Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Kusdiantini
"Masalah dalam skripsi ini bukanlah masalah yang baru. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa buku tata bahasa yang telah membicarakannya dari tahun 1955 (Poejawijatne dan Zoetmulder) hingga sekarang. Setelah penulis mengadakan tinjauan pustaka, ternyata ada dua kelompok pendapat mengenai obyek ganda, yaitu: (1) Tidak setuju adanya obyek ganda , pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Samsuri, Sudaryanto. (2) Setuju adanya obyek ganda, pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Poedjawijatne dan Zoetmulder, Abdulhayi, Soenjono Dardjowidjojo, S. Wojowasito, dam Harimurti Kridalaksana.
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan verba bitransitif dari Kamus Umum Bahasa Indonesia untuk kemudian dicari contoh klausanya. Klausa-klausa tersebut penulis temui pada buku--buku dan artikel yang membahas tata bahasa dam ada pula yang penulis buat sendiri dengan terlebih dahulu diuji kelazimannya pads informan. Landasan teori yang penulis pakai dalam penelitian ini antara lain, pendapat Harimurti Kridalaksana, pendapat Sudaryanto dan pendapat Lourens de Vries.
Penulis menandakan analisis morfosintaktis dan analisis peran terhadap data yang telah terkumpul. Setelah penulis mengadakan analisis ternyata ada temuan yang tidak sesuai dengan pendapat ahli bahasa yang mengatakan bahwa hanya OTL saja yang dapat menjadi subyek bila klausa diubah menjadi pasif. Pada data dengan bentuk verba me-R-kan ternyata kedua obyek baik OL mau pun OTL dapat menjadi subyek bila klausa diubah menjadi pasif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Daddy Rohanady
"Skripsi ini merupakan penelitian atas Bahasa Indonesia secara deskriptif dengan sumber data lisan dan tulisan. Penelitian ini bertujuan melihat (1) hubungan antarverba. di dalam predikat berverba ganda, dan (2) hubungan antara predikat berverba ganda dengan argumen. Hal ini dilakukan karena penulis melihat banyak pemakai bahasa Indonesia yang menggunakan predikat berverba ganda, sedangkan hal itu kurang mendapat perhatian para ahli tata bahasa. Penulis berharap penelitian ini dapat memberi gambaran tentang bentuk-bentuk predikat berverba ganda dalam bahasa Indonesia secara menyeluruh. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan adanya predikat yang terdiri dari dua verba, tiga verba, dan empat verba. Setiap jenis predikat tersebut memiliki sejumlah kemungkinan variasi gabungan verba yang menyatakan makna sendiri-sendiri. Predikat yang terdiri dari 2 verba hanya memiliki 1 hubungan makna, predikat yang terdiri dari 3 verba memiliki (maksimal) 3 hubungan makna, sedangkan predikat yang terdiri dari 4 verba memiliki (maksimal) 11 hubungan makna.
Hubungan makna yang dinyatakan oleh variasi gabungan verba itu sendiri hanya terdiri dari 4 jenis, yakni hubungan yang menyatakan (1) tujuan atau maksud, (2) sebab-akibat atau akibat-sebab, (3) persamaan waktu atau keserempakan, dan (4) pemerian. Hubungan antara predikat berverba ganda dengan argumen di tentukan oleh ketransitifan verba terakhirnya. Jika verba terakhirnya intransitif, predikat itu minimal ber_hubungan dengan 1 argument. Jika verba terakhirnya monotransitif, minimal predikat itu berhubungan dengan 2 argumen. Jika verba terakhir bitransitif, minimal predikat itu berhubungan dengan 3 argumen. Dan Jika verba terakhirnya ditransitif , predikat itu berhubungan dengan 1 atau 2 argumen, Keempat jenis hubungan itu dapat digambarkan sebagai berikut 1). a ? P = V1 Vintr; (2) a ? P = V1 - Vmonotr - b; (3) a - P = V1 - Vbitr - b dan c ; (4) a - P = V1 - Vditr - b"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Skripsi yang mengambil judul obyek nomina dalam kalimat tunggal bahasa Rusia ini, dibagi dalam lima bab. Kelima bab tersebut adalah : Bab I. Pendahuluan; bab II. Kalimat tunggal dalam bahasa Rusia; bab III. Obyek dalam bahasa Rusia; bab IV. Obyek dalam kalimat tunggal; bab V. Kesimpulan. Skripsi ini membatasi penelitian pada obyek nomina dalam kalimat tunggal. Tujuan penulisan adalah untuk members gambaran yang lebuh jelas tentang obyek, baik obyek langsung maupun tak langsung. Penelitian ini menggunakan metode analitis deskriptif dengan membatasi penelitian pada korpus. Sumber data dalam penulisan skripsi diambil dari karya sastra yang berjudul _romany i pavest.i_, karya A.S. Pushkin. Karya sastra ini berbentuk kumpulan cerpen, yang salah satu cerpennya adalah _pavest.i pakoinava ivana petrovica belkina_. Di dalam bab II dijelaskan mengenai kalimat tunggal dalam bahasa Rusia, dimana terlebih dahulu dijelaskan tentang pengertian kalimat secara umum. Juga dijelaskan tentang beberapa tape kalimat yang termasuk dalam kategorl kalimat tunggal. Dalam bab III diuraikan tentang obyek baik secara umum maupun pengertian secara khusus dalam bahasa Rusia. Dalam bahasa Rusia obyek dibagi dalam dua tipe, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung. Dalam bab IV dibahas penggunaan obyek di dalam kalimat tunggal. Pembahasan dalam bab IV untuk meneliti apakah di dalam semua jenis kalimat tunggal bahasa Rusia terdapat obyek baik langsung maupun tidak langsung. Penelitian tentang obyek tersebut dibatasi dalam korpus. Di dalam bab V terdapat beberapa kesimpulan, secara garis besar adalah : Obyek selalu dinyatakan dalam bentuk pronomina dan nomina; obyek dapat didahului oleh preposisi atau tanpa preposisi. Untuk membedakan obyek langsung dan obyek tidak langsung dapat dilihat dari kasusnya. Ternyata tidak semua jenis kalimat tunggal memiliki obyek, didalam kalimat tanpa perluasan tidak terdapat obyek baik langsung maupun tidak langsung."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S15054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Suryawati Mulya
"Obyek dan datif adalah dua bentuk perluasan yang mengikuti verba transitif. Kedua fungsi tersebut diteliti dengan menerapkan teori fungsional kedalam Bahasa Francis dan Bahasa Indonesia. Analisis kontrastif digunakan untuk meneliti persamaan dan perbedaan posisi obyek dan datif Bahasa Francis dan Bahasa Indonesia.Verba transitif yang diteliti diambil dari Le Eran.gai EE nd - mental Premier Des,re dan kalimat-kalimat afirmatif yang dijadikan contoh diambil dari Kamus Dasar Francis-Indonesia dan Dictionnaire des Yerhes Frari ais.Fungsi obyek dan datif diisi oleh nomina dan pronomina kemudian diteliti posisi yang dapat diambil dalam kalimat Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia.Dari basil penelitian didapatkan bawwa posisi yang dapat diambil oleh obyek dan datif adalah SPO, SOP, SPDO, SPOD, SODP dan SDOP untuk Bahasa Francis serta SPO, SPOD dan SPDO untuk Bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
V. Ronauli Ilyawati
"Setiap bahasa mempunyai system semantis yang berbeda. Yang dibahas dalam sistem semantis ini antara lain medan makna. Medan makna suatu unsur leksikal dalam bahasa yang satu memang jarang sekali yang identik dengan medan makna unsur sejenis dalam bahasa lain. Adanya perbedaan medan makna antara unsur leksikal dan padanannya merupakan titik tolak penelitian ini. Selain perbedaan medan makna, masalah lain yang akan dibahas adalah teknik penerjemahan dan sifat padanan. Karena penelitian ini berfokus pada adanya perbedaan medan makna dalam sebuah karya terjemahan maka sejumlah konsep mengenai semantik dan terjemahan digunakan sebagai dasar penelitian.
Data yang berhasil dikumpulkan berjumlah 61 buah. 24 buah di antaranya termasuk dalam kategori semantis objek sedangkan sisanya, yaitu 37 buah termasuk dalam kategori semantis peristiwa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan medan makna antara BI dan BP disebabkan oleh faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan matari1 (2 data), kebudayaan sosial (3 data), religi (3 data) dan bahasa (4 data). Sebab lainnya adalah masalah pilihan kata, maksudnya dalam sejumlah data penerjemah memilih unsur leksikal yang bermedan makna luas sebagai padanan unsur leksikal yang bermedan makna sempit.
Dilihat dari teknik penerjemahan, sebagian besar teknik yang ditempuh adalah modulasi sebagian untuk keseluruhan dan jumlahnya mencapai 38 buah atau 62,2%. Sisanya terbagi dalam padanan berpenjelasan 11 data, modulasi dinamis-statis 1 data, modulasi wadah isi 1 data dan modulasi 10 data.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa, walaupun ada perbedaan medan makna antara unsur leksikal BP yang dipadankan dengan unsur leksikal BI, sebagian besar merupakan padanan memadai. Yang lainnya adalah padanan kurang memadai 7 buah dan padanan tidak memadai 5 buah."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S14536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The contemporary dual monetary system is characterized by interest system in conventional system and the profit-and-loss sharing (PLS) system in Islamic system,where each of them has a different behavior in influencing the money demand and the monetary stability....."
BEMP 11 (1-2) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kaswanti Purwo
"Penelitian yang saya lakukan semenjak bulan Juli 1976 ini merupakan usaha saya untuk mendalami dan memahami bahasa Indonesia; apa yang saya lihat dalam bahasa Indonesia itu kemudian saya tuangkan dalam karya tulis yang terdiri dari tujuh bab. Ada berbagai alat yang dapat dipergunakan untuk melihat atau mengamati sesuatu. Dalam mengamati bahasa Indonesia ini saya memilih memakai kerangka teori deiksis. Namun, kecondongan penelitian ini tidak saya tujukan pada usaha untuk mengembangkan teori deiksis itu sendiri (dengan memakai bahan-bahan yang ada dalam bahasa Indonesia) melainkan lebih saya arahkan pada pemergunaan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan seluk-beluk yang ada dalam bahasa Indonesia. Untuk tujuan penyingkapan itu saya perbandingkan pula beberapa fenomena dalam bahasa Indonesia dengan yang ada dalam bahasa-bahasa tak serumpun (seperti bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Latin, Rusia) dan bahasa-bahasa serumpun (seperti bahasa Tagalog, Batak Toba, Sunda, Jawa, Aceh).
Saya memulai penelitian dengan mengkhasanahkan leksem-leksem persona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis. Kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu itu saya daftar dan saya perikan aspek semantis leksikalnya dalam Bab II. Uraian dalam Bab II membatasi diri pada bidang semantis leksikal karena yang dibahas dalam bab ini adalah masalah deiksis luar-tuturan (eksofora). Pembatasan bidang yang dianalisis ini membawa akibat adanya beberapa persoalan-antara lain hubungan antara bentuk verbal di- dengan kata ganti persona--yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut dalam Bab II; persoalan-persoalan itu kemudian dipaparkan secara terpisah dalam bab lain.
Kalau dalam Bab II yang dibicarakan adalah deiksis luar-tuturan (eksofora), dalam Bab III yang dibahas adalah deiksis dalam-tuturan (endofora). Uraian dalam Bab III menyangkut salah satu aspek sintaksis, yaitu perihal koreferensi. Salah satu akibat dari penyusunan konstituen﷓konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.mengalami penyebutan ulang, Kedua konstituen tersebut karena kesamaannya lazim dinyatakan sebagai dua konstituen yang berkoreferensi (memiliki referee yang sama). Ada tiga macam strategi dalam peristiwa koreferensi ini: {i) mempronominalkan salah satu konstituennya (masalah anafora termasuk ke dalam jenis pertama ini), (ii) melesapkan (menghilangkan) salah satu konstituennya, dan (iii) menyebut ulang konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa Indonesia menempuh strategi yang berbeda dengan strategi yang ditempuh oleh bahasa lain yang tak serumpun (misalnya bahasa Inggris). Bahasa seperti bahasa Inggris lebih banyak menempuh strategi daripada bahasa Indonesia; bentuk-bentuk pronominal dalam bahasa Indonesia tidak sebanyak yang ada dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sama-sama dapat menempuh strategi tetapi kendala (constraint) yang mendasari struktur ini berbeda. Strategi lazim ditemukan dalam bahasa Indonesia tetapi tidak dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Masalah seperti ini-karena menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas-tidak diuraikan lebih lanjut pada Bab III melainkan pada Bab VII.
Percampuran antara deiksis luar-tuturan dan deiksis dalam-tuturan diuraikan dalam Bab IV; peristiwa percampuran ini dalam penelitian ini termasuk dalam apa yang disebut pembalikan deiksis (deictic reversal). Pembalikan deiksis dalam hal persona dapat dijumpai misalnya dalam kalimat kutipan tidak langsung bahasa Rusia (Brecht 1974:513 ff.). Pembalikan deiksis dalam hal waktu dapat ditemukan misalnya dalam fenomenon yang lazim disebut epistolary tense (misalnya dalam bahasa Latin Klasik) dan historical present (misalnya dalam bahasa Inggris). Bahasa Indonesia selain menunjukkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dahal persona dan waktu, juga memperlihatkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dalam hal ruang, seperti yang dapat dijumpai dalam pembicaraan dengan telepon dan dalam penulisan surat.
Aspek semantis situasional dari kata ganti persona dalam bahasa Indonesia yang belum dibahas dalam Bab II (karena dalam bab itu kerangka pembicaraannya terbatas pada aspek semantis leksikal saja) dipaparkan dalam Bab V. Aspek semantis situasional yang disoroti dalam Bab V ini dikritkan dengan masalah kepekaan-konteks (context-sensitivity) yang dapat dijumpai dalam struktur yang bermodus imperatif, adhortatif, dan dubitatif.
Beberapa leksem ruang dan waktu ada yang belum dapat dibahas secara tuntas dalam Bab II karena leksem-leksem yang bersangkutan memiliki permasalahan yang menyangkut salah satu aspek dalam bidang sintaksis, yaitu susunan beruntun (sequential order). Perihal pemetaan kronologis (chronological mapping), struktur beku (freezes), dan struktur korelatif ikut dibahas dalam Bab VI sehubungan dengan kaitannya pada susunan beruntun. Hal ini dilakukan demi pemahaman beberapa leksem ruang dan waktu yang perlu ditelusuri lebih lanjut.
Sebetulnya penulisan hasil penelitian saya dapat ditutup atau diakhiri pada Bab VI. Akan tetapi, karena ada beberapa masalah yang belum terselesaikan penguraiannya dalam bab-bab sebelumnya, dan. masalah tersebut hanya disinggung sepintas lalu saja, padahal masing-masing masalah tidak terkumpul menjadi satu karena pemaparannya tersebar ke dalam kelima bab terdahulu secara terpisah-pisah, maka kesemuanya itu saya kumpulkan menjadi satu dalam Bab VII. Beberapa masalah tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam Bab VII karena mempunyai suatu kerangka kesatuan tersendiri, kerangka yang menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas (daripada yang ditelaah dalam bab-bab sebelumnya). Penelusuran permasalahan bidang sintaksis yang lebih luas ini ternyata menyeret saya lebih jauh ke salah satu aspek sintaksis yang penting dalam linguistik, yaitu tipologi bahasa. Akan tetapi, persoalan ini tidak ditelaah untuk dipecahkan dalam Bab VII karena, apabila ditelusuri lebih lanjut, hasilnya dapat menjadi suatu disertasi tersendiri. Oleh karena itu, apa yang dipaparkan dalam Bab VII hanyalah pemerian permasalahannya saja. Persoalan ini perlu dipecahkan bukan hanya demi pemahaman dari sudut pandang deiksis (karena hanya sedikit sekali kaitannya dengan deiksis) tetapi terlebih-lebih demi penyingkapan "misteri" dalam bidang sintaksis (terutama dalam bahasa Indonesia), suatu bidang studi linguistik yang hingga kini masih merupakan daerah yang "rawan". "
Depok: Universitas Indonesia, 1982
D264
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Alwi
"Pandangan dan tafsiran mengenai modalitas sering berbeda antara ahli yang satu dan ahli yang lain. Seperti yang dikutip oleh Perkins (1983:6) dari Ackrill (1983), Aristoteles merupakan ahli yang pertama kali menyatakan gagasan atau buah pikiran mengenai apa yang sekarang disebut modalitas itu. Dengan menggunakan sudut pandang yang didasari oleh logika modal {modal logic), Aristoteles menyebutkan keperluan (necessity), kemungkinan (possibility), dan ketakmungkinan (impossibility) sebagai permasalahan modalitas. Dua pengertian yang disebutkan pertama, yaitu keperluan dan kemungkinan, oleh sebagian ahli bahkan dianggap sebagai masalah utama dalam sistem modalitas (Geerts dan Malls, 1978: 108; Lyons, 1977:787; Palmer, 1979:8).
Maingueneau (1976:112) menyoroti modalitas tidak hanya dari sudut logika karena menurut pendapatnya, modalitas pikiran (modalite Iogique) perlu dibedakan dari modalitas apresiatif (modalite appreciative). Yang dimaksudkannya dengan modalitas pikiran ialah sikap pembicara yang menggambarkan, antara lain, kebenaran (la verite), kementakan atau kebolehjadian (la probabilite), dan kepastian (la certitude), sedangkan yang menggambarkan perasaan gembira (1'heureux) dan sedih (le triste) digolongkannya ke dalam modalitas apresiatif."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D14
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamuddin Finoza
"Dalam bagian terdahulu dari karangan ini telah dikemukakan beberapa masalah tentang adverbia. Dari pokok-pokok permasalahan yang dibahas dapatlah disimpulkan sebagai berikut. Pembicaraan mengenai adverbia selama ini lebih mementingkan arti dari pada bentuk. Di antara 9 orang penulis yang diringkaskan pendapatnya, hanya tiga orang (Zainuddin, Slametmuljana, dan C.A. Mees) yang membicarakan adverbia dari segi bentuk. Penulis yang lain membicarakan adverbia hanya dari segi arti.
Dengan menyadari betapa pentingnya segi bentuk di samping arti, karangan ini menampilkan pambicaraan dari segi bentuk; karena bentuk kata dapat menentukan perubahan jenis kata. Kata tertentu yang mandapat afiks, diulang pengucapannya atau digabungkan dengan partikel, dapat merubah makna. Oleh sebab itulah dalam karangan ini selain segi arti segi bentukpun diuraikan pula. Di samping masalah arti. (semantis) dan bentuk (morfologis), segi sintaktis dalam adverbia harus pula diteliti. Adverbia yang unsurnya lebih dari satu kata pada dasarnya adalah satuan sintaktis sebab hubungan antar unsur, dan bentuk gabungan (frase adverbial) barulah jelas kedudukannya bila diuraikan dari segi sintaktis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S11003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>