Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mauss, Marcel
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992
305.8 MAU gt (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Murray Li
Tangsel: CV. Majin Kiri, 2022
305.8 TAN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Sudharma
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2013
305.8 WAY p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Tang
"LATAR BELAKANG
Sukubangsa Bugis adalah salah satu sukubangsa yang menempati sebagian besar kawasan Sulawesi Selatan. Mereka mendiami empatbelas di antara dua puluh tiga buah kabupaten yaitu Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Luwu, Sidenreng Rap-pang, Bulukumba, Sinjai, Pinrang, Polewali Mamasa, Enrekang, Pare-Pare, Pangkajene dan Maras. Ke dua kabupaten tersebut terakhir merupakan daerah-daerah peralihan yang penduduknya mempergunakan baik bahasa Bugis maupun Makassar. Kabupaten Enrekang merupakan daerah peralihan Bugis dan toraja yang penduduknya sering juga di.sebut Duri dan Massenrengpulu? mempunyai dialek khusus, yaitu dialek Duri dan Enrekang (Mattulada, 1985: hlm. 5-6).
Dalam naskah tua I La Galigo diceriterakan bahwa orang Bugis suka mengembara dan berperang di pengembaraannya. Naskah dari ceritera itu menjadi bahan bacaan kegemaran pada zaman dahulu dan bahkan sampai kini di daerah pedalaman Kabupaten Uajo Sulawesi Selatan. Naskah-naskah itu dibacakan dalam berbagai situasi, seperti pada upacara khitanan, pesta perkawinan, untuk mengusir penyakit tertentu dan sebagainya. Nama-nama dari tokoh-tokoh yang di sukai dalam naskah itu. biasanya diberikan kepada- anak-anak yang baru lahir, utamanya anak-anak keturunan bangsawan. Dalam naskah tua yang muncul sesudah naskah I La Galigo yang naskahnya disebut Lontara diceriterakan peristiwa-peristiwa peperangan antara kerajaan--kerajaan di Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Naskah itu juga membicarakan pertikaian-pertikaian yang terjadi di antara warga masyarakat dalam suatu kerajaan tertentu, misalnya di Kerajaan Bone. Pertikaian-pertikaian mana diselesaikan melalui Pengadilan Adat (Bicara), ataukah secara langsung oleh pihak yang merasa. Atas dasar pengetahuan orang Bugis rnengenai keberanian nenek-moyangnya dalam peperangan atau dalam perkelahian antar kelompok kerabat, adakalanya menyebabkan mereka merasa bangga. Tetapi keberanian yang dibanggakannya itu, justru pada pandangan orang luar agak lain; seperti diungkapkan oleh Piattulada bahwa dalam pengembaraannya orang Bugis banyak sekali ditanggapi sebagai orang liar, pengamuk, bengis, kasar dan keras kepala yang ada kalanya sukar dinengerti (mattulada, 1885: hlm. 341).
Anggapan orang luar seperti disebutkan di atas, juga terdapat dalam tulisan orang Belanda yang pernah bertugas di sana, seperti diungkapkan oleh Bakkers bahwa orang Bugis suka berkuasa, pendendam dengan sifat-sifat yang tidak jarang mengarah kepada perkelahian dan pertumpahan darah atau mengamuk, suka perang, pemberani dan suka poligami. Wanitanya kurang congkak dan kurang berkuasa dibandingkan dengan laki-lakinya, tetapi jika mereka berkuasa lebih lalim dan. demam perang (Bakkers, 1868; hlm. 26-27).
Abdul Razak Dg.Patunru menambahkan pendapat di atas bahwa memang orang Makassar dan Bugis mudah sekali tersinggung, lekas naik darah, akan tetapi lekas juga sadar kalau diperlakukan secara lunak disertai kata-kata yang lemah-lembut dan sopan (Patunru, 1967: hlm. 225-226).
Pada tahun 1977 Andi Zainal Abidin dan kawan-kawannya telah melakukan penelitian kepustakaan dan lapangan mengenai "Beberapa Lembaga Hukum Adat dan Adat di Sulawesi Selatan" berkesirnpulan bahwa Siri yang bermotif kesusilaan masih merupakan hal yang sangat peka (penulis= gampang mengakibatkan pembunuhan) sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan dalam suatu putusan pengadilan atau Para fungsionaris lainnya dalam menetapkan kebijaksanaannya (Zainal Abidin, 1977:hlm. 36).
Rusly Effendy juga telah melakukan penelitian pendahuluan (preliminary research) mengenai penganiayaan dan pembunuhan dengan mengumpulkan data statistik dari Komtabes Kota Madya Ujung Pandang periode 1972-1975. Angka--angka yang dikumpulkannya mengenai penganiayaan dan pembunuhan terutama berlatar-belakang siri dan balas-dendam memperlihatkan jumlah yang cukup tinggi dan meningkat setiap tahun (Effendy, 1977:hlm..42-43).
Dari keterangan-keterangan yang kami paparkan di atas dapat dinyatakan bahwa pertikaian pada sukubangsa Bugis merupakan suatu tindakan yang berpola. Mamun demikian, gejala seperti itu tidak pantas dikatakan aneh, sebab memang ada juga kaidah bahwa pertikaian adalah suatu gejala universal. Tidak ada masyarakat yang kita kenal tidak bertikai dengan sesama anggota-anggotanya atau pun dengan anggota masyarakat lainnya (Epstein,. 1967 ; hlm. 206 ; Van Velsen, 1967 ; hlm. 146 ; Roberts, 1979 : hlm. 45)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
Jakarta: Rineka Cipta , 2005
301 KOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mauss, Marcel
London: Cohen & West, 1970
572.3 M 41 g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hammerle, P. Johannes Maria
"Anthropological study of the history of Nias ethnic people and their social and cultural life"
Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2001
305.8 JOH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mauss, Marcel
London: Routledge , 1970
306 MAU g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mauss, Marcel
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992
305.8 MAU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Gita Anya Tamara
"Kajian ini membahas mengenai perubahan fungsi dan bentuk sebuah bangunan. Kajian ini menggunakan sumber data bangunan Museum Satriamandala. Dahulu bangunan tersebut merupakan rumah tinggal Soekarno dan Dewi Soekarno dengan nama Wisma Yaso. Adanya perubahan fungsi utama bangunan menjadi alasan kajian perubahan fungsi dan bentuk pada bangunan tersebut.
Metode yang digunakan adalah kerangka penelitian Sharer dan Ashmore yang terdiri atas enam tahap yaitu tahap formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi.
Hasil kajian menunjukkan bahwa bangunan tersebut mendapat perubahan fungsi secara keseluruhan pada tiap-tiap ruang di dalamnya. Selaras dengan perubahan fungsi, terdapat kebutuhan dari aspek fungsional yang perlu diterapkan untuk menunjangnya karena telah diubah menjadi museum.

This study discusses the changes in the function and forms of a building. This study uses data from the Satriamandala Museum building. Previously, the building was the residence of Soekarno and Dewi Soekarno under the name Wisma Yaso. The change in the main function of the building motivated the study to be conducted.
The method used is the research framework of Sharer and Ashmore which consists of six stages, namely the formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation stages.
The results of the study show that the building has undergone a change in the overall function of each room inside it. In line with the change in its function, some functional aspects need to be investigated to support it because it has been converted into a museum.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>