Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christianto Wibisono
Jakarta: Pusjarah ABRI, 1970
992 CHR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Christianto Wibisono
Djakarta : Departemen Pertahanan dan Keamanan, 1970
959.8 CHR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Program Studi Sejarah FIB UI, 2009
Lapen 04 Moh i
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Said Alhasanain
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S5862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S5926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugianto
"Skripsi ini membahas tentang aksi-aksi Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan survey. Aksi-aksi yang dilakukan Front Pembela Islam meliputi aksi sosial, konsolidasi dengan kalangan militer, aksi pembatasan tayangan media, aksi dalam dunia politik di Indonesia, aksi penutupan tempat hiburan selama bulan Ramadhan, kegiatan internal, aksi penolakan terhadap Ahmadiyah dan aksi penutupan kantor majalah Playboy. Hasil penelitian ini merekomendasikan terhadap pemerintah untuk mengawasi aksi-aksi Front Pembela Islam dengan ketat.

This thesis explains the actions of Islamic Defender Front (FPI) in Jakarta. This research conducted with qualitative and survey method. The social actions, which are consolidation with military group in Indonesia run, delimitation of media publication, political action, closing bars, gambling area, and prostitution when Ramadhan, internal activity, rejection of the Ahmadiyah and closing Playboy magazine office.. The research suggested that government has to control the actions of Islamic Defender Front."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fuad Amin Ruhuputty
"Insurgensi merupakan suatu bentuk gerakan kelompok yang bertindak berlawanan dengan negara. Meski sering diperdebatkan mengenai hakikat dari insurgensi, definisi paling kuat yang dapat menjelaskan insurgensi yakni sebagai suatu bentuk pemberontakan yang dilakukan secara (para)militer atau politik, yang memiliki tujuan untuk mengganti dan atau menggulingkan pemerintahan yang terlegitimasi dan berkuasa pada suatu negara, kemudian menggantinya dengan pemerintahan dari insurgensi tersebut. Pendefinisian insurgensi ini berkembang makna dan definisinya sesuai dengan perubahan yang ada. Negara sebagai aktor yang ditantang otoritas dan legitimasinya oleh insurgensi, sekiranya dapat merespon aksi insurgensi tersebut. Berkenaan dengan respon oleh negara tersebut, penulis dengan menggunakan metode taksonomi, mengklasifikasi sekurangnya tiga macam kelompok literatur yang berkenaan dengan respon dan kebijakan yang dilakukan oleh negara terhadap aksi-aksi insurgensi. Terdapat kelompok literatur respon dengan pendekatan keamanan, dan respon dengan pendekatan politik, dan respon dengan pendekatan ekonomi. respon tersebut dapat dilakukan sebagai bentuk tindakan tunggal, namun dapat pula dilakukan secara kolaboratif. Dalam penulisan TKA ini, penulis memiliki tujuan untuk mengelaborasi secara jelas ragam respon yang dilakukan oleh negara tersebut. Poin utama dari ragam respon negara tersebut adalah respon negara dengan pendekatan keamanan merupakan ragam respon yang paling sering digunakan oleh negara, baik militer sebagai perang kontrainsurgensi maupun tindakan polisionil. Adapun respon politik diplomasi dan negosiasi digunakan apabila negara tidak dapat mengakhiri konflik dengan kekuatan yang dimilikinya, dan respon dengan ekonomi dilakukan sebagai proses rekonstruksi paska terjadinya insurgensi.

Insurgence is a form of group movement that acts contrary to the state. Although it is often debated about the nature of insurgence, the most powerful definition that can explain insurgence is as a form of rebellion carried out in a military or political way, which has the aim of replacing and or overthrowing a legitimized and powerful government in a country, then replacing it with the government of the insurgency. This definition of insurgence evolves its meaning and definition according to existing changes. The state as an actor whose authority and legitimacy challenged by insurgent, had to respond to such insurgence actions. Regarding to the responses by the states, the authors used taxonomy methods, classifying at least three different literature groups relating to the responses and policies made by the state against the actions of the insurgency. There are groups of literature consist of security aprroaches which can be divided into military operations and police action, and political responses, and economic responses. The response can be done as a single action, but it can also be done collaboratively. In writing this final project, the author has the aim to clearly elaborate on the variety of responses carried out by the country. The main point of the various state’s responses is that the response by the state is found to be more in the form of military operations as the main effort, and police actions, which all of those are advocated in security aproaches, and the politics of diplomacy and negotiation if the state cannot end the conflict with its power, and the response with the economy is carried out as a process of reconstruction after the occurrence of insurgence"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham
"Tesis ini bertujuan memahami ideologi perlawanan buruh dalam konflik perburuhan di pabrik. Peningkatan konflik perburuhan merupakan indikator perubahan ideologi perlawanan buruh dewasa ini jika dibandingkan dengan keadaan di masa lalu. Cara ideologi tersebut diekspresikan bukan saja lebih beragam, tapi juga berbeda sifatnya dari yang digambarkan dalam studi-studi konflik perburuhan selama ini. Bertentangan dengan pandangan yang menekankan lemahnya identitas politik buruh industri manufaktur, tesis ini menunjukkan bahwa perlawanan buruh kini lebih kuat dan radikal sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya aksi-aksi kolektif buruh akhir-akhir ini. Namun berbeda dari pandangan kaum Mandan, konflik dan perlawanan buruh tidak begitu saja mencerminkan ekspresi kesadaran kelas dan watak revolusioner mereka. Ideologi perlawanan buruh dewasa ini ditentukan oleh strategi ekonomi tiap-tiap individu sehingga lebih bersifat ekanomis-pragmatis daripada kecenderung politis-revolusioner.
Tesis ini menggunakan pendekatan konstruktivis {interpretif) karena memperhatikan pembentukan ideologi dalam kelompok sebagai pendorong terjadinya konflik. Ideologi dilihat sebagai sistem simbolik yang memberi acuan bagi pembentukan kesadaran kolektif dan menjadi pengarah bagi berbagai problem kehidupan. Dalam hal ini, ideologi buruh-buruh anggota FNPBI tidakiah tunggal, karena merupakan hasil dari proses sosial. Ideologi tersebut senantiasa didefinisikan, dinegosiasikan, dan diaktifkan dalam interaksi intrakelompok karena para organiser buruh-buruh dan buruh-buruh mengembangkan orientasi yang berbeda-beda mengenai diri dan tujuannya dalam organisasi. Para aktivis menggunakan aksi-aksi kolektif sebagai sarana pendidikan politik dan penanaman ideologi gerakan dengan tujuan-tujuan yang bersifat politik, sementara buruh-buruh lebih cenderung menggunakannya sebagai sarana untuk memperoleh tujuan-tujuan ekonomi. Dengan demikian, organisasi gagal menjadi pembentuk ideologi dan kesadaran kolektif yang koheren bagi para anggotanya untuk menjadi gerakan sosial yang signifikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Dwiastoro Slamet
"Aksi-aksi gerilya dan anti-gerilya dari dua kekuatan yang bertarung merebut dominasi tidak bisa dilepaskan dari sebuah perang revolusioner. Fenomena demikian turut mewar_nai perjalanan sejarah Perang Kemerdekaan RI (1945-1949). Aksi-aksi gerilya RI, bagaimanapun, menampilkan suatu kecenderungan unik, yakni aspek pertempuran yang merupakan sisi yang tidak terlalu menonjol ketimbang aspek psikologis yang diwujudkan sebagai sebuah senjata nasional. Perbenturan senjata-senjata psikologis antara RI dan Belanda tampaknya menjadi dampak sampingan dari kegagalan--kegagalan di bidang strategi militer dan diplomasi. Perang urat-syaraf lantas menggeser dan menempatkan dirinya sebagai medium alternatif yang membelah perbedaan-perbedaan kepentingan antara penomorsatuan diplomasi atau, sebalik_nya, mengutamakan konflik bersenjata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.R. Soemarno Dipodisastro
Jakarta : Yanense Mitra Sejati, 1997
320.959 8 SOE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>