Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25743 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Ginanjar
"Penelitian sejarah kuno di Indonesia bersumber pada berbagai informasi yang salah satunya adalah prasasti. Fungsi prasasti pada masanya sebagai dokumen resmi yang mempunyai kekuatan hukum karena merupakan suatu keputusan resmi. J. G De Casparis menyebut prasasti sebagai tulang punggung sejarah kuno Indonesia. Jumlah prasasti di Indonesia diperkirakan mencapai ribuan, tetapi pada kenyataannya sejarah kuno Indonesia masih banyak masa-masa yang belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu penting bagi peneliti epigrafi untuk meneliti prasasti-_prasasti yang belum diterbitkan dan prasasti-prasasti yang baru terbit dalam transkripsi sementara, kemudian diterjemahkan dalam bentuk alih aksara sementara, sekaligus menelaah isinya. Dengan demikian data yang terkandurng dalam prasasti tersebut dapat digunakan sebagai sumber sejarah kuno Indonesia. Prasasti dari Sidotopo merupakan prasasti dari peninggalan raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya pada tahun 1408 Saka (1486 Masehi). Kajian terhadap prasasti ini merupakan kajian awal. Prasasti terbuat dari batu andesit dan disimpan di Museum Trowulan, Jawa Timur. Prasasti dari Sidotopo berisikan tentang pengukuhan kembali anugerah sima yang telah diberikan oleh sira san mokta rii amretabhasalaya, bhatara prabhu san mokta rin amretawisesalaya dan san mokteri mahalayabhawana kepada Sri Brahmaraja Gangadara oleh Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Tokoh Dyah Ranawijaya selama ini hanya dapat diketahui dari sumber prasasati yang berasal dari masa Majapahit akhir. Di dalam prasasti-prasastinya Dyah Ranawijaya menggunakan Girindrawarddahanlancana yang berupa gambar atau tulisan, yaitu danda (tongkat pemukul yang dililit ular), kamandalu (kendi air), suryya (matahari), candra (bulan), padaraksa (telapak kaki), dan catra (payung) sebagai lambang kerajaannya. Dalam Prasasti dari Sidotopo ini disebutkan Brahmaraja Gangadara mendapat anugerah karena telah berusaha mencapai kemenangan bagi sang raja Majapahit pada waktu peperangan (sinun ganjaranira dukayunayunan yudha san ratu hin majapahit). Berdasarkan perbandingan dengan prasasti yang sejaman seperti Ptak, Trailokyapuri I, II dan III serta naskah-naskah mengenai kerajaan Majapahit dan sesudahnya dapat ditafsirkan ketika itu ada ada perebutan kekuasaan antara keluarga raja, di mana Dyah Ranawijaya dengan bantuan Sri Brahmaraja Gangadara seorang pendeta utama kerajaan, menyerang kerajaan Majapahit yang dikuasai Bhre Krtabhumi. Prasasati dari Sidotopo mempunyai huruf yang buruk selain juga batu andesit sebagai alas tulisan kualitasnya bukan merupakan yang paling baik. Karena itu, pembuatan alih aksara Prasasti dari Sidotopo ini diharapkan dapat memberikan koreksi kesalahan penulisan oleh citralekha. Sebab kesalahan dalam pembacaan bisa mengakibatkan salah penafsiran dan kesalahan penafsiran dapat mengakibatkan ketidaktepatan dalam penomoran sejarah yang terjadi."
2000
S11581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boechari
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012
959.8 BOE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanto
"Prasasti merupakan salah satu sumber sejarah kuno Indonesia yang menpunyai kualitas yang tinggi. Tidak dapat dipungkiri lagi sehingga J.G. de Casparis menyebutnya prasasti sebagai tulang punggung sejarah kuno Indonesia. Jumlah prasasti yang telah ditemukan di Indonesia diperkirakan mencapai ribuan, tapi pada kenyataannya sejarah kuno Indonesia masih banyak masa-masa yang tidak diketahui dengan pasti.O1eh karena itu penelitian terhadap prasasti tidak hanya memusatkan perhatian pada prasasti-prasasti yang belum diterbitkan, tetapi juga meneliti kembali prasasti-prasasti yang baru terbit dalam bentuk alih aksara sementara. kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa modern, sekaligus menelaah isinya. Dengan demikian data yang terkandung di dalam prasasti tersebut dapat digunakan sebagai sumber sejarah kuno Indonesia. Prasasti Malenga merupakan prasasti peninggalan dari masa Garasakan yang dikeluarkan pada tahun 974 S/ 1052 M) dan di salin kembali (ditulad) pada tahun 1258 S/ 1336 M. Prasasti ini terdiri dari 7 lempeng tembaga dan sekarang di simpan di Musium Nasional Jakarta dengan nomer inventaris E-81. Prasasti itu berisikan tentang penetapan sima desa Halenga oleh Hapanji Garasakan karena penduduk desa Halenga telah membantu Garasakan melawan Haji Lingga Jaya. Prasasti Malenga mempunyai huruf yang buruk, oleh karena itu pembuatan alih aksara serta membuat catatan pada alih aksara prasasti Malenga itu diharapkan dapat memberikan koreksi kesalahan penulisan oleh citralekha. Karena kesalahan dalam pembacaan dapat mengakibatkan salah penafsiran dan kesalahan dalam penafsiran dapat mengakibatkan ketidak tepatan dalau menguraikan peristiwa sejarah .yang terjadi. Diharapkan prasasti tersebut dijadikan data sejarah panting, guna mengisi masa-masa yang masih kosong."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Galih Pratiwi
"ABSTRAK
Prasasti Ambětra ialah prasasti yang berasal dari masa Majapahit, tepatnya masa pemerintahan Hayam Wuruk. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana isi Prasasti Ambětra dan bagaimana menempatkan prasasti ini di dalam kronologi Pemerintahan Hayam Wuruk. Metode yang digunakan yaitu tiga tahapan dalam arkeologi, diantaranya pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Prasasti Ambětra hanya memiliki satu unsur pertanggalan, yaitu penyebutan angka tahun 1295 Śaka. Prasasti Ambětra merupakan jenis prasasti keputusan hukum dengan bentuk pendek yang disebut rajāmudra. Hal ini terlihat dari struktur yang lebih singkat jika dibandingkan dengan prasasti Śima pada umumnya dan bahasa yang digunakan pada prasasti adalah bahasa Jawa Pertengahan yang umum digunakan pada masa kejayaan Majapahit. Prasasti Ambětra berisi mengenai pembebasan pajak papasaran dan harik puriḥ kepada desa Ambětra oleh Saŋ  ryya Mahāsenapati dan Saŋ  ryya Satya Witaŗmma. Perintah tersebut merupakan titah dari Paduka Bhaţāra riŋ Wĕńkĕr. Dengan demikian, prasasti Ambětra merupakan prasasti keputusan bebas pajak pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk.

ABSTRACT
Ambětra inscription is an inscription coming from the Majapahit era, precisely during the reign of Hayam Wuruk. This research discusses how the contents of the Ambětra Inscription and how to place it in the chronology of the Hayam Wuruk Government. Three methods that used in this research that are collection, processing, and interpretation data. It has only one dating element, namely the mention of the year 1295 Śaka. Type of this incription is about decision of law with a short form called rajāmudra. This can be seen from the structure that is shorter when compared to the Śima inscription in general and the language used on the inscription is the Middle Javanese language that was commonly used during the heyday of Majapahit. Ambětra inscription contains about free-tax of papasaran and harik puriḥ to Ambětra village by San Aryya Mahasenapati and San Aryya Satya Witarmma. The order is the decree of His Majesty Paduka Bhaţāra riŋ Wĕńkĕr. Thus, the Ambětra inscription is an inscription of tax-free decisions during the reign of king Hayam Wuruk."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Krisna Wibowo
"Penelitian ini membahas mengenai permasalahan yang terjadi didalam Prasasti Pupus. Prasasti Pupus merupakan prasasti koleksi Museum Nasional Indonesia dengan nomor Inventaris 24. Prasasti ini mengalami banyak korosi khususnya pada bagian pertanggalan sehingga menyebabkan keraguan mengenai keotentikan dan kredibilitas prasasti tersebut. Dari kritik teks yang dilakukan dalam penelitian ini diketahui bahwa Prasasti Pupus dikeluarkan pada masa Dyah Balitung yaitu pada tahun 822 Saka. Isi dari Prasasti Pupus menyebutkan tentang penetapan wilayah desa Pupus sebagai sima karena merupakan tanah yang diwariskan dari tokoh Rahyangta Sanjaya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode epigrafis yang sama dengan metode sejarah dengan adanya kritik teks sebagai metode dalam arkeologi untuk menentukan keotentikan dan kredibilitas data. Data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Prasasti Pupus sebagai data primer dan data prasasti-prasasti yang sezaman khusus masa Kadiri dan Mataram Kuna sebagai data sekunder atau pembanding.

This research discusses the problems that occur in Pupus Inscription. Pupus Inscription is an inscription of collection of National Museum of Indonesia with Inventory number 24. This inscription experienced a lot of corrosion especially on the part of the date causing doubts about the authenticity and credibility of the inscription. From the textual criticism conducted in this study note that Pupus Inscription issued during the Dyah Balitung in 822 Saka. The contents of Pupus Inscriptions tell about the determination of Pupus village area as sima because it is a land inherited from figures Rahyangta Sanjaya. The method used in this study is the same epigraphic method with historical method with the existence of textual criticism as a method in archeology to determine the authenticity and credibility of the data. The data to be used in this research is Pupus Inscription as primary data and data of inscriptions of special contemporaries of Kadiri and Mataram Kuna period as secondary data or comparison.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Cahyanita
"ABSTRACT
Seseorang yang meninggal menyebabkan munculnya berbagai permasalahan mengenai kelanjutan hak dan kewajibannya, penyelesaiannya akan diatur dalam hukum waris. Pewarisan sudah berlangsung sejak zaman dahulu seperti pada masa Jawa Kuna. Pewarisan masa Jawa Kuna dapat diketahui berdasarkan prasasti dan kitab-kitab dari masa tersebut seperti kitab agama dan Manawadharmasastra. Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian mengenai pewarisan masa Jawa Kuna, tetapi belum pernah dibahas secara mendalam. Penelitian ini membahas mengenai penerapan pewarisan pada masa Jawa Kuna. Pewarisan dalam prasasti dikaitkan dengan kitab agama dan Manawadharmasastra yang menghasilkan penjelasan mengenai penerapan pewarisan masa Jawa Kuna. Pewarisan pada masa tersebut memiliki tiga unsur yaitu pewaris, harta warisan, dan ahli waris. Pewaris dan ahli waris masa Jawa Kuna berdasarkan prasasti tidak membedakan jenis kelamin. Harta warisan yang diteruskan dibagi menjadi dua yaitu harta berwujud yang berupa tanah, kebun, dan sawah, serta harta tidak berwujud berupa takhta, hak-hak istimewa, hutang piutang, dan pajak. Pewarisan pada masa Jawa Kuna menerapkan pewarisan parental seperti masyarakat adat Jawa sekarang ini.

ABSTRACT
People who dies causes the emergence of various problems regarding the continuity of his rights and obligations, the settlement will be regulated in law of inheritance. Inheritance has been going on since long time ago as in ancient Javanese. The inheritance of the Old Javanese can be known by the inscriptions and books of the period such as agama and Manawadharmasastra. Some researchers have done research on ancient Javanese inheritance, but have not been discussed in depth. This research discusses the application of inheritance in the Old Javanese period. Inheritance in the inscription is associated with the agama and Manawadharmasastra books which resulted in an explanation of the application of the ancient Javanese inheritance. Inheritance at that time had three elements: inheritors, inheritance, and heirs. The inheritors and the heirs of Javanese Kuna based on the inscription do not distinguish the sexes. The proceeds of the inheritance are divided into two: tangible property in the form of land, gardens, and fields, and intangibles in the form of thrones, privileges, accounts payable, and taxes. The inheritance of the Old Javanese implements parental inheritance such as the Javanese indigenous people today."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Latifa Soetrisno
"Prasasti sebagai sumber sejarah kuno mempunyai kualitas yang tinggi, karena apabila diteliti dengan seksama isinya dapat memberikan gambaran yang amat menarik tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, struktur kemasyarakatan, struktur perekonomian, agama, kepercayaan dan adat istiadat di dalam masyarakat Indonesia kuno. Dari sejumlah besar prasasti, banyak yang belum diteliti secara intensif. Sebagian besar prasasti diterbitkan dalam bentuk alih aksaranya Baja, itu pun tidak selurulrnya lengkap. Beberapa di antaranya dilengkapi dengan terjemahan, namun telaah atas isinya belum banyak dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut maka suatu pengkajian ulang terhadap prasasti merupakan tema dalam skripsi ini. Pokok bahasan yang diambil mengenai salah satu prasasti yang telah dialihaksarakan oleh Brandes, yaitu: prasasti Baru yang dikeluarkan oleh raja Airlangga tahun 952 S/ 1030 M. Meskipun pernah membuat alih aksara atas prasasti baru ini, namun Brandes tidak melakukan pembahasan yang mendalam terhadap isi prasasti ini.Mengingat pentingnya prasasti sebagai salah satu sumber sejarah kuno dan sekaligus berfungsi ganda sebagai historiografi maka juga dilakukan telaah terhadap isi pra_sasti baru, yaitu suatu pembahasan akan sebab-sebab penyerangan Airlangga ke Hasin. Di samping itu peristiwa penyerangan Airlangga lainnya yang terdapat dalam prasasti-pra_sasti Airlangga lainnya juga mendapat perhatian. Dari hasil pembahasan dikemukakan adanya dua kemungkinan yang diharapkan dapat menjelaskan masalah mengapa Airlangga berperang dengan raja Hasin. kemungkinan yang pertama terdasarkan atas pendapat yang diajukan aleh de Casparis, yaitu alasan Airlangga menyerang raja hasin sebenarnya merupakan salah satu usaha untuk mengoyahkan perlawanan musuh Airlangga yang terkuat yaitu raja Wengker, Airlangga pada akhirnya raja Wengker sudah tidak berdaya karena tidak ada bantuan dari Pura sekulunya. Sedangkan kemungkinan yang kedua ditafsirkan bahwa alasan dari penyerangan dari airlangga ke Hasin adalah tidak lepas dari adanya konsep kaliyuga. Akhir penelitian ini bukan saja menjawab masalah yang telah diajukan tetapi juga menimbulkan masalah baru yang menunggu waktu untuk pembahasan lebih lanjut"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sinta A Isyah Debeturu
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian epigrafi terhadap Prasasti Widodaren. Penelitian ini menggunakan metode yang biasanya juga digunakan dalam penelitian sejarah. Metode tersebut diringkas menjadi tiga tahap, yaitu pengumpulan data heuristik , pengolahan data kritik , dan interpretasi. Prasasti Widodaren merupakan prasasti yang unik karena dibuat oleh kalangan cendikiawan, bukan berisi titah raja atau orang yang berkuasa sebagaimana biasanya prasasti dituliskan. Prasasti ini menyebutkan satu dari caturbhasma??ala-empat ma??ala utama yang dalam N?garak???gama disebutkan sebagai milwang atau tambahan- yaitu Ma??ala Kasturi, yang oleh para ahli diidentifikasikan sebagai ma??ala yang mewakili arah barat dan kira-kira berlokasi di Turen, Kabupaten Malang. Sesuai dengan perkiraan para ahli epigrafi serta penyebutannya dalam beberapa naskah klasik, prasasti ini ditemukan di Kecamatan Dampit yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Jika betul kesesuaian tersebut, maka penelitian ini dapat menjadi titik terang pencarian caturbhasmandalaala yang selama ini belum ditemukan.

ABSTRACT
This research is an epigraphical study of Widodaren inscription. This research is using method that is usually used in history research. The history method was consist of four stage, but in this reseacrh has been compacted as needs of the research, which are heuristic, critics, and interpretation. Widodaren Inscription is a unique inscription that made by religious intellectual and not containing king rsquo s command or people that hold the power at that time, that usually what inscription were for. This inscription mentioned one of caturbhasmama ala four main ma ala that in N garak gama named ldquo milwang rdquo or addition Ma ala Kasturi, that by experts indentified represent west aim located in Turen, Kabupaten Malang. Appropriate with those statements from the epigrapher experts and the mentioned of it in many Indonesian classic manuscripts, this inscription was found in Kecamatan Dampit, that directly border with Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. If all the statements are true, it means this research can be the point of light of caturbhasmandala's trace that never been found in long time. "
2016
S66043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1996
930.095 98 SEJ
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Geraldine
"Prasasti sīma merupakan maklumat raja yang dikeluarkan untuk memberikan anugerah berupa daerah sīma kepada pihak tertentu. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk kepentingan bangunan suci atau sebagai bentuk balas jasa raja kepada masyarakat yang telah menunjukkan loyalitas kepadanya. Pada abad XIII–XV M, khususnya pada masa Kerajaan Majapahit, terjadi banyak peperangan dan pemberontakan, sehingga pembahasan mengenai loyalitas menjadi penting. Oleh sebab itu, tulisan ini dibuat untuk mengungkap bentuk-bentuk loyalitas apa saja yang ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Kuno pada abad XIII–XV M, faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dan melalui tiga tahap: pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka terhadap prasasti dari abad XIII–XV M yang mengindikasikan adanya loyalitas, analisis data mengenai bentuk-bentuk loyalitas masyarakat Jawa Kuno, dan penafsiran data yang dilakukan dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas serta bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan. Bentuk-bentuk loyalitas masyarakat Jawa Kuno abad XIII–XV M dapat dibagi ke dalam tiga kelompok: jasa dalam perang, pengabdian luar biasa, dan menjaga kesejahteraan rakyat/negara. Kemudian, faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas adalah faktor keagamaan, sedangkan bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan dipengaruhi oleh faktor kondisi kenegaraan dan kedudukan sosial. Diketahui pula bahwa loyalitas masyarakat Jawa Kuno terbentuk secara alami, tetapi juga menunjukkan karakteristik dari loyalitas kontraktual.

The sīma inscription is an edict issued by the king as a gift to be given to certain parties. This is usually done for the upkeep of sacred buildings or as a way for the king to reward those who have shown him loyalty. The XIII–XV Centuries AD, especially in the Majapahit Era, was a time ripe with wars and rebellions, so it is important to discuss about loyalty during this time. Therefore, this paper is written to express the forms of loyalty shown by the Ancient Javanese people, the factors that influence the formation of loyalty, and the the forms of loyalty shown. This research was conducted with a descriptive qualitative method, which includes three stages: data collection carried out by literature study of the inscriptions from XIII–XV Centuries AD which indicates the people's loyalty, data analysis on the forms of loyalty of the Ancient Javanese people, and data interpretation which explains the factors that influence the formation of loyalty and the forms of loyalty shown. The forms of loyalty shown by the Ancient Javanese people in XIII–XV Centuries AD can be divided into three categories: service in war, extraordinary dedication, and maintaining the welfare of the people/kingdom. The factor that caused the formation of that loyalty is religion, while the forms of loyalty shown are influenced by the kingdom's political condition and social status. It is also known that the Ancient Javanese people's loyalty were formed naturally, but it also shows characteristics of contractual loyalty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>