Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soejatni
Jakarta: Biro penerangan dan motivasi BKKBN, 1972
612.6307 Soe t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soejatni
Jakarta: Biro penerangan dan motivasi BKKBN, 1972
612.63 SOE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatah Yasin
"Salah-satu tahapan yang sering diabaikan oleh organisasi adalah membuat perencanaan strategis terkait SI/TI. Kebanyakan organisasi hanya mengikuti tren atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa perencanaan yang jelas dalam menggunakan SI/TI. Padahal seharusnya penggunaan SI/TI harus sesuai atau selaras dengan rencana strategis dan proses bisnis organisasi. Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi merupakan unit organisasi yang memiliki tugas memberikan dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di Kemendikbudristek dan saat ini sedang menjalankan program reformasi birokrasi yang salah satu quick winnya adalah menyiapkan rencana terkait solusi teknologi informasi, namun belum memiliki rencana strategis SI/TI yang sistematis. Penelitian ini menjawab bagaimana melakukan perencanaan strategis SI/TI pada organisasi yang sedang menjalankan reformasi birokrasi dengan menggunakan metode Ward and Peppard dengan unsur analisis pada bisnis internal maupun analisis pada bisnis eksternal, analisis SI/TI internal dan analisis SI/TI pada eksternal, sehingga didapatkan gap atau kesenjangan untuk digunakan sebagai bahan dalam membentuk rencana strategis SI/TI bagi organisasi. Metode analisis yang digunakan antara lain value chain, SWOT, CSFs, MacFarlan Strategic Grid, analisis tren teknologi terkini dan analisis gap atau kesenjangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi langsung, dan studi dokumen organisasi. Berdasarkan metode analisis tersebut, hasil penelitian berupa rekomendasi strategi SI/TI dan roadmap SI/TI

One of the stages that is often overlooked by organizations is making strategic planning related to IS/IT. Mostly, organizations just follow the trend or just follow along without a clear plan in using IS/IT. Whereas the use of IS/IT should be in accordance with or in line with the strategic plans and business processes of the organization. The Secretariat General of the Ministry of Education, Culture, Research, and Technology is an organizational unit that has the task of providing administrative support to all organizational elements in the Ministry of Education and Culture and is currently carrying out a bureaucratic reform program, one of the quick wins is to prepare a plan related to information technology solutions, but does not yet have a systematic IS/IT strategic plan. This study answers how to carry out IS/IT strategic planning in organizations that are carrying out bureaucratic reform using the Ward and Peppard method with elements of analysis on internal business and analysis on external business, internal IS/IT analysis and IS/IT analysis on external, so that it can be obtained gaps to be used as material in forming IS/IT strategic plans for the organization. The analytical methods used include value chain, SWOT, CSFs, MacFarlan Strategic Grid, analysis of the latest technology trends and gap analysis. This study uses a descriptive qualitative approach with data collection methods in the form of interviews, direct observation, and study of organizational documents. Based on the analysis method, the research results are in the form of IS/IT strategy recommendations and IS/IT roadmaps"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BKKBN , 1992
363.96 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Asdawati
"Latar Belakang: Program KKBPK BKKBN mengalami penurunan pencapaian target kinerja pasca desentralisasi tahun 2004 yang mana PKB/PLKB saat itu sebagai ujung tombak program di lini lapangan juga termasuk SDM yang diserahakan ke Pemerintah Daerah sebagai pengelola dan pendayaguna khususnya di OPD KB namun dengan adanya UUD No. 23 Tahun 2014 maka PKB/PLKB kemudian dialihkelolakan kembali ke BKKBN dengan pendayagunaannya tetap pada OPD KB di daerah dengan harapan agar dapat menyukseskan kembali Program KKBPK.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKB/PLKB pasca alih kelola menjadi PNS BKKBN tahun 2020 di DP3AP2KB Kab. Bogor berdasarkan MBCfPE.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan disain cross sectional yang dilakukan di Dinas P3AP2KB Kab. Bogor tahun 2020 pada bulan Mei – Juli 2020. Populasi penelitian ini yaitu PKB/PLKB di Kab. Bogor dengan jumlah sampel 74 orang, diambil dengan metode cluster sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian ini yaitu kuesioner dalam bentuk google form sebanyak 81 pertanyaan kemudian dianalisis menggunakan statistic software dengan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis kemudian ditampilkan dalam bentuk angka dan diinterpretasikan dalam bentuk kalimat.
Hasil: 1) PKB/PLKB pasca alih kelola menjadi ASN BKKBN di Dinas P3AP2KB Kab. Bogor tahun 2020 memiliki persepsi yang tinggi terhadap kepemimpinan (58,1%), perencanaan strategis (52,7%), fokus pelanggan sebesar (54,1%), pengukuran, analisa dan manajemen pengetahuan sebesar (60,8%), fokus staf (55,4%), manajemen proses (51,4%) dan kinerja (66,2%). 2) Ada hubungan antara perencanaan strategis dengan kinerja (p = 0,021), fokus pelanggan dengan kinerja (p = 0,048), pengukuran, analisa dan manajemen pengetahuan dengan kinerja (p = 0,018), fokus staf dengan kinerja (p = 0,000) dan manajemen proses dengan kinerja (p = 0,009) namun tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja (p = 0,132) dan 3) Ada pengaruh fokus staf terhadap kinerja (p = 0,001) dan manajemen proses terhadap kinerja (p = 0,038), sebaliknya tidak ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja (p value = 0,871) perencanaan strategis terhadap kinerja (p = 0,093), fokus pelanggan terhadap kinerja (p = 0,679) dan pengukuran, analisa dan manajemen pengetahuan terhadap kinerja (p = 0,442) dan 4) Fokus staf sebagai faktor dominan mempengaruhi kinerja PKB/PLKB.
Kesimpulan: Faktor yang mempengaruhi kinerja PKB/PLKB adalah fokus staf dan manajemen proses dan yang paling dominan berpengaruh adalah fokus staf. Saran: Memaksimalkan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja PKB/PLKB melalui pemenuhan dan pemerataan SDM, pendidikan dan pelatihan, penambahan dana dan kelengkapan fasilitas, keterlibatan dan keharmonisan hubungan staf serta sasaran kerja juga monitoring dan evaluasi rutin.

Background: Population, Family Planning and Family Development Program of National Family Planning Coordination Board showed decrease performance since decentralization in 2004 which family planning counselor/family planning filed officer at that time as the frontline of program also included that over to The Regional Government for Regional Device Organizationas as organizer and user. Then, with UU number 23 Year 2014, family planning counselor/family planning filed officer reorganized by National Family Planning Coordination Board and the Regional Organizationas of Family Planning as user hopefully the family pamily program will success as before.
Objective: Knowing the factors are affect to the performance of the utilization of family planning counselor/family planning filed officer since reorganize become of National Family Planning Coordination Board employees in 2020 at DP3AP2KB Bogor with MBCfPE.
Method: This research was a quantitative correlation study with cross sectional design conducted at DP3AP2KB Bogor in 2020, May - July 2020. The population was family planning counselor/family planning filed officer at Bogor with 74 respondens that taken by cluster sampling method with inclusion and exclusion criteria. Instrument of this study was a questionnaire with google form for 81 questions then analyzed using statistical software with chi-square test and multiple logistic regression. Results of the analysis displayed in numerics and interpreted in sentences.
Results: Family planning counselors at Bogor in 2020 has a high perception of leadership (58.1%), strategic planning (52.7%), customer focus (54.1%), measurement, analysis and knowledge management (60.8%), staff focus (55.4%), management process (51.4%) and performance (66.2%), 2) There were a correlation between strategic planning and performance (p = 0.021), customer focus with performance (p = 0.048), measurement, analysis and knowledge management with performance (p = 0.018), staff focus with performance (p = 0.000) and management process with performance (p = 0.009) but no relationship between leadership and performance (p = 0.132) and 3) There were an effect of staff focus on performance (p = 0.001) and process management on performance (p = 0.038), while there were not effect leadership on performance (p value = 0.871) strategic planning on performance (p = 0.093), customer focus on performance (p = 0.679) and measurement, analysis and knowledge management on performance ( p = 0.442) and 4) Staff focus as the dominant factor influencing family planing counselors performance. Conclusions: Factors affecting of performance of family planning counselors are staff focus and process management and the most dominant is staff focus.
Recommendation: Maximize efforts to improve the performance of family planning counselors through recruitment and distribution of human resources, education and training, additional funds and facilities, involvement and harmony of staff and targets relations also regular monitoring and evaluation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dinamika keluarga Jawa dan komunitas desa tidak bisa dinyatakan sebagai suatu hubungan langsung.Ikatan teritorial sedesa menguat kala seajalan dengan ikatan kekerabatan,etnis,atau pemimpin yang otoritatif...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Wazar
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara lamanya penugasan ayah yang menyebabkan ketidakhadiran ayah dalam keluarga dengan kepribadian dan prestasi belajar remaja di lingkungan keluarga ABRI. Ayah adalah salah seorang tokoh penting dalam kehidupan keluarga. Ketidak-hadiran ayah dalam keluarga mempengaruhi suasana kehidupan keluarga yang kemudian mempengaruhi anggota-anggota keluarga terutama istri dan anak. Namun demikian, ketidakhadiran ayah secara kuantitatif ini menurut teori-teori dan penelitian-penelitian dapat diimbangi dengan kualitas kehadiran ayah yaitu perhatian ayah terhadap anak.
Prajurit ABRI sebagai seorang ayah harus mendahulukan kepentingan tugas daripada kepentingan keluarga ataupun pribadi, sehingga ketidakhadiran ayah dalam keluarga dalam jangka waktu yang cukup lama sebagai akibat penugasan sering terjadi dalam kehidupan keluarga ABRI. Kepribadian dan prestasi belajar merupakan aspek yang banyak menentukan keberhasilan hari depan setiap orang. Orang tua selalu menginginkan keberhasilan anak, sehingga mereka banyak mencurahkan perhatian terhadap kepribadian dan prestasi belajar anak. Pada kondisi tertentu hal ini dapat mempengaruhi suasana emosional ayah sehingga dapat mengganggu pelaksanaan tugas.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah EPPS untuk mengungkap kepribadian, NEM untuk mengungkap prestasi belajar, PM untuk mengungkap inteligensi, angket pertama untuk mengungkap perhatian ayah terhadap anak dan angket kedua untuk mengungkap data pribadi. Kedua macam angket ini dikonstruksi oleh penulis.
Hasil penelitian menunjukkan:
1. Ada hubungan yang signifikan antara ketidakhadiran ayah dalam keluarga dengan beberapa variabel kepribadian remaja di lingkungan keluarga ABRI.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ketidakhadiran ayah dalam keluarga dengan prestasi belajar remaja di lingkungan keluarga ABRI.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara perhatian ayah dengan kepribadian dan prestasi belajar remaja di lingkungan keluarga ABRI.
Penulis menyarankan agar hasil penelitian ini diinformasikan kepada para prajurit dalam. rangka pembinaan mental pratugas, agar mereka lebih konsentrasi dalam melaksanakan tugas. Namun demikian agar hasil penelitian ini lebih meyakinkan perlu diadakan penelitian lanjutan yang lebih luas dengan menggunakan instrumen penelitian dan metode analisa yang lain. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanty
"Penelitian ini dilakukan terhadap anak remaja di RW 13 Kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng, dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kuantitas dan kualitas komunikasi keluarga terhadap perilaku kekerasan pada remaja. Desain yang digunakan adalah korelasional deskriptif, dengan sampel berjumlah 40 orang yang dipilih secara simple random sampling. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan uji statistik Exact Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas komunikasi keluarga yang sering sebanyak 82,5% dan sebagian besar (65%) memiliki kualitas komunikasi keluarga yang sedang. Perilaku kekerasan remaja dengan kategori terjadi sebanyak 15% dan yang paling sering terjadi (32,5%) yaitu isi bicara menghina orang lain. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara kuantitas dan kualitas komunikasi keluarga dengan perilaku kekerasan remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5036
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Wulandari Nurullita
"Remaja merupakan masa yang rentan terhadap teijadinya krisis (Hurlock, 1996). Pada masa ini remaja menghadapi berbagai perubahan dalam waktu yang bersamaan. Menurut Sarlito (1989) perubahan tersebut teijadi secara biologis (munculnya landa seksual sekunder), psikologis (perubahan fisik menuntui dilakukannya perubahan dalam psikologis, misalnya adanya ketertarikan terhadap lawan jenis) dan sosial ( adanya timtutan dari masyarakat untuk berperilaku seperti oraang dewasa). Menghadapi perubahan ini diperlukan penyesuaian diri (adjustment), bukan saja penyesuaian terhadap dirinya, namun juga penyesuaian terhadap lingkungan. Dengan dicapainya penyesuaian ini , akan mudah untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki remaja yang pada akhimya dapat menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan bagi individu tersebut. Kondisi psikologis seseorang yang dibcnluk dari pcngalaman yang dihadapinya dalam kegiatan sehari-hari dan usahanya dalam merealisasikan diri ini disebut kesejahteraaii psikologis.
Di sisi lain, masyarakat Jakarta telah mengalami pergeseran/perubahan sosial sebagai akibat adanya modemisasi dan globalisasi, dan ikut mempengaruhi interaksi dalam sebuah keluarga. Kedekatan anlar anggota keluarga mulai berkurang (Cockerham,1995). Kedekatan keluarga yang merupakan gambaran seberapa jauh keluarga terhubung atau terpisah antara satu anggota dengan anggota lain. Di samping ilu keluarga juga ditunlul untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Kemampuan keluarga merubah peran dan fiingsinya dalam menghadapi stress dan tantangan dari lingkungan itulah yang disebut adaptabilitas.
Berdasarkan hal di atas muncul permasalahan apakah dimensi kedekatan dan adaptabilitas keluarga berhubungan dengan kesejahteraan psikologis remaja? Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) gambaran nilai rata-rata dimensi kedekatan dan adaptabilitas keluarga , (2)garabaran kesejahteraan psikologis remaja , (3)hubungan dimensi kedekatan dan adaptabilitas keluarga dengan kesejahteraan psikologis. Dimensi Kedekatan dan adaptabilitas Keluarga akan diukur menggunakan FACES III (Family Adaptatability and Cohesion Evaluation Scales 111 berdasarkan teori Olson yang diadaptasi Pumamasari , A,T (1990). Sedangkan kesejahteraan psikologis akan menggunakan Psychological Well being yang dibual oleh Ryff, C.D (1989)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Dimensi kedekatan dan dimensi adaptabilitas memiliki nilai yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritik, walaupim dimensi kedekatan lebih tinggi nilainya daripada dimensi adaptabilitas. Yang mempunyai peranan besar dalam dimensi kedekatan adalah ikatan emosi, sedangkan yang mempunyai peranan besar dalam dimensi adaptabilitas adalah stniktur kekuasaan.
2. Gambaran kesejahteraan psikologis remaja secara umum berada di atas rata-rata mean teoritik. Secara berurutan adalah pertumbuhan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan otonomi.
3. Terdapat korelasi yang signifikan antara dimensi kedekatan dengan dimensi hubungan positif dengan orang lain, penerimaan diri dan tujuan hidup.
Sebagai hasil tambahan ditemukan adanya peranan antara pendidikan ibu dengan dimensi tujuan hidup, dimensi otonomi, dan pertumbuhan diri; pendapatan berperanan dalam arah yang terbalik dengan kedekatan ; umur berperan dalam batas intemaljenis kelamin berperan dalam dimensi otonomi, dan tujuan hidup; pekeijaan ibu berperan dalam adaptabilitas keluarga ; agama berperan dalam hubungan baik dengan orang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subyakto Atmosiswoyo
"Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana telah sampai ke Pelita ke VI dan hasilnyapun secara demografis telah nampak dan diakui dunia. Parameter demografi a. l. Angka Kelahiran Kasar (CBR) menggambarkan penurunanyang cukup tajam yaitu dari 40.6 pada sensus 1970, menjadi 95.5 pada sensus 1980, menjadi 32.0 pada supas 1985 dan terakhir sensus 1990 telah turun menjadi 27.9. Sedangkan data dari Population Reference Bureau tahun 1992 menyebutkan CBR Indonesia 2.6. Namun di tingkat yang paling bawah yaitu di desa-desa terlihat adanya ketimpangan dalam pencapaian program. Di Kecamatan Serpong yang waktu itu mempunyai duapuluh desa, terlihat ada desa yang berhasil dan ada desa yang kurang berhasil dalam pencapaian akseptor KB.
Petugas di tingkat desa adalah Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang menjadi tumpuan gerakan KB. Penyuluhan adalah suatu bentuk komunikasi searah, yang dapat dilakukan secara kelompok atau secara individual. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Gerakan KB adalah jumlah akseptor atau peserta KB. Kalau kita bandingkan jumlah KB di desa BHS dengan jumlah peserta KB di desa KBHS terdapat perbedaan yang amat menyolok. Di desa BHS telah mencapai 60.04% dari PUS yang ada, sedangkan di desa KBHS tercatat 24.64% saja dari jumlah PUS yang ada pada tahun 1967. Akan tetapi kesenjangan itu,pada tahun 1991, masih tetap saja di kedua desa yaitu di desa BHS 67.73% dan di desa KBHS 26.25%.
Dari masalah-masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisa peranan PLKB sebagai penyuluh KB dalam upaya keberhasilan gerakan KB. Menelaah dengan mendalam peranan PLKB sebagai kasus agar dapat menemukan pola penyuluhan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya meningkatkan keberhasilan gerakan KB di desa-desa.
Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan peranan PLKB sebagai petugas yang paling depan di jajaran Gerakan KB Nasional. penelitian PLKB sebagai kasus dilakukan dengan analisis jaringan sosial dan wawancara mendalam terhadap semua PLKB yang ada di Kecamatan Serpong.
Untuk dapat memperoleh gambaran yang obyektif terhadap kinerja PLKB, maka dilakukan wawancara mendalam dengan para pejabat instansi terkait di tingkat Kecamatan, para pesuka masyarakat dan juga 120 PUS yang belum maupun yang sudah menjadi akseptor keluarga berencana dari kedua desa penelitian.
Hasil penelitian dengan pendekatan analisis jaringan sosial dan wawancara mendalam berhasil mengungkap peranan PLKB tidak hanya sebagai penyuluh KB akan tetapi juga sebagai pembina akseptor K, organisasi peserta KB, pelatih kader KB, fasilitator peserta KB, penghubung KB dengan berbagai instansi terkait, notor terlaksananya posyandu, dan inisiator program-program terpadu yang mendukung keberhasilan program KB. Di sammping itu PLKB juga sebai staf Kades dalam bidang KB dan kependudukan.
Untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan PLKB maka dalam penelitian ini juga diambil 120 PUS yang belum maupun yang sudah menjadi akseptor KB. Dari mereka diketahui bahwa sebagian besar PUS telah menyadari KB, akan tetapi untuk melaksanakan KB masih ada berbagai kendala. Sehingga secara kognitif mereka telah memahami, namun secara praktis mereka masih yang belum melaksanakan.
Penelitian membuktikan bahwa komunikasi searah kurang berhasil menarik PUS untuk melaksanakan KB, Namun, komunikasi individual yang lebih intensif lebih berhasil mengajak PUS untuk melaksanakan KB. Komunikasi individual ini berlangsung terus antara PLKB dengan akseptor KB dalam rangka pembinaan agar tidak terjadi drop out. Akhibatnya terjadilah jaringan sosial yang cukup erat antara PLKB dengan akseptor Kb dengan wujud adanya kelompok- kelompok akseptor. bagi Akseptor mantap yang mau membantu PLKB dijadikan KAder KB, sehingga jaringan sosial yang terbentuk menjadi nyata.
Jaringan sosial kekerabatan di desa-desa Kecamatam Serpong masih memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan masyarakat. Keluarga kerap kali tidak dapat mengambil keputusan sendiri sebelum seluruh atau sebagian besar kerabatnya menyetujuinya. Hampir semua penduduk desa itu masih terikat dalam jaringan kerabat, karena mereka jarang yang kawin dengan orang dari luar desa.
Jaringan sosial kekerabatan di kedua desa penelitian memegang peran yang penting dalam menentukan tingkat keberhasilan program KB. di desa KBHS jaringan kekerabatan mengkambat keberhasilan KB. Sedangkan di desa BHS jaringan kekerabatan justru mendukung keberhasilan program KB.
Jaringan sosial kedua yang cukup mendukung keberhasilan PLKB adalah jaringan pertemanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa jaringan pertemanan ternyata lebih luas dari pada batas administrasi desa. Sebaliknya dengan adanya Bumi Serpong damai (BSD) yang menyebabkan sebagai desa penelitian tergusur sehingga beberapa PUS terpaksa pindah ke lain desa. namun jaringan pertemanan antara PLKB dengan mereka tetap berjalan terus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial yang merupakan juga jaringan informasi dan jaringan komunikasi yang sangat berperan sebagai penunjang dalam kehidupan masyarakat. Mereka yang ada dalam jaringan sosial dapat bertukar informasi dan berkomunikasi untuk mencapai kesepakatan. Pola komunikasi semacam ini merupakan pola komunikasi konvergensi yang amat berdaya guna dan berhasil guna dalam gerakan KB, baik untuk mengajak PUS menjadi akseptor KB maupun untuk membina mereka agar tetap melaksanakan KB. Komunikasi konvergensi merupakan pola komunikasi yang ideal untuk gerakan KB khususnya, program pembangunan umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
D36
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>