penggambarannya. Penelitian ini juga membutuhkan data penunjang dari naskah-naskah Jawa Kuna dan Berita Cina untuk memberikan informasi mengenai relief tanaman yang paling sering dipahatkan, gambaran lokasi adegan cerita pada relief, fungsi relief tanaman sesuai konteks adegan cerita pada relief serta informasi tentang hubungan antara manusia dengan tanaman pada kehidupan masyarakat Jawa Kuno.

Abstract
The Focus of this study is the different kind of plants at relief on temple walls in East Java at 14 AD. After the research is over, there is 21 kind of plants form which still recognizable. The research of this study need supported by manuscript from old-Java and Chinese report to giving information about relief of plants who often carved, the location of story scene figure in relief, the function of plants figure who concord with scene story context, and then giving information about relationship between human and plants in daily life of old-Java."
2010
S12069
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inggita Adya Rari
"Karya tulis ini berisi tenting penggambaran aktivitas keseharian masyarakat Jawa Kuna berdasarkan relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi. Penelitian ini dilakukan guna mengisi bagian kosong sejarah kebudayaan bangsa Indonesia tentang keadaaan keseharian masyarakat biasa di masa Jawa Kuna, masyarakat Majapahit pada khususnya. Dalarn penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relief-relief kehidupan sehari-hari di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi sehingga dapat dikenali _jenis-jenis aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Kuna masa itu. Untuk memperkuat hipotesa digunakan data-data pembanding berupa karya-karya tulis yang sejaman yaitu Kakawin Nagarakrtagama, Kitab Pararaton dan Berita Cina. Pada hasil akhir dibuatlah uraian tentang keadaan keseharian masyarakat Jawa Kuna terutama jenis-jenis kegiatan atau aktivitasnya. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur maupun foto-foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali di lapangan, penomoron pada tiap candi, diikuti dengan langkah berikutnya berupa pendeskripsian. Setelah pendeskripsian dilakukan analisis terhadap data utama dan pendukung (berupa data tertulis yang sejaman dengan relief), dan langkah terakhir adalah penginterpretasian sernua hasil analisa terhadap data utama dan data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat benang rnerah antara masyarakat Jawa Kuna dengan masyarakat Jawa saat ini. Hal ini terlihat dari adanya beberapa kegiatan yang berlangsung sampan saat ini ataupun berlanjut. Adapun kegiatan yang berlanjut adalah kegiatan memancing ikan, menggendong bayi dengan menggunakan kain, menggalah, dsb. Akan tetapi terdapat juga kegiatan yang sudah tidak kita jumpai lagi saat ini seperti kegiatan persambungan ayam dengan anjing, menggendong gajah kecil, dsb. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan jaman dan perubahan keadaan (seperti keadaan politik, sistim kemasyarakatan, sistim ekonomi, dsb). Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit keterangan tentang keadaan masyarakat biasa masa Jawa Kuna pada umumnya, masyarakat Majapahit pada khususnya."
2000
S11758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Praptiani Maruto
"Mempelajari sejarah kesenian apa pun pendekatannya, harus bersandar pada bahan yang terdapat pada sederetan urutan waktu. Studi sejarah kesenian mempersoalkan kaitan antara gejala seni dan gejala kemasvarakatan (Sedyawati I973:8). Untuk pemahaman gejala yang lebih terperinci perlu diperhatikan lapisan-lapisan dan kelompok-kelompok dalam tiap masyarakat yang mempunyai laju perkembangan, khususnya dalam kebutuhan akan seni dan selera yang berbeda. Ilmu perbandingan bentuk-bentuk seni besar artinya dalam memberikan wawasan mengenai arti dari gejala tertentu kesenian, dan proses-proses yang terjadi. Ini dapat diterima tanpa mengaitkannya dengan jaman atau titik waktu tertentu apabila tidak ada alat pengawas yang dapat meneguhkan tempatnya (Sedyawati 1973:2).
Bentuk-bentuk seni yang akan dibahas adalah komponen perhiasan tokoh pada relief dan Wayanq pada empat tahapan: Prambanan, Panataran, Wayang Bali dan Wayang Purwa, sebagai artefak seni, suatu obyek ilmu yang dipelajari dalam hubungannya dengan sejarah kesenian tanpa mengkaitkan dengan jaman atau titik waktu tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vevi Ratna Sari
"Skripsi ini berisi tentang bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-8--10. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha dan melihat persamaan dan perbedaannya, serta diharapkan dari penelitian ini menambah pengetahuan mengenai perbedaan fisik yang terdapat di candi Hindu dan Buddha. Dalam penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relung-relung yang terdapat di candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pads abad ke-8-10, balk itu berupa data lapangan maupun studi kepustakaaii. Hasr1 penelitian lapangan dan kepustakaan ini kemudian diklasifikasikan secara umum (bentuk, bingkai relung, dan hiasan), dan diklasifikasikan lagi berdasarkan kronologi relatif yang telah dilakukan oleh peneliti.-peneliti sebelumnya. Pada tahap pengolahan data, hasil klasifikasi tersebut dianalisis dengan cara perbandingan terhadap masing-masing relung Hindu, masing-masing relung Budhha dan perbandingan di antara keduanya untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 28 jenis relung Hindu dan enam belas jenis relung Buddha terdapat tujuh bentuk relung, yaitu bentuk empat persegi panjang, empat persegi panjang dengan puncak busur lemah, empat persegi panjang dengan puncak busur tinggi, empat persegi panjang dengan puncak segi tiga, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M ganda, dan empat persegi panjang dengan puncak lengkung kurawal. Diketahtu bentuk yang dominan dari relung Hindu adalah bentuk empat persegi panjang, sedangkan untuk bentuk relung Buddha adalah empat persegi panjang dengan puncak busur lemah dan empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M. Untuk hiasan relung, umumnya pada candi Hindu dan Buddha sama, yaitu hiasan kola-makara dengan lidah api atau pilaster. Keletakan yang paling umum pada relung Hindu adalah tiga relung utama yang masing-masing berada pada dinding luar bagian utara, selatan, dan timur atau barat sesuai dengan arah hadap candi dan dua relung penjaga yang masing-masing terletak di kanan-kiri pintu masuk, sedangkan pada relung Buddha setiap candi memiliki keletakan yang berbeda-beda dan umumnya berada di dalam bilik. Sehingga dapat dikatakan untuk membedakan relung Hindu dan Buddha tidak dapat dilihat dari bentuk dan hiasannya, tetapi dapat dilihat dari keletakan relung-relung tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Santiko
"Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari dan merekonstruksi kebudayaan masa lalu berdasarkan sisa-sisa kebudayaan materi yang mereka tinggalkan. Mengingat kelembaban iklim Indonesia yang sangat tinggi serta akibat proses kimiawi yang terjadi dalam tanah dimana benda-benda tersebut terkubur beratus bahkan beribu tahun, maka benda-benda tinggalan manusia tersebut sudah tidak utuh lagi. Dari sisa-sisa materi yang terbatas inilah ahli arkeologi berusaha untuk merekonstruksi kebudayaan manusia masa lalu, apabila mungkin seutuhnya, Mengingat jangkauan arkeologi sangat luas, maka untuk merekonstruksi kebudayaan masa lalu, selain mempergunakan metode arkeologi secara seksama, apabila diperlukan, dapat diterapkan pula metode-metode yang dipinjam dari ilmu-ilmu lain (Magetsari 1990: 1-2).
Dalam rangka penelitian arkeologi, untuk kali ini, perkenankanlah saya membahas salah satu jenis peninggalan arkeologi yaitu candi, sisa-sisa sarana ritual agama Hindu dan Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa dengan menitik beratkan pembicaraan pada ciri-ciri arsitektur candi serta membandingkannya dengan patokan-patokan yang digariskan oleh kitab Vastusatra (Silpasastra) di India, selanjutnya mencoba merekonstruksi makna simboliknya.
Agama Hindu dan Buddha berkembang di Indonesia antara abad VII--XV Masehi, dan kebudayaan materi yang mereka tinggalkan kebanyakan adalah tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, gua penapaan dan kolam suci (patirthan).
Kehadiran bangunan suci candi mula-mula dilaporkan oleh orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan di Jawa Tengah pada sekitar abad XVIII, Misalnya C.A. Lons, seorang pegawai VOC di Semarang mengunjungi Kartasura dan Yogyakarta, menyempatkan diri mengunjungi peninggalan-pcninggalan purbakala sekitar Yogyakarta termasuk kompleks candi Prambanan (Rara Jonggrang). Laporan-laporan tersebut rupanya menarik hati pejabat-pejabat Belanda, sehingga tahun 1746 Gubernur Jendral Van Imhoff mengunjungi kompleks Prambanan, kemudian berdatanganlah orang-orang, baik atas perintah atasannya maupun atas kehendak sendiri. Kemudian Sir Stamford Raffles yang menjadi Gubemur Jendral di Indonesia pada tahun 1814 sangat tertarik dengar kebudayaan Jawa. Dengan bantuan teman-teman dan bawahannya (orang Jawa) ia meneliti kebudayaan Jawa termasuk candi-candi yang kemudian diterbitkan daiam bukunya yang terkenal yaitu The History of Java (1817) . Pada waktu itu rupanya orang-orang Belanda dan Inggris telah mempunyai pandangan berbeda terhadap "barang-barang aneh" tersebut. Mereka mulai mengagumi candi dan berpikir betapa tingginya nilai seni yang ditampilkan, serta timbul kesadaran betapa tinggi peradaban bangsa Indonesia di masa lalu (Soekmono 1991:3).
Pada tahun 1885 Y.W. Yzerman mendirikan Archaeologische Vereenigins van Jogya, yaitu semacam Badan Purbakala. Sejak itu penelitian terhadap benda benda purbakala dilakukan lebih sistematis, demikian pula mulai dilakukan pemugaran candi-candi besar maupun candi kecil.
Penelitian candi-candi di Jawa maupun di luar Jawa telah banyak dilakukan Karangan-karangan tentang deskripsi candi paling banyak ditemukan, kemudian menyusul karangan mengenai relief candi, fungsi candi, Tatar belakang keagamaan seni arcanya, peranan candi dalam industri pariwisata dan sebagainya."
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0462
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaesih Maulana
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993
704.9 RAT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coedes, George
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
959.01 COE lt (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Windyasti Sulistyo
"Masa Singhasari-Majapahit yang berlangsung dari abad ke-13--15 M, meninggalkan bangunan-bangunan suci dengan bentuk dan arsitektur yang beragam. Selain itu, pada tiap-tiap percandian yang didirikan pada masa tersebut juga memiliki penataan yang berbeda-beda. Hal itulah yang melatari penelitian tentang penataan percandian Hindu pada masa Singhasari-Majapahit, dengan melihat pola penataan dart komponen bangunan candi induk, candi (bangunan) perwara, pagar keliling, gapura pintu masuk, serta bangunan lain yang mungkin saling berbeda pada setiap percandian. Selain itu mencari hubungan kelanjutan dalam pendirian bangunan suci dari Masa Singhasari-Majapahit dengan masa sebelumnya (masa klasik tua).
Penelitian berkisar masalah deskripsi dari komponen bangunan, mengenai ukuran, arah hadap, keletakan. Percandian yang dijadikan ruang lingkup penelitian adalah Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jawi, Candi Panataran, Candi Sumberjati, Candi Bangkal, dan Candi Tegawangi. Untuk mengetahui bentuk penataan tiap percandian, dilakukan dengan melihat bentuk tiap komponen bangunan, dan mencari tabu ukuran, arah hadap, jarak antar komponen bangunan. Jika semua data tersebut diketahui, diperbandingkan setiap komponen bangunan candi yang ada dan dicari tabu apakah terdapat hubungan kelanjutan dengan masa sebelumnya.
Hasil penelitan yang dicapai menunjukkan bahwa pada percandian masa Majapahit-Singhasari masih menunjukkan adanya kesinambungan bentuk penataan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat dengan adanya penggunaan bangunan perwara, walaupun beberapa percandian memiliki bentuk yang bebeda, namun hal tersebut dapat dimaklumi karena adanya perbedaan pandangan dari masyarakat pendukung pada saat itu, juga selisih waktu yang ada sangat jauh, Selain itu, hubungan kelanjutan antar masa Singhasari-Majapahit dengan masa sebelumnya terlihat dengan penggunaan unsur agama yang masih banyak dianut pada masa itu, yaitu Hindu dan Buddha. Hubungan kelanjutan penataan percandian juga terlihat dengan masih digunakannya bangunan perwara sebagai banguna pendamping dari candi induk, Selain itu, sangat mungkin juga bahwa candi perwara tersebut juga digunakan sebagai tempat menaruh dan menyimpan alat-alat upacara keagamaan, selain juga sebagai tempat pelaksanaan upacara keagamaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>