Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Issawi, Charles
Jakarta: Tinta Emas, 1976
297.1 ISS f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bakker, J. W. M.
Yogyakarta: Kanisius, 1978
297.01 BAK s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chaldun, Ibn
Djakarta: Tintamas, 1955
297.01 KHA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Hasan Fahmi
Jakarta: Bulan Bintang, 1979
297.7 FAH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad In`am Esha, 1975-
Malang: UIN-Maliki Press, 2011
297.09 MUH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Misri A. Muchsin
Djogyakarta: Ar-Ruzz Press , 2002
297.261 MIS f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nehru, Jawaharlal, 1889-1964
Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1963
909 NEH ft
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Ahwani, Ahmad Fuad
Jakarta: Pustaka Firdaus , 1993
297.01 AHM f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Purwo Husodo
"Spengler memandang morfologi sejarah dunia sebagai tema baru dalam filsafat yaitu tentang dunia sebagai sejarah yang dilawankan dengan morfologi dunia sebagai alam. Tema filsafat baru tersebut menggambarkan tentang kehidupan dan menghadirkannya tidak sebagai hal yang telah menjadi (thing-become) tetapi hal yang sedang menjadi (thing-becoming). Berdasarkan dengan morfologi dunia sebagai sejarah dan morfologi dunia sebagai alam, menurut Spengler ada dua metode atau cara memahami dunia yaitu metode fisiognomik dan sistematik. Berkaitan dengan hal tersebut Spengler membedakan apa yang ia namakan dengan pendekatan Ptolemaios dan Copernicus tentang sejarah.
Dalam morfologi dunia sebagai sejarah, Spengler memakai analogi komparatif yang dalam bidang biologi diistilahkan dengan homologi. Prinsip homologi ini pada filsafat sejarah Spengler dikonotasikan dengan kata sejaman atau kontemporer. Spengler menunjukkan bahwa dua fakta sejarah yang terjadi dalam posisi yang sama di dalam kebudayaan-kebudayaan besar dan memiliki arti yang sama pentingnya adalah kontemporer. Spengler memandang kebudayaan sebagai kesatuan unsur-unsur yang saling berhubungan, seperti halnya yang terdapat dalam organisme. Setiap kebudayaan mengikuti keharusan kronologis seperti halnya siklus dalam organisme. Setiap kebudayaan memiliki musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Dalam kebudayaan Barat, menurut Spengler mengalami 4 tahap perkembangan yaitu: tahap prakultur, tahap kultur awal, tahap kultur akhir dan tahap peradaban.
Menurut Spengler, gambaran sejarah dunia tidak bias diterangkan melalui peristiwa-peristiwa natural. Keruntuhan kebudayaan Mesir kuno misalnya, tidak bias diterangkan secara natural melainkan harus menggunakan ketelitian yang mendalam melalui observasi, simpati dan observasi. Dalam pandangan Spengler, simbol utama dan ekspresi jiwa kebudayaan ditentukan oleh bentuk ruang yang berbeda, sehingga mempunyai makna dan corak yang berbeda pula. Misalnya, simbol utama dan ekspresi jiwa kebudayaan Klasik adalah ruang yang terbatas sedangkan kebudayaan Barat adalah ruang yang tidak terbatas.
Di dalam gambaran dunia, ide tentang nasib dan kausalitas sangat berperanan. Ide tentang nasib menuntut pengalaman hidup, sedangkan kausalitas menuntut pengalaman ilmiah. Ide tentang nasib tendapat suatu logika organis atau logika instingtif, sedangkan kausalitas mempunyai logika inorganis atau logika pemahaman. Kausalitas adalah . sesuatu yang dapat dipahami oleh akal tetapi nasib adalah suatu kata untuk suatu kepastian batiniah yang tidak dapat dilukiskan. Dengan demikian unsur morfologis dari, kausalitas adalah suatu prinsip dan unsur morfologis dari nasib adalah suatu ide. Ide tentang nasib mendominasi seluruh gambaran dunia tentang sejarah, sementara prinsip kausalitas mendominasi seluruh gambaran dunia tentang alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T2966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>