Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005
306.74 MOD
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Sosial RI. Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, 2004
306.74 FAK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Citra Diani
"ABSTRAK
Peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) sangat diharapkan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Namun banyak kecurangan dan berbagaipraktik pelanggaran etika dan hukum yang mengakibatkan kerugian negara tidak berhasil diungkap oleh APIP, melainkan diungkap oleh pihak luar organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh level penalaran moral dan konflik peran terhadap perilaku whistleblowing APIP. Dengan menggunakan desainfaktorial 2x2 antarsubjek, eksperimen yang melibatkan 102 mahasiswa magister akuntansi, menemukan bahwa APIP dengan level penalaran moral yang tinggi memiliki perilaku whistleblowing lebih tinggi dibandingkan APIP dengan level penalaran moral yang rendah. APIP dalam kondisi konflik peran terbukti memiliki perilaku whistleblowing lebih rendah dibandingkan APIP dalam kondisi tidak ada konflik peran. APIP dengan level penalaran moral tinggi dan tidak ada konflik peran memiliki perilaku whistlblowing lebih tinggi dibandingkan dengan APIP dengan level moral rendah dan ada kondisi konflik peran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku whistleblowing APIP dengan level penalaran moral yang tinggi tidak berbeda signifikan dalam kondisi tidak ada konflik peran atau dalam kondisi tidak ada konflik peran."
Jakarta: Direktorat Litbang BPK RI, 2017
332 JTKAKN 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Pramudya Zamzami
"Penalaran deduktif adalah suatu metode berpikir logis di mana seseorang menarik kesimpulan spesifik (hipotesis) berdasarkan premis atau pernyataan umum yang dianggap benar dengan menerapkan aturan inferensi logika. Aturan inferensi logika adalah prinsip-prinsip logika yang memungkinkan seseorang untuk mengambil hipotesis yang absah dari premis yang diberikan. Meskipun penalaran deduktif memiliki keunggulan pada penalaran yang absah, manusia cenderung membuat kesalahan dalam bernalar deduktif. Salah satu model bahasa untuk penalaran deduktif adalah Natural Logic (NatLog), yaitu model berbasis machine learning yang dilatih untuk melakukan klasifikasi kelas dari hubungan persyaratan antar kalimat. Namun, model memiliki keterbatasan pada rentang kalimat yang panjang. Di sisi lain, Large Language Model (LLM) seperti Generative Pre-trained Transformer (GPT) telah menunjukkan performa yang baik dalam tugas penalaran deduktif, terutama dengan menggunakan metode Chain of Thought (CoT). Namun, metode CoT masih menimbulkan masalah halusinasi dan inkonsistensi dari langkah perantaranya, yang berujung pada konklusi akhir yang tidak absah. Metode Chain of Thought - Self-Consistency (CoT-SC) merupakan pengembangan dari metode CoT yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran pada LLM. Dalam metode CoT-SC, CoT dijalankan beberapa kali untuk menghasilkan beberapa sampel jawaban. Setelah itu, dilakukan operasi modus, yaitu pemilihan jawaban yang paling sering muncul di antara sampel-sampel yang dihasilkan, untuk menentukan jawaban akhir. Jawaban dengan frekuensi kemunculan terbanyak dianggap sebagai jawaban yang paling konsisten dan akurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan dan menganalisis kemampuan metode CoT-SC pada model GPT dalam menyelesaikan tugas penalaran deduktif. Penelitian ini akan mengevaluasi kemampuan penalaran deduktif pada model GPT menggunakan tiga sumber data yang merepresentasikan tiga domain tugas penalaran deduktif yang berbeda, yaitu ProntoQA, ProofWriter, dan FOLIO. Setelah itu, akan dilakukan analisis perbandingan performa LLM berbasis metode CoT-SC dengan manusia dalam menyelesaikan tugas penalaran deduktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CoT-SC menunjukkan performa akurasi yang baik dalam mayoritas tugas penalaran deduktif serta LLM GPT dengan metode CoT-SC mengungguli 1 dari 3 domain tugas penalaran deduktif. Hasil ini menunjukkan model GPT berbasis metode CoT-SC memiliki potensi dalam tugas penalaran deduktif.

Deductive reasoning is a method of logical thinking in which one draws specific conclusions (hypotheses) based on general premises or statements that are considered true by applying the rules of logical inference. Rules of logical inference are principles of logic that allow one to derive valid hypotheses from given premises. Although deductive reasoning has the advantage of valid reasoning, humans tend to make mistakes in deductive reasoning. One of the language models for deductive reasoning is Natural Logic (NatLog), which is a machine learning-based model trained to perform class classification of conditional relations between sentences. However, the model has limitations on long sentence ranges. On the other hand, Large Language Models (LLMs) such as Generative Pre-trained Transformer (GPT) have shown good performance in deductive reasoning tasks, especially by using the Chain of Thought (CoT) method. However, the CoT method still raises the problem of hallucinations and inconsistencies of the intermediate steps, leading to invalid final conclusions. The Chain of Thought - Self-Consistency (CoT-SC) method is a development of the CoT method that aims to improve reasoning ability in LLM. In the CoT-SC method, CoT is run several times to produce several sample answers. After that, a mode operation is performed, which is the selection of the most frequently occurring answer among the generated samples, to determine the final answer. The answer with the highest frequency of occurrence is considered the most consistent and accurate answer. The purpose of this study is to implement and analyze the ability of the CoT-SC method on the GPT model in solving deductive reasoning tasks. This study will evaluate the deductive reasoning ability of the GPT model using three data sources representing three different deductive reasoning task domains, namely ProntoQA, ProofWriter, and FOLIO. After that, a comparative analysis of the performance of LLM based on the CoT-SC method with humans in solving deductive reasoning tasks. These results indicate the GPT model based on the CoT-SC method has a potential in deductive reasoning tasks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
"ABSTRAK
Berbagai media massa menampilkan kasus penyimpangan perilaku yang
tergolong perilaku antisosial, seperti tawuran SMU dan penggunaan narkoba
yang banyak terjadi di kalangan pelajar SMU. Berdasarkan dua komponen
perilaku antisosial, yaitu timbulnya perilaku antisosial dan hilangnya perilaku
prososial. dapat dilakukan upaya pencegahan dengan cara mengembangan .
perilaku prososial remaja, yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk
menolong atau memiliki konsekuensi sosial positif yang berguna bagi
kesejahteraan fisik dan psikologis orang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi
timbulnya perilaku prososial adalah penalaran moral, yaitu cara berpikir atau
alasan orang dalam menentukan suatu keputusan moral, baik dan buruk atau
benar dan salah. Penalaran moral dalam penelitian ini diukur menggunakan the
Defming Issnes Test (DIT) dari Rest.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara penalaran
moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU. Selain itu, karena ada
perbedaan pendapat mengenai peranan jenis kelamin, maka penelitian ini juga
bertujuan untuk mengungkap apakah ada perbedaan kecenderungan perilaku
prososial dan penalaran moral remaja SMU berdasarkan jenis kelamin. Penelitian
ini dilakukan pada 100 remaja SMU IKIP Jakarta. Kuesioner kecenderungan
perilaku prososial terdiri dari 40 pernyataan dengan reliabilitas koefisien alfa
sebesar 0.89 dan kuesioner penalaran moral yang merupakan adaptasi DIT
bentuk singkat, terdiri dari 3 cerita dilema moral dengan reliabilitas koefisien alfa
sebesar 0.72.
Berdasarkan perhitungan korelasi dengan teknik Pearson Product
Moment dan perhitungan Mest yang ada pada program SPSS 10.0.5, disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan
kecenderungan perilaku prososial remaja SMU, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kecenderungan perilaku prososial remaja SMU laki-laki dan
perempuan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penalaran moral
remaja SMU laki-laki dan perempuan. Menurut dugaan peneliti hal ini
disebabkan karena ada kemungkinan kecenderungan perilaku prososial yang
tinggi masih didasari oleh tahap-tahap penalaran moral di bawah penalaran moral berdasarkan prinsip, kuesioner kecenderungan perilaku prososial diduga
mengandung bias social desirability, dan kurangnya motivasi subyek. Selain itu,
perbedaan perilaku prososial laki-laki dan perempuan cenderung pada bentuk
pertolongan yang dilakukan, sedangkan kuesioner kecenderungan prososial tidak
mempertimbangkan bentuk pertolongan yang dilakukan orang. Oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian kecenderungan perilaku
prososial dengan mempertimbangkan bentuk perilaku prososial dan melakukan
revisi pada kuesioner kecenderungan perilaku prososial agar terhindar dari bias
social desirability."
2002
S3153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Pratiwi
"Tasawuf sebagai salah satu aspek ajaran Islam memberikan sumbangan penting untuk membina manusia yang utuh baik lahir maupun batin. Ajaran tasawuf yang menekankan pentingnya moralitas serta keseimbangan aspek lahir dan batin menyebabkan studi akademis tentang tasawuf mengalami perkembangan pesat sehingga jumlah dan kajian tentang tasawuf meningkat. Perkembangan tasawuf ini diikuti oleh munculnya tarekat-tarekat.
Tujuan tarekat ini sejalan dengan tujuan tasawuf yaitu peningkatan moral anggotanya. Pada tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah peningkatan moral ini dapat dicapai melalui suluk. Anggota yang telah melalui beberapa kali suluk dapat diangkat menjadi D-1 bagi perempuan dan Petoto sebutan bagi laki-laki. D-l dan Petoto adalah panutan bagi anggota-anggota yang lain, khususnya bagi anggota yang belum mencapai tingkat tersebut dan diharapkan menampilkan perilaku moral yang baik.
Perilaku moral didasari oleh penalaran moral atau alasan yang mendasari suatu tindakan moral. Perkembangan moral ini didasari oleh aspek kognitif juga oleh rangsangan lingkungan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penalaran moral ini adalah The Defining Issues Test (DIT) dari Rest.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tahap penalaran moral anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berdasarkan tingkat keanggotaan, penelitian ini dilakukan pada 120 anggota tarekat naqsyabandiyah Khalidiyah yang terdiri dari masing-masing 30 orang anggota D-l, non-D-1, Petoto dan nonpetoto yang berada di Depok. Alat ukur yang digunakan adalah DIT dalam bentuk singkat yang terdiri dari 3 buah cerita dilema moral dengan reliabilitas sebesar 0,81.
Berdasarkan perhitungan t-lest yang terdapat pada program SPSS 10.00 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan tahap penalaran moral anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah berdasarkan tingkat keanggotaan Menurut peneliti hal itu disebabkan oleh tingkat pendidikan yang relatif setara pada anggota tarekat dalam penelitian ini, adanya seorang tokoh yang dijadikan model oleh semua anggota, adanya lingkup interaksi sosial yang luas, dan adanya rangsang lingkungan yang sama dalam lingkungan tarekat tersebut Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan metoda pengumpulan data yang lain seperti observasi dan wawancara."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S3408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
"ABSTRAK
Berbagai fakta yang ada sekarang telah berbicara bagaiana Narkotika danobat-obatan berbahaya (Narkoba) sudah merebak kemana-mana tanpa memandang bulu. Dalam hal ini remaja merupakan salah satu kasus terbesar dibandingkan kasuskasus yang lain.
Pada keluarga dengan remaja pengguna Narkoba, membentuk komunikasi efektif yang bukanlah hal yang mudah. Untuk mengetahui komunikasi dengan keluarga dengan remaja pengguna Narkoba, maka penelitian ini akan menggunakan empat karakteristik komunikasi dari Grotevant & Cooper (dalam Sprinthall & Collins, 1995) yaitu self assertion, separateness, permeability dan mutuality. Keempat karakteristik tersebut dikelompokkan ke dalam dua dimensi yaitu dimensi indimdttality dan dimensi connectedness. Adapun self assertion dan separateness termasuk dalam dimensi individuality sedangkan permeability dan mutuality termasuk dalam dimensi connectedness.
Selain itu, komunikasi dalam keluarga dapat pula membantu remaja dalam berkomunikasi dengan orang diluar lingkungan keluarga. Pengalaman remaja sehubungan individuality dan connectedness dalam konteks keluarga mempengaruhi perkembangan mereka diluar keluarga dan mempengaruhi interaksi dengan orang lain di luar keluarga termasuk peer ( Cooper & Ayers-Lopez, dalam Jakcson & Tome, 1993). Selanjutnya, melalui komunikasi dengan keluarga, juga dapat mendorong remaja berperilaku asertif dalam berkomunikasi dengan orang lain dimana perilaku asertif merupakan hal yang diperlukan, tidak hanya dengan sesama anggota keluarga tetapi juga dengan orang diluar keluarga. Hal ini dinyatakan oleh Shipman (1982) bahwa jika anak didorong utuk mengelaborasi pengalaman-pengalaman mereka di sekolah, berpartisipasi dalam diskusi keluarga dan mendorong mereka untuk mengekspresikan pendapat-pendapat mereka dalam berbagai interaksi keluarga, maka mereka akan memperoleh latihan dalam hal artikulasi, berfikir didepan orang banyak dan asertivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam berhubungan dengan dunia luar.
Dengan pesatnya perkembangan jaman, seiring itu pula sikap asertif diperlukan dan menjadi hal yang penting. Caldarella & Merrel (1997) dalam pembahasan mengenai keterampilan sosial (social skills) menyebutkan asertif sebagai satu dari lima dimensi. Kelima dimensi tersebut adalah hubungan dengan peer (peer relations), manajemen diri (self managemenl), kemampuan akademik (academic skills), pemenuhan (complience) dan asertif (assertion).
Perilaku asertif cukup sulit untuk dilakukan, apalagi pada remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan. Penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang mengalami perilaku adiktif (addictive bebatnour) secara khusus mengalami kekurangan dalam hal asertivitas (Miller & Eisler, dalam Wanigaratne dkk, 1990).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komunikasi (se/f assertioHy separateness, permeability dan mitualily) apa saja yang diterapkan dalam keluarga dengan remaja pengguna Narkoba dan mengetahui bagaimana penerapan keempat karakteristik komunikasi tersebut dalam mendukung munculnya perilaku asertif pada remaja pengguna Narkoba, dimana telah disebutkan sebelumnya bahwa remaja pengguna Narkoba memiliki kekurangan dalam hal asertivitas. Selanjutnya, penelitian ini juga hendak mengetahui bagaimana penerapan keempat karakteristik dan munculnya perilaku asertif dalam membantu remaja bersosialisasi dengan lingkungan pada konteks keluarga dengan remaja pengguna Narkoba.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dimana melalui metode ini dilakukan wawancara untuk dapat memperoleh data dan informasi secara lebih mendalam.
Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa keluarga dengan remaja pengguna Narkoba tidak menerapkan keempat karakteristik komunikasi dan tidak diterapkan keempat karakteristik komunikasi tersebut tidak mendukung munculnya perilaku asetif pada remaja. Selanjutnya, dengan tidak diterapkannya keempat karakteristik komunikasi yang kemudian diikuti dengan tidak munculnya perilaku asertif pada remaja maka akan menghambat proses sosialisasi remaja dengan lingkungannya.
Membentuk komunikasi yang efektif sejak dini merupakan hal yang perlu dilakukan. Pemahaman akan hal ini dapat membantu keluarga terhindar dari bahaya Narkoba. Selain itu dengan memasukkan komunikasi keluarga dan pelatihan asertif (assertive training) pada program-program rehabilitasi dapat menjadi sebuah solusi untuk dapat membantu menekan jumlah penggunaan Narkoba dan menghindarkan mereka yang telah menjalani rehabilitasi untuk kembali menggunakan Narkoba. Hal ini akan semakin efektif apabila disertai pula dengan turut aktifnya lingkungan dalam mencegah dan memberantas penggunaan Narkoba.

"
2000
S2875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kesula Dewi
"ABSTRAK
Dewasa ini banyak bermunculan ritel-ritel baru di kawasan Jakarta. Di suatu
lokasi tertentu baik itu perkantoran atau perumahan bias ada lebih dari satu ritel. Jika ada
banyak alternatif ritel yang didatangi, tentu ada pertimbangan khusus yang membuat
konsumen memilih suatu ritel untuk dijadikan tempat berbelanja.
Dalam berbelanja konsumen melalui beberapa tahap, yaitu : pertama membuat
daftar belanja. Kedua menentukan alternatif ritel mana saja yang dapat didatangi. Ketiga
menghitung total perceived cost dari masing-masing alternatif ritel yang telah dipilih.
Terakhir menentukan ritel mana yang akan didatangi berdasarkan total perceived cost
yang telah dihitung.
Model Bell, Ho, Tang mengatakan bahwa konsumen akan memiih ritel yang
mempunyai total perceived cost yang terendah. Total perceived cost dibagi kedalam 2
komponen, yaitu : fIxed cost dan variable cost. Dimana masing-masing komponen cost
tersebut mempunyai cost driver yang mempengaruhi nilai total perceived cost.
Model Bell, Ho, Tang juga mengatakan bahwa konsumen akan lebih sering mengunjungi
ritel yang memiliki fixed cost yang terendah.
"
2001
T1373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>