Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1811 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wasingatu Zakiyah
Jakarta: The Asian Foundation, 2003
345.05 WAS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Zarof Ricar
Bandung : Alumni , 2012
364.1 ZAR d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Paulina
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leo Jimmi Agustinus
"Membahas penagnanan perkara tindak pidana pencucian uang khususnya dalam hal perlu tudaknya pembuktian tindak pidana asal dalam penanganan tindak pidana pidana pencucian uang dan kaitan antara dua tindak pidana tersebut. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersipat deskriptis analisis, dimana data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif, Penelitian ini berkesimpulan bahwa adanya hubungan berkelanjtan yang terpisah dan berdiri sendii sendiri antara tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang, adanya kesamaan bentuk antara tindak pidana pencucian uang dngan tindak pidana penadahan, dan dalam penanganan tindak pidana pencucian uang tidak diperlukan untuk pembuktian terlebih dahlu tindak pidana asalnya. Penelitian ini juga menyarankan agar setiap komponen dalam sistem peradlan pidana untuk mempunyai kesamaan sikap mengenai kesimpulan penelitian ini menyarankan bagi penegak hukum untuk memberikan ruang seluasnya bagi terdakwa tindak pidana pencucian uang untuk menggunakan haknya sesuai UUPPTIPPU.

This thesis details on administering cases on money laundering criminal act specifically on whether or not os required origin criminal act burden of proof in money laundering criminal act and connection between both criminal act. This study shall be a normative legal study and analysis descriptive in nature, whereby the collected data will be analyzed qualitatively. This study concluded that there exists a separate and independent sustainable relationship between origin criminal act and money laundering criminal act, a similarity of form between money laundering criminal act and fencing criminal act, and in administering money laundry criminal act it is not required to first proof its origin criminal act. Further, this study suggests for each component in the criminal justice system to have a unity of attitude to the conclusion of this study for the formation of an integrated criminal justice system. This study also encourages legal practitioners to provide the broadest space to money laundering criminal defendant to utilize his/her right under UUPPTPPU."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28944
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kaligis, Otto Cornelis, 1942-
Bandung: Alumni, 2007
345 KAL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Apolinaria Gracia Jenahat
"ABSTRAK
Peningkatan kepadatan populasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh tindak kriminal yang semakin meningkat dan ditambah rendahnya tingkat pemberdayaan mantan narapidana, terutama dalam hal pekerjaan; yang mendorong mereka untuk mejadi residivis. Para mantan narapidana ini umumnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan, mengingat adanya status mantan narapidana yang kurang diminati oleh pemberi kerja. Sebagai jaring pengaman, negara memberikan perlindungan yuridis untuk menghindari terjadinya diskriminasi yang ditujukan kepada mantan narapidana ini dalam kesempatan mendapatkan pekerjaan. Meskipun demikian, kenyataannya diskriminasi terhadap calon pekerja dengan status mantan narapidana tetap terjadi. Berdasarkan hal tersebut, akan dilakukan analisa dengan metode penelitian yuridis-normatif, yakni dengan membandingkan peraturan di Indonesia dengan peraturan terkait di Australia, sebagai negara yang memiliki tingkat kepadatan populasi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan yang lebih rendah dari Indonesia. Hasil dari penelitian skripsi ini didapatkan kesimpulan bahwa memang terdapat berbagai perbedaan dalam ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia dengan Australia, dimana di Australia status ldquo;riwayat kriminal rdquo; dijadikan salah satu karakteristik yang dijadikan subjek diskriminasi. Hal yang demikian menjadikan pembedaan perlakuan di sektor ketenagakerjaan yang didasarkan pada riwayat kriminal seseorang merupakan suatu wujud diskriminasi. Sedangkan di Indonesia pembedaan perlakuan yang didasarkan pada riwayat kriminal bukanlah suatu bentuk diskriminasi.

ABSTRACT
Increased population density of inmates in Penitentiary in Indonesia is influenced by increasing crime rate, plus low level of empowerment for ex prisoners especially in work field which encourages them to become recidivists. These former inmates are generally difficult to get jobs, given the status of ex inmates that the employers are not interested in. As a safety net, the state provides juridical protection to avoid discrimination directed against these former inmates in employment opportunities. However, in reality, discrimination against prospective workers with ex prisoner status still persists. Based on this, an analysis, with juridical normative research methods, will be conducted by comparing Indonesian regulations with related regulations in Australia, as a countries with lower levels of population density of inmates from Indonesia. The results of this thesis study concluded that there are indeed differences in the prevailing laws and regulations in Indonesia with Australia, where in Australia the criminal history status is one of the characteristics of discrimination. This thus makes the distinction of treatment in the employment sector based on a person 39 s criminal history is a form of discrimination. While in Indonesia the distinction of treatment based on criminal history is not a form of discrimination."
2017
S69194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Yuliastuti
"Kekayaan alam berupa hutan merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya. Oleh karenanya, hutan wajib diurus dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya berdasarkan akhlak mulia sebagai ibadah dan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hutan banyak manfaatnya bagi kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satu manfaat hutan secara langsung adalah menghasilkan kayu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kayu tersebut ditebang dan kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan kayu tersebut harus berdasarkan ijin dari Departemen Kehutanan.
Namun pada kenyataannya, banyak pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat sehingga menimbulkan kerusakan hutan yang salah satunya adalah perdagangan kayu ilegal. Tindak pidana perdagangan kayu ilegal sangat marak diIndonesia dan melibatkan banyak pelaku dan merupakan tindak pidana yang rapi dan teroganisasi. Hal mendasar yang menyebabkan sulitnya memberantas perdagangan kayu ilegal adalah karena perdagangan kayu ilegal adalah termasuk kategori "kejahatan teroganisasi". Kegiatan ini melibatkan banyak pelaku yang teroganisasi dalam suatu jaringan yang sangat solid, luas rentang kendalinya, kuat dan mapan. Oleh karena itu penegakan hukum perlu diwujudkan melalui sistem peradilan pidana. Proses penegakan hukum di bidang kehutanan khususnya terhadap pelaku perdagangan kayu ilegal dilakukan melalui suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system).
Sistem Peradilan Pidana terdiri dari komponen-komponen antara lain Kepolisian, PPNS Kehutanan, Kejaksaan, Kehakiman dan Lembaga Pemasyarakatan. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan telah mengatur pengelolaan hutan dan basil hutan dengan tujuan agar hutan dapat dikelola secara proporsional dan tidak mengurangi nilai kegunaannya. Dalam praktek penanganan kasus perdagangan kayu ilegal, proses penegakan hukum terhadap perdagangan kayu ilegal sangat lemah. Salah satu faktor lemahnya penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan kayu ilegal ditandai dengan penanganan tindak pidana perdagangan kayu ilegal yang tidak integral (menyeluruh) karena pelaku intelektual yang berkaitan langsung seperti pemodal, pemesan, pengirim, pemalsu dokumen, saw mill yang berperan sebagai penghubung jarang sekali dipidana dan hanya orang-orang lapangan Baja yang dipidana.
Selain itu banyak faktor yang menyebabkan lemahnya penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan kayu ilegal sehingga hal tersebut menjadi kendala dalam penegakan hukum. Dalam penegakan hukum diperlukan sinkronisasi dalam sistem hukum yaitu sinkronisasi substansial, sinkronisasi struktural dan sinkronisasi kultural. Sistem dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan jika semua sinkronisasi sistem hukum saling mendukung dan melengkapi. Dengan demikian penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan kayu ilegal dalam sistem peradilan pidana perlu didukung oleh sinkronisasi sistem hukum."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nando Nicolas Shristian
"ABSTRAK
Maksud utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana seharusnya cara penerapan pasal yang akan disangkakan atau di dakwakan ketika ada perbuatan pidana di bidang kehutanan, apakah menggunakan delik di Undang-Undang Korupsi atau delik di Undang-Undang Kehutanan. Selain itu akan dianalisis apakah memang Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bersifat eksklusif mengingat adanya pasal 14 pada Undang-Undang tersebut atau sebenarnya pasal 14 sendiri tidak menghalangi Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diterapkan pada Kejahatan di bidang kehutanan yang merugikan keuangan negara. Proses penegakan hukum yang setengah hati menyebabkan hanya pelaku lapangan yang mendapat hukuman, sedangkan pemain kelas kakap dari bisnis illegal logging belum tersentuh oleh hukum. Dengan adanya aparat penegak hukum yang korup. Simbiosis antara korupsi dan illegal logging mengakibatkan kerugian negara tidak hanya dari aspek ekonomi, namun juga mencakup aspek-aspek yang lain seperti sosial dan lingkungan."
2011
T29254
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>