Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2787 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hickey, Gerald Connon
New Haven: Yale University Press, 1967
306.597 HIC v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Vidiananda Andini Putri
"Kinmen dengan pesona alamnya merupakan salah satu kabupaten di kepulauan Formosa (Taiwan) yang kaya akan warisan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu diantaranya adalah Dewa Singa Angin yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai pelindung dari badai dan roh-roh jahat. Oleh karenanya, ditemukan banyak sekali patung Dewa Singa Angin di Kinmen. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Pemerintah Kabupaten Kinmen, terdapat enam puluh delapan (68) patung Dewa Singa Angin yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memaparkan tentang Dewa Singa Angin sebagai salah satu representasi budaya di Kinmen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer berbahasa Mandarin maupun sumber sekunder berbahasa Inggris dan Indonesia.

One of the counties in the Formosa (Taiwan) archipelago, the Kinmen Islands, with its natural beauty and rich in cultural heritage that has been last for hundred years. One of the heritage is the Wind Lion God which is believed by the local community to be the protector from storms and evil spirits. Therefore, so many statues of Wind Lion God that can be found in Kinmen. According to the data recorded by the Kinmen County Government Office, there are 68 Wind Lion God statues scattered across various areas of the county. This paper will explore the Wind Lion God as representation of culture in Kinmen. The method for this paper uses qualitative method where utilizing library research with descriptive analytical writing. The library research obtained from many kinds of sources, such as primary sources in Mandarin language and secondary sources in English and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Vidiananda Andini Putri
"Kinmen dengan pesona alamnya merupakan salah satu kabupaten di kepulauan Formosa (Taiwan) yang kaya akan warisan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu diantaranya adalah Dewa Singa Angin yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai pelindung dari badai dan roh-roh jahat. Oleh karenanya, ditemukan banyak sekali patung Dewa Singa Angin di Kinmen. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Pemerintah Kabupaten Kinmen, terdapat enam puluh delapan (68) patung Dewa Singa Angin yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memaparkan tentang Dewa Singa Angin sebagai salah satu representasi budaya di Kinmen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer berbahasa Mandarin maupun sumber sekunder berbahasa Inggris dan Indonesia.

One of the counties in the Formosa (Taiwan) archipelago, the Kinmen Islands, with its natural beauty and rich in cultural heritage that has been last for hundred years. One of the heritage is the Wind Lion God which is believed by the local community to be the protector from storms and evil spirits. Therefore, so many statues of Wind Lion God that can be found in Kinmen. According to the data recorded by the Kinmen County Government Office, there are 68 Wind Lion God statues scattered across various areas of the county. This paper will explore the Wind Lion God as representation of culture in Kinmen. The method for this paper uses qualitative method where utilizing library research with descriptive analytical writing. The library research obtained from many kinds of sources, such as primary sources in Mandarin language and secondary sources in English and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anselmus Amo
"ABSTRAK
PT Selaras Inti Semesta bersama masyarakat kampung Zanegi memandang
perlu melakukan program pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi
perubahan dari pola hidup meramu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan
menganalisis proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat oleh PT
Selaras Inti Semesta melalui program pertanian sayur mayur di Kampung Zanegi
serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program ini. Metode
penelitian ini adalah metode kualitatif dengan mewawancarai 10 informan. Hasil
dari penelitian ini adalah program yang dilakukan telah melalui tahapan proses
yang sesuai dalam program pemberdayaan masyarakat karena didukung PT
Selaras Inti Semesta dan kemauan masyarakat untuk berubah meskipun disadari
ini merupakan lompatan budaya.

ABSTRACT
Respond to Zanegi people subsistence economy life style, Selaras Inti Semesta
Ltd., deems important to conduct an empowering program. This study aims to
describe and analyze the process of implementation of the community
empowerment programs proposed by the Company, through vegetable farming.
And then, this study aims at describing and analyzing all the factors involved and
its impacts. The method of study is a qualitative one which involves interviewing
10 informans. Outcome indicated that the implemented program fulfilled the basic
need of villagers to change, although we are aware that the due process is simply a
cultural leap."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T39354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Permata Maharani
"Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda) dibuat untuk melindungi warisan budaya takbenda yang ada di Indonesia. Salah satu warisan budaya takbenda yaitu bahasa Using yang merupakan bahasa daerah asli Banyuwangi. Sebagai warisan budaya takbenda, sudah seharusnya eksistensi bahasa Using dapat terus berkembang dan dilestarikan dengan baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Namun dalam praktiknya pelestarian bahasa Using ini belum berjalan sepenuhnya. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian untuk skripsi ini adalah pengaturan pelestarian warisan budaya melalui bahasa daerah dalam ketentuan hukum di Indonesia dan implementasi dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melestarikan bahasa daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosio-legal. Dari hasil analisis terdapat Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Adat Istiadat di Kabupaten Banyuwangi (a quo) yang mengatur pelestarian bahasa dan sastra Using salah satunya dengan cara penerapan pendidikan bahasa Using sebagai kurikulum lokal. Adapun implementasi dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terkait pelestarian bahasa Using melalui pendidikan belum dapat dilakukan optimal karena penerapan muatan lokal bahasa Using di sekolah masih terbatas. 

Presidential Regulation Number 78 of 2007 concerning Ratification of the Convention for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage (Convention for the Protection of Intangible Cultural Heritage) was made to protect the intangible cultural heritage in Indonesia. One of the intangible cultural heritage is the Using language is the native regional language of Banyuwangi. As an intangible cultural heritage, the existence of the Using language should continue to develop and be properly preserved by local governments and the community. Language preservation based on current regulations can be done by implementing Using language for education at school and outside of school. However, the preservation of the Using language has not been fully implemented. Therefore, the issues raised in research for this thesis are arrangements for preserving cultural heritage through regional languages in Indonesian legal provisions and the implementation of Banyuwangi Regency Government policies in preserving regional languages. The method used in this research is socio-legal. From the results of the analysis, there is Banyuwangi Regency Regional Regulation Number 14 of 2017 concerning the Preservation of Cultural Heritage and Customs in Banyuwangi Regency a quo) which regulates the preservation of Using language and literature, one of which is by implementing Using language education as a local curriculum. As for the implementation of the Banyuwangi Regency Government's policy regarding the preservation of the Using language through education, it has not been carried out optimally because the application of the local content of the Using language in schools is still limited. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khairudin
"ABSTRAK
Kampung Bustaman di Kota Semarang terkenal berpenduduk padat. Memiliki luasan sekitar 1 hektar, kampung ini dihuni kurang lebih 300an warga dari dua RT berbeda. Menariknya kepadatan populasi tak membuat wilayah ini ditinggalkan. Orang-orang justru cenderung kembali ke kampung, bukannya berpindah. Mereka ditarik ke dalam kampung karena hubungan pekerjaan, pernikahan, atau sebab-sebab lain. Beberapa yang yang sukses secara ekonomi dan berpindah justru di masa tuanya membeli tanah lagi di Bustaman. Hubungan antara keterbatasan lahan dan pertambahan penduduk menciptakan kontestasi tersendiri sehingga diperlukan mekanisme pengorganisasian di dalam masyarakat yang mana konflik-konflik bisa diatasi serta solidaritas sosial dipulihkan dan dipulihkan kembali. Tanpa itu niscaya suatu masyarakat tidak akan eksis baik secara fisik maupun psikis seperti terjadi dalam fenomena lenyapnya kampung-kampung kota di Semarang dalam 18 tahun terakhir ini. Penelitian ini ingin melihat mengapa warga terikat kampung dan bagaimana mereka mengelola keteraturan order di tengah kontestasi ruang kota. Proses ini tentu melibatkan kontak budaya culture contact baik internal maupun eksternal yang melahirkan perpecahan-perpecahan schismogenesis yang diatasi di dalam ekosistem kampung itu sendiri sehingga keseimbangan dapat tegak lagi menciptakan keteraturan order di dalam masyarakat. Kajian ini ingin memberikan sumbangsih pada studi migrasi orang ke kota yang 50 tahun belakangan ini massif, di tengah trend posmodernisme yang coraknya menggugat kekuasaan yang sifatnya memusat. Pada kondisi seperti ini, mekanisme kepengaturan macam apa yang terjadi? Pertanyaan inilah yang ingin dijawab dalam tesis ini.

ABSTRACT
Kampung Bustaman in the city of Semarang famous for its dense populated area. Having an area of about 1 hectare, this village is inhabited by approximately 300 residents from two different neighbours RT . Interestingly, population density does not make this region abandoned. People tend to go back to the village instead of moving. They are drawn into the village because of work relationships, marriages, or other causes. Some of those who are economically successful and move on in their old age buy more land in Bustaman. The relationship between land limitations and population growth creates its own contestation so that there is a need for organizing mechanisms within the community where conflicts can be overcome and social solidarity can be restored over and over again. Without it undoubtedly a society will not exist both physically and psychically as occurs in the phenomenon of the disappearance of urban villages in Semarang in the last 18 years. This research wants to see why people are tied to the village and how they manage order in the middle of city space contestation. This process involves cultural contacts both internal and external which result in schismogenesis being resolved within the kampung 39 s ecosystem itself so that the balance can be upright again creating order within the society. This study seeks to contribute to the massive 50 year urban migration study, in the midst of a postmodernist trend that sues a centralized power. In such conditions, what kind of regulatory mechanisms occur This question is what this tesis want to answer"
2018
T50595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Aulia
"Peningkatan jumlah wisatawan setiap tahun berdampak positif terhadap kondisi perekonomian masyarakat Baduy namun di sisi lain menjadi dilema untuk keberlanjutan segi lingkungan dan sosial budaya. Baduy belum memiliki payung hukum yang kuat untuk mengaturpengelolaan pariwisata adat, ketidaktersediaan fasilitas untuk wisatawan serta rendahnya kualitas sumber daya manusia. Tujuan dalam penelitian adalah 1). menganalisa persepsi tingkatkeberlanjutan pariwisata adat pada Suku Baduy, 2). menganalisis tantangan dan peluang dan 3).menganalisa implikasi kebijakan untuk mendorong keberlanjutan pariwisata adat pada SukuBaduy. Metode penelitian menggunakan pendekatan post- positivist. Teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada 100 responden (non probability) masyarakat adat Baduydengan teknik purposive sampling, serta wawancara mendalam kepada 9 narasumber dandokumentasi. Hasil perhitungan persepasi tingkat keberlanjutan pariwisata masyarakat adat di Baduy berada pada tingkat II dan masuk pada kategori OK (almost sustainable) yang ditunjukanmelalui persentase perolehan skor perhitungan sebesar 80.83%. Serta implikasi kebijakan yangbisa dikembangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lebak yaitu berupa strategi pariwisataberbasis minat khusus, strategi sekolah adat dan strategi pengembangan UMKM hasil kerajinantangan masyarakat adat Baduy. Kata kunci : Pariwisata masyarakat adat, Baduy, keberlanjutan, tantangan dan peluang.

The enhancement in the number of tourists every year has a positive impact on theeconomic condition of the Baduy people, but on the other hand, it becomes a dilemma for environmental and socio-cultural sustainability. Baduy does not yet have a strong legal protection to regulate the management of indigenous tourism, the unavailability of facilities fortourists and the low quality of human resources. The objectives of the research are 1). analyze theperception of the level of sustainability of indigenous tourism for Baduy people, 2). analyzechallenges and opportunities and 3). analyze the implications of policies to encourage thesustainability of indigenous tourism for Baduy people. The research method uses a post-positivist approach. Technique of data collection was through the distribution of questionnairesto 100 respondents (non- probability) of the Indigenous Baduy people with purposive samplingtechnique, as well as in-depth interviews with 9 sources and documentation. The perceptioncalculation result of the sustainability level of indigenous peoples tourism for Baduy are at levelII and included in the OK (almost sustainable) category which is indicated by the percentage of the calculation score of 80.83%. As well as policy implications that can be developed by the local government of Lebak, namely special interest-based tourism strategies, traditional schoolstrategies and strategies for developing MSMEs made by the Baduy indigenous people."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Ba'Agil
"Penelitian ini memaparkan kemunculan dan dinamika sebuah komunitas film independen bernama Bale Films yang berada di Desa Cibanteng, daerah pinggiran yang dianggap bukan sebagai pusat dari industri kreatif dan teknologi. Melalui participant observation dan wawancara mendalam ditemukan demokratisasi teknologi memainkan peranan penting untuk menjelaskan kemunculan dan dinamika komunitas film independen di Desa Cibanteng. Demokratisasi teknologi membuat teknologi untuk memproduksi film menjadi murah. Walaupun begitu, kata “murah” begitu relatif di tiap kelas sosial yang ada, perlu proses yang panjang untuk Bale Films memiliki berbagai teknologi produksi film skala kecil. Ditemukan juga, keadaan ini yang membuat teknologi semakin murah menguntungkan perusahaan besar industri film arus utama juga, dengan modal besar perusahaan arus utama mampu membuat film beranggaran besar yang menyingkirkan penawaran dari film independen yang beranggaran rendah, terlokalisasi, dan unik. Kesenjangan antara independen dengan dominasi industri mendorong perdebatan yang bermuara pada kritik budaya yang dilakukan oleh Bale Films sebagai komunitas film independen terhadap dominasi budaya film industri (film nasional arus utama). Kritik-kritik ini berada pada tataran wacana, wacana-wacana berupa film independen merdeka, bebas, jujur, seni di atas uang.

This research show the emergence and dynamics of an independent film community called Bale Films located in Cibanteng village, a suburb that is considered not as the center of creative industry and technology. Through participant observation and in-depth interviews, founds that the democratization of technology plays an important role in explaining the emergence and dynamics of the independent film community in Cibanteng Village. The democratization of technology makes the technology for producing films cheaply. Although word “cheap” is so relative in every existing social class, it takes a long process for Bale Films to have various small-scale film production technologies. Also, this situation makes technology increasingly profitable for the big film industry companies as well, with the large capital of mainstream companies being able to make big-budget films that block the offerings of low-budget, localized, unique independent films. The gap between independent and the domination of the industry, encourages contention which leads to the cultural criticism carried out by Bale Films as an independent film community against the cultural domination of the film industry (mainstream national films). These criticisms are at the level of discourse, discourses in the form of independent, free, honest films, art over money."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1995
306 CUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu merupakan ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural dan sosial - kultural dibangun di atas keanekaragaman (etnis, bahasa,budaya dll)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>