Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramos, Maximo D.
Manila: University of the Philippines Press, 1971
133.423 RAM c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Benedict, Ruth
New York: Columbia University Press, 1935
398.2 BEN z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Funk & Wagnalls Co., 1949
R 398.03 FUN I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Funk & Wagnalls Co., 1949
R 398.03 FUN II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Benedict, Ruth
New York City: Columbia University Press, 1935
398.2 BEN z II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hamilton, Edith
USA: Crosset & Dunlap, 1942
292.13 HAM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bulfinch, Thomas
New York: Gramercy Books, 1979
291 BUL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maugham, W. Somerset
Melbourne William Heinemann 1948
823.9 M 92
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yophie Septiady
"Rumah adat atau rumah tradisional merupakan bahan yang menarik dalam penelitian Antropologi. Beberapa peneliti telah banyak `mengupas' tentang bahan penelitian ini, seperti; Cunningham (1964), Raglan (1964), Rapoport (1969), Singarimbun (1975), Broadbent (1984), Duly (1985), Oliver (1987), Mangunwijaya (1988), Fox (1990, 1993), Waterson (1991, 1993), Egenter (1995), Gintings (1996), Molnar (1996,1999), Suparlan (1999), Woodward (1999), Provencher (1999), dan lain-lain, yang membahas dari tujuan dan sudut pandangnya masing-masing.
Berdasarkan pengetahuan referensi di atas, saya mencoba mengkaitkan antara simbol-simbol pada bangunan rumah adat Karo di desa Lingga dengan cerita prosa rakyat yang ada pada masyarakatnya. Hal ini sangat menarik untuk dibahas, karena hubungan yang terjadi di dalamnya berkaitan erat sekali dengan unsur-unsur budaya dari masyarakatnya, seperti; agama, ideologi, kekerabatan, status sosial, pranata, dan adat istiadat. Pemakaian folklor (cerita prosa rakyat) sebagai salah satu bagian dari budaya akan lebih mempertajam pemahaman budaya untuk mengetahui budaya pada masyarakatnya.
Cerita prosa rakyat dan simbol memiliki hubungan yang sating mendukung. Cerita prosa rakyat dalam penyampaian atau penuturannya kadang kala menggunakan alat bantu pengingat (mnemonic device), biasanya berupa benda-benda yang memiliki mutan simbol-simbol untuk mempermudah dan memperkuat penuturannya. Begitu pula dengan simbol, beberapa di antaranya membutuhkan cerita prosa rakyat untuk lebih menegaskan pemahaman dan penyampaian maksud dari dibuatnya simbol tersebut.
Cerita prosa rakyat yang terbagi menjadi 3 katagori; mite, legenda, dan dongeng, memiliki ciri dan wujud masing-masing sesuai dengan fungsi dan kegunaannya yang dapat dihubungkan dalam makna dari simbol-simbol yang ada, sehingga makna tersebut menjadi semakin jelas arahnya tujuannya. Cerita prosa rakyat dan simbol-simbol yang ada pada rumah adat Karo menunjukkan suatu hubungan yang saling mendukung untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan dan budaya mereka agar hidup selaras, baik antara manusia dengan manusia maupun manusia dengan alamnya. Untuk meneliti masalah ini tidaklah mudah, sebagai seorang peneliti haruslah benar-benar `masuk' (dapat menyelami) dan sabar dalam mengamati masalah penelitiannya, karena pengamatan penelitian bukan hanya pada tahap; melihat apa yang mereka kerjakan, mencatat apa yang mereka tuturkan dan benda apa yang mereka gunakan, tetapi juga memahami perilaku dan konsep berfikir yang ada pada diri mereka, serta `mewaspadai' konsep berfikir kita sendiri adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"Kresna merupakan tokoh pendukung dan pelindung (pengayom) tokoh-tokoh yang memiliki- sifat benar, utama, dan adil, yaitu Pandawa. Ia pun juga sebagai tokoh penjaga dan pemelihara alam semesta dan telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama Jawa. Tokoh Kresna mengalami "hidup" cukup lama, baik dalam karya sastra Jawa Kuna rnaupun Jawa Baru.
Bagaimana peran dan sifat tokoh Kresna dalam karya sastra Jawa, mengapa tokoh Kresna memiliki berbagai macam peran dan sifat, mengapa tokoh Kresna tampil berbagai wujud dalam masa yang cukup lama, merupakan permasalahan yang akan dipecahkan.
Penelitian ini bersifat deskriptif bertujuan mendapatkan keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang obyek yang diteliti, yaitu peran dan sifat tokoh Kresna dalam karya sastra Jawa.
Metodenya yaitu mencari kemungkinan hubungan keterangan dan mengkaji peran dan sifat tokoh Kresna dari suatu sumber data dengan sumber data lainnya dengan menggunakan prinsip hermeneutik, yaitu dengan melakukan explaining (penjelasan), interpreting (penafsiran), dan translating (penerjemahan). Tokoh Kresna yang hidup di berbagai zaman di dalam karya sastra Jawa Kuna dan Jawa Baru akan dijelaskan dan diinterpretasikan menurut konteks peristiwa dan zamannya. Metode penelitian ini terdiri dari kajian isi teks dan penjelasan latar belakang budaya. Dalam penelitian ini digunakan teori mengenai simbol. Terdapat 3 kategori simbol, yaitu simbol sebagai tanda konvensional, simbol sebagai suatu jenis dari tanda ikonik, dan simbol sebagai sebuah tanda konotasi. Simbol juga berarti membandingkan dan membuat analogi antara tanda dan obyek yang diacu. Penelitian ini menerapkan simbol sebagai sebuah tanda konvensional. Dalam pengertian (konteks) ini, tokoh Kresna yang hidup di berbagai zaman di dalam karya sastra Jawa Kuna dan Jawa Baru, secara konvensional dipandang oleh masyarakat Jawa mengandung simbol tertentu, seperti Kresna sebagai simbol raja binathara (dewa raja) dan raja pinandhita (pendeta raja).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa tokoh Kresna memiliki berbagai macam peran dan sifat, ini tergantung pada konteks peristiwa dan zamannya. Tokoh Kresna dapat tampil berbagai wujud dalarn waktu yang cukup lama karena kelompok-kelompok masyarakat pendukung mengangkatnya sebagai simbol dalam kehidupan mereka. Kelompok masyarakat istana yang mewakili penguasa tokoh Kresna tampil sebagai dewa raja (raja binathara = raja yang memiliki sifat bataral dewa) bersifat benar, utama, adil, dan melindungi (mengayomi). Di dalam Kelompok masyarakat yang sering mengolah rohani Kresna tampil sebagai pendeta raja (raja pinandhita = raja yang memiliki sifat pendeta), bersifat arif (wicaksana). Kelompok masyarakat yang kedua ini menyatu dengan lingkungan penguasa. Tokoh Kresna sebagai pendeta ini pada kesusasteraan Jawa Baru didukung oleh wujud boneka wayang kulit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>