Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
W. Anwar Falah
"Bangunan purbakala Sunyaragi merupakan salah satu tinggalan purbakala yang terdapat di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Bangunan tersebut pada mulanya merupakan milik Keraton Kasepuhan, salah satu kesultanan di Cirebon, namun sudah diambil alih oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan den Kebudayaan Propinsi Jawa Barat untuk dilestarikan.Menurut keterangan, bangunan tersebut berasal dari awal abad ke-18 M, serta dibangun sebagai sarana istirahat dan menyepi bagi keluarga Sultan Kasepuhan oleh Pangeran Aria Cirebon. Nama Sunyaragi merupakan nama yang secara tradisional diberikan kepada bangunan tersebut, baik oleh pihak Kasepuhan, kerabat Kesultanan Cirebon, maupun oleh masyarakat Cirebon umumnya. Sumber-sumber tertulis sejak pertengahen abad ke-19 M juga menggunakan name itu. Masyarekat Cirebon umumnye menambahkan kata qua di depan nama Sunyaragi, menjadi Gua Sunyaragi, sedangken Dinas Pariwisata Kotamadya Cirebon memakai namaTaman Guha Sunyaragi. Nama Sunyaragi itu sangat mungkin diberikan_"
Depok: Universitas Indonesia, 1983
S12066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Sudharyanto
"Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam. Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu. Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang sama dengan Masjid Panjunan.

A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient mosque based on Pijper?s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus David
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk dan gaya bangunan pada masa kolonial Belanda pada awal abad 20. Obyek penelitian ini adalah Bangunan Balaikota yang berada di Jalan Silingwangi no 84 Cirebon yang dibangun pada tahun 1927..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11545
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aina Zubaedah
"Di masa lampau Cirebon pernah menjadi salah satu pusat penyiaran Islam yang sekaligus tumbuh menjadi pusat kekuatan politik di Pulau Jawa. Bangunan-bangunan purbakala yang menjadi saksi bisu keberadaan Cirebon sebagai pusat tamaddun Islam hingga kini masih ada antara lain Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Pemakaman Astana Gunung Jati dan masih banyak lagi. Bangunan pada masa Islam di Cirebon tidak memperlihatkan hal yang baru, bangunan tersebut menunjukkan corak peralihan dari masa sebelumnya. Konsepsi maupun gaya seni bangunan tetap berlanjut pada masa Islam, dan salah satu wujud kesinambungan budaya tersebut adalah candi laras. Candi laras biasanya mempunyai bentuk menyerupai miniatur candi yang fungsinya hampir sama dengan replika candi pada masa Hindu-Buddha, yaltu sebagai tanda atau penghias sudut. Pada kepurbakalaan Cirebon candi laras dapat ditemukan pada pagar keliling Masjid Panjunan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacerbonan dan Komplek Pemakaman Astana Gunung Jati. Candi laras merupakan pilar penguat pada pagar yang berbentuk seperti candi kecil. Tiap-tiap candi laras mempunyai komponen utama dan komponen pelengkap. Komponen utama candi laras adalah bagian kaki, badan dan puncak, dari komponen utama inilah tersusun suatu bentuk candi laras. Namun ada beberapa bentuk candi laras yang hanya memiliki komponen utama berupa bagian badan dan puncak, hal ini disebabkan karena candi laras itu hanya bersifat sebagai ornamen, bila dihilangkan tidak akan merusak keutuhan pagan. Komponen pelengkap candi laras adalah ragam hias yaitu ragam hias simbar dalam bentuk antefix sudut, bunga, daun, hiasan berbentuk elips, lengkung, lingkaran, tumpal, pilin, pager dan hiasan tempelan pining dan tegel keramik yang berfungsi menambah keindahan candi laras itu sendiri. Bentuk candi laras di kepurbakalaan Islam Cirebon beraneka ragam dan berbeda antara kepurbakalaan yang satu dengan kepurbakalaan yang lainnya. Dari pengamatan terhadap candi laras pada Kepurbakalaan Islam di Cirebon dapat disimpulkan bahwa pada umumnya candi laras ini terdiri dari lima macam tipe dan tiap-tiap tipe memliki beberapa variasi, yaitu: Tipe 1 dengan 5 variasi, Tipe 2 dengan 2 variasi, Tipe 3 dengan 5 variasi, tipe 4 dengan 2 variasi dan Tipe 5 dengan 1 variasi.Analisis bentuk kemuncak candi laras pada kepurbakalaan Islam Cirebon mempunyal bentuk yang beranekaragam dan memiliki ciri khas masing masing kepurbakalaan yaitu Kepurbakalaan Keraton Kasepuhan memiliki bentuk kemuncak persegi empat, Keraton Kanoman memiliki bentuk kemuncak candi fares berbentuk limasan, Keraton Kacerbonan memiliki bentuk kemuncak candi laras berbentuk persegi empat, Masjid Panjunan memiliki bentuk kemuncak candi laras berbentuk menyerupal genta dan Kompleks Pemakaman Astana Gunung Jati memiliki bentuk kemuncak candi laras berbentuk persegi empat, iimasan, !imasan terpancung, setengah lingkaran. Analisis bentuk kemuncak dan bentuk pelipit candi laras pada kepurbakalaan Islam Cirebon dapat disimpulkan ada beberapa Janis pelipit yaitu: pelipit rata, peliplt penyangga, peliplt sisi enta, peilpit setengah lingkaran, peilpit sisi miring dan pelipit berantefix sudut. Gandi laras dengan bentuk kemuncak persegi empat memiliki pelipit rata, pelipit sisi miring, peliplt sisi genta dan pelipit setengah lingkaran. Candi laras dengan bentuk kemuncak imasan dan imasan terpancung memiliki pelipit rata, pelipit penyangga, pelipit sisi miring dan pelipit sisi genta. Candi laces dengan bentuk kemuncak setengah bngkaran memiliki pelipit rata dan pelipit sisi miring. Candi laras dengan bentuk kemuncak menyerupai genta memiliki pelipit rata, pelipit penyangga, pelipit setengah lingkaran, peilpit sisi genta, peliplt sisi miring dan pelipit berberantefix sudut. Pelipit rata dan pelipit sisi miring berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan cenderung dipakai di setiap tipe candi bras pada kepurbakalaan Islam di Cirebon, kemudian dilkuti peilpit penyangga, pelipit sisi genta, peilpit setengah lingkaran dan pelipit berantefix sudut. Berdasarkan analisis terhadap bentuk kemuncak candi laras pada flap kepurbakalaan Islam di Cirebon dapat disimpulkan bahwa bentuk kemuncak candi laras di Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacerbonan kesemuanya ada pada bentuk kemuncak candi laras di Komplek Pemakaman Astana Sunan Gunung Jail. Sedangkan bentuk kemuncak candi !eras yang ada di Masjid Panjunan tidak terdapat pada Komplek Pemakaman Astana Sunan Gunung Jati. Hal ini menjadi lebih martarik jika dihubungkan dengan pembagian makam-makam para raja atau sultan, balk yang berasal dart Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacerbonan yang dimakamkan pada kompleks pemakaman Astana Sunan Gunung Jati dan dipisahkan oleh jalan pemisah yang ada di kompleks pemakaman ttu. Besar kemungkinan bahwa politik berpengaruh terhadap perbedaan bentuk kemuncak candi laces di Kepurbakalaan Islam Cirebon,dan bentuk kemuncak dart candi laras pada Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacerbonan yang terdapat pada kompleks Pemakaman Astana Gunung Jati, mewakili bentuk kemuncak candi laras yang menjadi ciri khas di Keraton"
2000
S12060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Nyak Kusmiati
"Mesjid kuna yang akan kami uraikan ini terletak di kampung Jembatan II R.T. 023 R.W. 05, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Wilayah Jakarta Barat. Kampung Jembatan II ini juga disebut kampung Rawa Be_bek atau Kampung Bali. Jika kita bermaksud mangunjungi mesjid ini dapat ditempuh dengan kenderaan barmotor. Jarak yang terdekat untuk mencapainya melalui Harmoni, jalan Gafah Mada, Pancoran, jalan Perniagaan torus ke jalan Tubagus Angke, setelah sampai di Barat Daya pabrik Unilever membelok ke kiri 7514 ) dari Nama yang tertera di ambang pintu mesjid ialah Al Mubarrak. Walaupun nama ini telah lama dipakai, tetapi nama tersebut dalam buku Oud Batavia Platen. Album tidak disinggung oleh F. do Haan. Noma yang 3 atau masjid Kampung Bali. Rupanya nama terdahulu ini hampir dilupakan oleh penduduk sekitarnya_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S12075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamahsyari Rahman
"Skripsi ini membahas tentang Seni Bangunan dan Ragam Hias Mesjid Syahabuddin yang bertujuan untuk mengetahui gaya seni bangunan dan ragam hias mesjid tersebut. Metode yang di gunakan yaitu metode perbandingan, perbandingan antara bangunan Mesjid Syahabuddin dengan Istana Siak Sri Indrapura, Balai Kerapatan Tinggi, Tangsi Belanda dan Rumah Melayu. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa seni bangunan Mesjid Syahabuddin mengikuti seni bangunan Kolonial dan Islam sedangkan dalam segi ragam hias mengikuti seni ragam hias melayu.

This study discusses the Arts Building and Ornamental Variety of Syahabuddin Mosque which aims to know the art of building and decoration of the mosque. Method used is the method of comparison, the comparison between the Syahabuddin Mosque building with the Palace of Siak Sri Indrapura, Balai Kerapatan Tinggi, Tangsi Belanda and Rumah Melayu. The final results of this study indicate that the architecture of Syahabuddin Mosque followed Colonial and Islamic architecture while in terms of decorative art followed Melayu's art decorative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11925
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Egga Pramuditya
"Skripsi ini membahas sejauh mana penerapan unsur-unsur bangunan Jawa yang diterapkan pada bangunan Masjid Kadilangu dan untuk membuktikan adanya akulturasi pada bangunan masjid tersebut. Dengan mengetahui sejauh mana unsur-unsur bangunan lokal itu dipertahankan dalam bangunan masjid dapat diketahui pengaruh apa saja dari unsur tradisi bangunan Jawa yang masuk kedalam bangunan Masjid Kadilangu. Penelitian dilakukan dengan membandingkan bentuk bangunan Masjid Kadilangu dengan konsep bangunan yang dikembangkan oleh masyarakat Jawa.

This graduate thesis talk about the elements of Javanese house that is applied on Kadilangu Mosque, to prove that there?s an acculturation wich is influence the construction of the mosque. We can find how far the influence of Javanese house design that exist on Kadilangu Mosque by observing the local element of Javanese culture that can be seen on it. This observation using method of comparism between Kadilangu Mosque and the concept of Javanese building that has been developed by Javanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11836
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldila Anisa Nurhidayati
"ABSTRAK
Vrijmetselarij atau Freemasonry adalah organisasi internasional bersifat rahasia. Pada masa Kolonial, organisasi ini masuk dan berkembang dengan pesat.
Organisasi ini juga membangun tempat perkumpulan/loji. Loji-loji ini tersebar di banyak kota di Hindia Belanda. Penelitian akan berfokus pada bangunan loji yang ada di Jakarta (loji De Ster in het Oosten dan loji Adhuc Stat), Surabaya (loji De Vriendschap), dan Yogyakarta (loji Mataram). Loji De Ster in het Oosten, loji De
Vriendschap, dan loji Mataram memiliki perpaduan gaya Eropa dan juga gaya Indis. Perbedaan terdapat pada loji Adhuc Stat yang dibangun pada abad ke-20, karena pada loji ini didominasi oleh gaya Modern.

ABSTRACT
Freemasonry or Vrijmetselarij is an international organization famous with the state of being secretive. This organization thrives rapidly during the colonial era. It also builds many lodges. These lodges are spread in many cities in the East Indies. This research will focus on lodges built in Jakarta (De Ster in het Oosten
lodge and Adhuc Stat lodge), Surabaya (De Vriendschap lodge) and Yogyakarta (Mataram lodge). De Ster in het Oosten, De Vriendschap, and Mataram lodges has a mix combination of European and Indies style in their design. While for the Adhuc Stat lodge the style is quite different, because for this 20th century built-in
lodge, the modern style has dominated it design."
2015
S61456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilandika Hendra Pratama
"[ABSTRAK
Gereja Blendhuk merupakan salah satu bangunan gereja kuno peninggalan Belanda di Kota Lama (oud Holland) di
Semarang. Bangunan gereja yang sampai saat ini masih aktif digunakan warga Semarang untuk melakukan
kebaktian ini bergaya bangunan khas Belanda dengan kubah yang menjadi ciri khasnya. Dalam bahasa Jawa atap
dengan bentuk tersebut dikenal dengan istilah
blendhuk, Dengan bentuk kubahnya yang lain dari pada yang lain
serta gaya bangunan yang menarik inilah yang membuat gereja tersebut tidak hanya menjadi sebagai rumah
peribadatan tetapi juga menjadi tujuan wisata. Manfaat dari penelitian ini adalah memaparkan tentang bagaimana
pseudo baroque berpengaruh pada sebagian besar detail yang terdapat pada bangunan Gereja Blendhuk. Penelitian
ini akan difokuskan pada peninjauan akan fungsi serta seni gaya bangunan yang dimiliki Gereja Blendhuk.

ABSTRACT
Blendhuk Church is one of the old church from Netherland in the Old City (Old Holland) in Semarang. The building
of the church that still active for people around Semarang as a place of worship is using typical dutch building style
with a big dome as the trademark. In Javanese language its called
blendhuk, With the shape of the dome that
different than the other and also the bulding style that can attract the other people like a tourist not only as a place of
worship but also as a tourist destination. The benefits of this research is elaborated on how the
pseudo baroque
influence on most of the details contained in the building of Blendhuk Church.This research will take a focus on a problem about a function and the art of building style that owned by Blendhuk Church., Blendhuk Church is one of the old church from Netherland in the Old City (Old Holland) in Semarang. The building
of the church that still active for people around Semarang as a place of worship is using typical dutch building style
with a big dome as the trademark. In Javanese language its called
blendhuk, With the shape of the dome that
different than the other and also the bulding style that can attract the other people like a tourist not only as a place of
worship but also as a tourist destination. The benefits of this research is elaborated on how the
pseudo baroque
influence on most of the details contained in the building of Blendhuk Church.This research will take a focus on a problem about a function and the art of building style that owned by Blendhuk Church.]"
2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldi Ramadhan
"Gereja Immanuel adalah salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di kawasan Weltevreden (pada saat ini Gambir, Jakarta Pusat). Gereja ini dibangun pada tahun 1834 oleh arsitek J.H Horst yang berkebangsaan Hindia-Belanda. Gereja Immanuel merupakan salah satu bangunan yang unik di Jakarta, karena gaya bangunan gereja ini mengadaptasi dari dua gaya bangunan, yakni gaya Klasik dan gaya Palladian. Gaya Klasik adalah gaya bangunan yang mencerminkan peradaban Yunani dan Romawi kuno, sedangkan gaya Palladian adalah gaya bangunan yang memadukan unsur gaya Klasik dengan dekorasi dari gaya bangunan lainnya. Tulisan ini menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif yang dalam pengumpulan datanya diperoleh melalui kajian studi pustaka, studi lapangan berupa kunjungan langsung, dan melakukan observasi terhadap ornamen-ornamen gereja di bagian eksterior dan interior. Gaya bangunan Klasik dan Palladian pada bangunan ini terlihat jelas melalui adanya penggunaan pilar-pilar, ruangan melingkar seperti teater, dan penggunaan jendela berbingkai.

Immanuel Church is one of Dutch colonial inheritance buildings which is located in Weltevreden region (now it is Gambir, Central Jakarta). This church was built in 1834 by an architect who is Dutch East Indies named J.H Horst. Immanuel Church is one of unique buildings at Jakarta because the architecture of the church is adapted from two styles of building, which are Classic style and Palladian style. Classic Style is an architecture which reflects Ancient Greek civilization style, while Palladian Style is an architecture which combines the elements of Classic style with the decoration of other architecture. This paper uses Descriptive-Qualitative method that, for collecting the data, is acquired through literature review, field studies in the form of direct visits, and observations toward ornaments of the church in exterior and interior part. Classic and Palladian style of this building can be clearly seen through the use of pillars, circle room like theatre, and the use of framed windows."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>