Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Sofyan
Yogyakarta: Media Pressindo, 1999
200 MUH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
Jakarta: Tintamas, 1966
297.01 IQB m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasih
"Dinamika antara Islam dan nasionalisme di Turki dan Indonesia terjadi karena adanya perspektif yang mendikotomikan antara Islam dengan nasionalisme. Islam dianggap sebagai nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan yang bersifat sakral. Sedangkan nasionalisme dianggap sebagai konsensus dan karena itu bersifat profan/sekuler, terlebih kelahirannya dipicu oleh perlawanan terhadap praktik sistem religio-politik integralisme Katholik di abad pertengahan. Pertentangan tersebut kemudian juga diberlakulam kepada seluruh agama, termasuk Islam.
Penelitian ini menggunakan pijakan teori hubungan entara agama (Islam) dengan negara yang teruraikan dalam konsepsi negara-Islam, nasionalisme-sekuler, dan nasionalisme-religius. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptifanalitis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari sumber pustaka dan wawancara dengan bebrapa tokoh politik. Data- data tersebut kemudian dideskripsikan, sehingga menunjukkan dinamika antara Islam dan nasionalisme.
Penelitian ini menemukan bahwa dinamika antara Islam dan nasionalisme di Turki dan Indonesia terjadi dalam organisasi-organisasi masyarakat sipil, partai- partai politik, dan lembaga-lembaga negara/pemerintahan. Dinamika di dalam salah satu institusi berpengaruh Inepada yang lain. Karakter nasionalisme Turki awalnya terbangun berdasarkan prinsip sekularisme laicisme. Dinamika antara Islam dan nasionalisme menyebabkan konvergensi antara keduanya tanpa mengubah konstitusi negara dan melahirkan paradigma baru nasionalisme dengan karakter sekularisme non-laicisme dalam praktik. Bentuk konvergensi antara Islam dan nasionalisme di Turki belum stabil karena sikap politik kalangan Islam belum didasarkan pada landasan teologis (theological statement), melainkan karena penimbangan-penimbangan politik (political statement) untuk menghindari tekanan kekuatan pro-sekularisme.
Sedangkan karakter nasionalisme di Indonesia adalah nasionalisme-religius, karena konstitusi dan dasar negara (Pancasila) secara tegas memberikan ruang yang cukup kepada agama. Hanya saja, praktik politik represif rezim Orde Baru dalam periode politik dekade 1980-an terhadap kalangan Islam menghidupkan paradigma politik yang mendikotomikan antara Islam dengan nasionalisme. Umat Islam dicurigai memiliki cita-cita untuk mengembalikan Islam sebagai dasar formal dalam praktik politik-keagamaan. Tekanan rezim menyebabkan sebagian kalangan Islam mengkonstruksi pandangan teologis baru tentang konvergensi antara Islam dan nasionalisme yang berpengaruh kepada penerimaan mayoritas kalangan politik Islam di Indonesia kepada Pancasila berdasarkan pada pandangan teologis (theological statement), bukan sekedar politis (political statement).
Implikasi teoritis penelitian ini adalah hubungan antara Islam dengan negara terjadi, negara-Islam dan nasionaIisme-sekuIer tidak berlaku, dan nasionalisme religius semakin menguat. Konsepsi nasionalisme-religius menempatkan agama (Islam) sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan politik kenegaraan.

The dynamics between Islam and nationalism in Turkey and Indonesia is due to a dispute between the Islamic view with nationalism. Islam is considered as the values that stem lion: God that is sacred. While nationalism is considered as a consensus and because it is profane / secular, first birth was triggered by the opposition to the practice of integralisrn religio-political system in the medieval Catholic. Conflicts are then also applied to all religions, including Islam.
This research uses theoretical framework of the relation between religion (Islam) with the state described in the conception of state-Islam, nationalism, secular, and nationalist-religious. This study uses qualitative methode with analytical descriptive analysis techniques. Data collection was conducted by collecting data from literature sources and interviews with some political figures. These data are then described, thus showing the dynamics between Islam and Nationalism.
This study found that the dynamic between Islam and nationalism in turkey and Indonesia occurred in in the civil society organizations, political parties, and the institutions of stare / government. Dynamics in one institution inlluent to another. Turkish nationalism awoke Erst character based on the principle of laicisme secularism. The dynamics between Islam and nationalism lcd to convergence between the two withoutchanging the state constitution andgave birth to anew paradigm of nationalism with the character of non-laicisrn secularism in practice. Form of convergence between Islam and nationalism in Turkey is not stable because of political attitudes among muslims are not based on theological foundation (theological statement), but because of political considerations (political statement) to avoid the pressureoftlre pro-secular forces.
While the character of nationalism in Indonesia is a religious nationalism, because the constitution and the basic state (Pancasila) expressly provides enough space for religion. Only, a repressive political practices ofthe New Order regime in the period of the 1980s politics of Islamic political paradigm that contradict switch between Islam and nationalism. Muslims suspected of having to mtore the ideals of lslam as a formal basis in-state political practices. Pressure caused some of the Islamic regime to construct a new theological view about the convergence between Islam and nationalism, which had affected the acceptance among the majority of political Islam in Indonesia to Pancasila are based on theological view (theological statement), not merely political (political statement).
Theoretical implications of this research is the relationship between Islam and the state occurs, the state-Islamic and secular-nationalism does not apply, and religious nationalism intensified. The conception of religious nationalism puts religion (Islam) as the foundation of morals and ethics in the political life of state.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
D915
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mihalic, Frank
Jakarta: Obor, 2004
240 MIH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 7(3-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Otto, Walter F.
New York: Pantheon, 1954
292.08 OTT h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotun Nihayah
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang hubungan
antara religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada pensiunan lanjut usia anggota PWRJL Kotarnadya Malang.
Subyek penelitian di ambil dengan menggunnkan teknik ?fincidental
sampling? yang berjumlah 150 omng responden dengan pria dan wanita yang berusia 65 tahun keatas, berstatus ssbagai anggota PWRI Cabang Kodya Malang dan beragama Islam.
?Religiusitas diukur dengan instmmen berdasarkan teori Glock dan Stark yang telah diadaptasi oleh Juwarini dengan validitas p < 0,05 dan reliabilitas O,S27, ada penambahan item yang telah dikonsultasikan, sedangkan ?Kebermaknaan Hidup? diukur dengan skala makna hidup yang diadaptasikan dari PIL (Purpose in Life) yang disusun oleh Crumbaugh dan Maholick ; 'kedua
alat ukur tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
` Skala ?religiusitas? mclipuli dimensi keyakinan, dimensi pengalaman,
dimensi pengetahuan, dimensi konsekuensi dan dimensi peribadatan. Skala ?kebermaknaan hidup" meliputi dimensi memiliki tujuan yang jelas, memiliki perasaan bahagia, memiliki tanggung jawab, mampu melihat alasan kebcradaan, memiliki kontrol diri dan tidak merasa cemas akan kematian.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara ?religiusitas? dengan ?makna hidup". Kombinasi kelima dimensi religiusitas mernberitkan
kontribusi terhadap makna hidup sebanyak 20,7 %. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?memiliki tujuan yang jelas? dari
makna hidup, yaitu, dimensi keyakinan. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?memiliki perasaan bahagia" dari makna hidup, dari kelima dimensi religiusitas hanya dimensi pengetahuanlah yang memberikan kontribusi terhadap ?memiliki perasaan bahagia?dari makna hidup.
Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?memiliki tanggung jawab? dari makna hidup. Dari kelima dimensi religiusitas hanya dimensi keyakinan, pengalaman dan konsekuensi yang memberikan kontribusi terhadap ?memiliki tanggungjawab? dari makna hidup sedangkan yang
memberikan kontribusi terbesar adalah dimensi pengalaman. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karnkteristik ?alasan keberadaan"
dari makna hidup akan tetapi keseluruhan dimensi tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap karakteristik ?alasan keberadaan" dari makna hidup.
Ada korclasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?mcmiliki kontrol diri" dari makna hidup, Dari kelima dimensi religiusitas hanya tiga dimensi yang memberikan kontribusi terhadap karakteristik ?memiliki kontrol
diri? dari makna hidup, yaitu dimensi keynkinan, dimensi pengalnman dan dimensi konsekuensi. Dimensi pengalaman membcrikan kontribusi terbesar. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?tidak cemas akan kematian" dari makna hidup. Dari kelima dimensi religiusitas hanya
dimensi peribadatan yang memberikan kontribusi secara signifikan terhadap karakteristik ?tidak cemas akan kematian" dari makna hidup.
Sedangkan hasil wawancara kcpada tiga orang subyek, yaitu satu orang
perempuan dan dua orang laki-laki menunjukkan bahwa semua subyck
menjalankan pola hidup yang sehat. dan meningkatkan intensitas kegiatan-kegiatan kerohanian. Semua subyck juga memiliki cita-cita dan tujuan yang jelas dan dengan tercapainya tujuan tersebut menimbulkan perasaan tenang dan bahagia
yang disertai dengan rasa tanggung jawab dan kontrol diri yang baik. Selain itu
semua subyek adalah orang-omng yang pasrah dan ikhlas dalam menerima
kehendak Allah tidak terkecuali kematian sehingga tidak ada perasaan cemas sedikitpun. Keyakinan mereka kepada Allah sangat tinggi, hal ini mempengaruhi mereka dalam menjalani dan menerima kehidupan, mereka merasa puas dan memiliki makna hidup. '
Disarankan kepada lembaga-lembaga baik biro-biro/LSM maupun
departemen-departemen yang memperhatikan lanjut usia hendaknya. mengadakan suatu program untuk memperdalam pemahaman dan pengalaman keagamaan sehingga dapat membantu para lanjut usia dalam menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan pasrah. Selain itu hendaknya para lanjut usia meningkatkan keyakinan,
pengamalan, pengetahuan, konsekuensi, dan peribadatan agar dapat mencapai makna hidup yang hakiki.
Temuan lain pada penelitian ini yaitu adanya perbedaan taraf pendidikan responden SLTP dengan PT pada kebermaknaan hidup. Tingkat golongan usia
pensiun terakhir pada lanjut usia berkorelasi secara signifikan terhadap variabel kebermaknaan hidup. Perbedaan jenis kelamin, bekerja kembali atau tidak setelah pensiun, dan status tempat tinggal tidak berkorelasi secara signifikan baik
terhadap variabel religiusitas maupun variabel kebermaknaan hidup.
Dalam penelitian berikutnya hendaknya peneliti lebih memfokuskan pada
penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta menyertakan
variabel-variabel psikologis seperti kepribadian, tingkat status sosial, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan' sebagainya. Selain itu peneliti dapat memperbanyak sampel, memperbanyak item dalam instrumen penelitian yang akan digunakan.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiadah
Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 1999
297 IST p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fatchuri
"ABSTRAK
Modernisasi yang berlangsung di Jakarta memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan masyarakat Betawi sebagai penduduk asli Jakarta. Arus urbanisasi yang kemudian berlangsung membuat populasi penduduk di Jakarta terus bertambah. Muncullah kemudian masalah-masalah sosial yang menimpa kota Jakarta seperti kepadatan penduduk, pemukiman, kesempatan kerja, dan masalah-masalah lain yang biasa terdapat di kota besar. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu- individu dalam masyarakat Betawi. Berkembangnya Jakarta menjadi kota metropolitan mengubah kehidupan kota Jakarta menjadi kota yang masyarakatnya saling tak mengenal, acuh tak acuh terhadap orang lain, individualis, dan berorientasi kepada materi. Hal ini dapat berdampak kepada kehidupan masyarakat Betawi yang biasa hidup dalam lingkungan sosial yangbaik, saling menolong, dan memiliki ikatan sosial yang kuat.
Untuk mengetahui Iebih jauh tentang bagaimana kondisi psikologis masyarakat Betawi saat ini, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan konsep psychological well-being (PWB) yang dikemukakan Carol D. Ryff (1989). PWB mengukur bagairnana penilaian subjektif individu terhadap pencapaian- pencapaian potensi-potensi dirinya. Konsep ini mempunyai kelebihan dibandingkan teori-teori tentang well-being sebelumnya karena memperhatikan
faktor-faktor kesehatan mental positif yang digunakan dalam teori-teori humanistik seperti pertumbuhan dan perkembangan pribadi. PWB seseorang menurut Ryff (1989) dapat dilihat dari 6 dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang Iain, tujuan hidup, dan partumbuhan pribadi. Dalam konteks masyarakat Betawi, dapat diketahui dimensi mana yang dianggap penting oleh mereka saat ini.
Mengingat bahwa masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang religius, maka penilaian subjektifnya terhadap pancapaian potensi-potensi dirinya dapat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan mereka yang dibentuk oleh agama, dalam hal ini Islam. Maka, penelitian ini ingin melihat Iebih jauh hubungan antara PWB dengan keberagamaan. Penelitian-penelitian selama ini telah membuktikan adanya hubungan antara keberagamaan dengan well-being.
Dari beberapa konsep keberagamaan yang sering digunakan untuk mengukur religiusitas, peneliti menggunakan teori komitmen beragama yang dikemukakan oleh Charles Glock (1962). Dipilihnya teorl ini untuk mengetahui keberagamaan masyarakat Betawi adalah karena konsep ini dapat melihat keberagamaan dari berbagai dimensi sehingga dapat menghasilkan gambaran keberagamaan secara Iebih luas. Aspek-aspek keberagamaan yang penting dalam Islam seperti aqidah, pemahaman agama, ibadah dan penghayatannya, serta muammalah (kehidupan sosial) dapat lebih tergali dengan manggunakan konsep ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Dalam memproses data yang telah masuk, dilakukan analisa statistik dengan perhitungan mean, korelasi model Pearson product moment, dan analisa varians.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup merupakan 2 dimensi yang dianggap penting oleh masyarakat Betawi; sementara dimensi otonomi manempati urutan terakhir dalam pandangan mereka. Pentingnya dimensi pertumbuhan pribadi dalam pandangan masyarakat Betawi menggambarkan bahwa nilai-nilai budaya barat yang mengutamakan pertumbuhan pribadi warganya sudah terserap dalam kehidupan masyarakat Betawi. Meskipun demlkian, dalam hal tujuan hidup, masyarakat Betawi masih dapat mempertahankannya dibandingkan masyarakat Hindu di Denpasar Bali seperti yang ditemukan Mardhianto (1997). Rendahnya dimensi otonomi juga menunjukkan bahwa ikatan sosial di kalangan masyarakat Betawi masih kuat.
Dalam hal komitmen beragama, dimensi ideologis memiliki nilai tertinggi dan dimensi ritual berada pada urutan terakhir. Hal ini berarti bahwa masyarakat Betawi memiliki keyakinan yang kuat terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama islam tetapi di sisi Iain keyakinan tersebut tidak selalu terefleksi dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari. Hasil ini juga memperlihatkan adanya pergeseran dalam kehidupan beragama mengingat dalam budaya keagamaan masyarakat Betawi dahulu, langgar dan masjid tak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. lndividu yang jarang ke langgar dan masjid untuk beribadah dapat dikucilkan oleh masyarakat (Junaidi dalam Melalatoa, 1997).
Perhitungan korelasi antara dimensi-dimensi PWB dengan dimensi-dimensi komitmen beragama menunjukkan bahwa di antara dimensi-dimensi kedua variabel terdapat korelasi yang signifikan. Dimensi penerimaan diri berhubungan dengan komitmen beragama pada dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Hubungan positif dengan orang Iain berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Otonomi berhubungan dengan dimensi konsekuensial dan ideologis. Penguasaan Iingkungan berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Tujuan hidup berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, konsekuensial, dan ideologis. Dimensi pertumbuhan pribadi berhubungan dengan dimensi ritual, konsekuensial, ideologis dan intelektual.
Karakteristik subjek juga mempunyai hubungan dengan beberapa dimensi PWB maupun komitmen beragama. Pria terbukti lebih otonom dibandingkan wanita. Tapi dalam komitmen beragama, wanita lebih baik pada dimensi ritual, eksperiensial. dan intelektual. Subjek yang sudah menikah lebih baik dalam dimensi ritual, eksperiensial, dan ideologis tetapi Iebih rendah pada dimensi tujuan hidup dan hubungan positif dengan orang Iain dibandingkan mereka yang belum menikah. Tingkat pendidikan subjek berhubungan dengan dimensi ideologis dan konsekuensial. Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan penerimaan diri, otonomi, dan tujuan hidup. Penerimaan diri yang paling baik adalah kelompok wiraswasta; kelompok ini juga memiliki tujuan hidup yang paling jelas. Dimensi otonomi tertinggi ada pada kelompok pegawai negeri. Kelompok subjek yang masih menganggur memiliki nilai paling rendah pada hampir semua dimensi PWB dan juga pada hampir semua dimensi komitmen beragama.

"
2000
S2959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>