Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Asosiasi Sylff, 2006
300 SUS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Komarudin
"Efektivitas penggunaan kondom dan pelicin secara terpisah saat seks anal terhadap kejadian infeksi sifilis sudah banyak diketahui, namun masih jarang dilakukan penelitian untuk melihat efek gabungan penggunaan kondom dan pelicin dalam menyebabkan Sifilis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kondom dan pelicin tambahan dengan infeksi sifilis diantara populasi kunci waria. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) Kementerian Kesehatan RI tahun 2015. Sampel yang dianalisis pada penelitian ini berjumlah 759 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis multivariat menggunakan uji cox regresi. Hasil penelitian didapatkan proporsi infeksi sifilis sebesar 18,05%. Analisis multivariat menunjukkan penggunaan kondom dan pelicin tambahan berasosiasi dengan kejadian infeksi sifilis (PR=1,76 95%CI=0,83-3,76), waria yang tidak menggunakan kondom dan tidak menggunakan pelicin tambahan berisiko 1,76 kali untuk mengalami sifilis. Perlu terus dikampanyekan pentingnya penggunaan kondom dan pelicin tambahan berbahan dasar air saat seks anal kepada waria dan pelanggannya untuk menurunkan kejadian infeksi sifilis.

The effectiveness of using condoms and lubricants separately during anal sex on the incidence of syphilis infection is well known, but research is still rare to see the combined effect of the use of condoms and lubricants in causing syphilis. This study aims to determine the relationship between condom use and additional lubrication with syphilis infection among key waria populations. This study used a cross-sectional design using data from Integrated Biological and Behavior Survey (STBP) the Indonesian Ministry of Healths in 2015. The samples analyzed in this study amounted to 759 after fulfilling the inclusion and exclusion criteria. Multivariate analysis using the cox regression test. The results showed that the proportion of syphilis infection was 18.05%. Multivariate analysis showed that the use of condoms and additional lubricants was associated with the incidence of syphilis infection (PR = 1.76 95% CI = 0.83-3.76), Male to female transgender who did not use condoms and did not use additional lubricants had a risk of 1.76 times to experience syphilis . It is necessary to continue campaigning on the importance of using condoms and additional water-based lubricants during anal sex to male to female transgender and their customers to reduce the incidence of syphilis infections. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sultan Agung Prabulanang Azhary
"Studi ini merupakan penelitian dengan eksperimen 2x2 between-groups design. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 60 partisipan yang merupakan gabungan dari mahasiswa The University of Queensland, Queensland University of Technology, dan Griffith University (Perempuan = 21, Laki-Laki = 35, Lain-Lain = 4, M = 23.90). Partisipan selanjutnya akan ditempatkan secara acak dalam variasi kondisi bekerja (individual dan kolektif) dan variasi identifikasi (teridentifikasi dan tidak teridentifikasi). Kemalasan sosial diukur menggunakan tugas kinerja, dimana partisipan diminta untuk membuat daftar ide untuk topik tesis akhir selama 10 menit. Dari data yang diperoleh, didapatkan hasil yang tidak signifikan antara partisipan yang bekerja secara individual maupun kolektif dalam kemalasan sosial. Begitu pula dengan partisipan di dalam kondisi kolektif teridentifikasi dan kolektif tidak teridentifikasi, didapatkan hasil yang tidak signifikan dalam kemalasan sosial. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mencari faktor-faktor lain yang dapat mencegah kemalasan sosial.

Previous studies saw that social loafing could be looked at using identifiability but the task that was used has no immediate impact and not personally involving for participants, where the results of the task may impact their future accolades. This study looked at how motivation (through identifiability) could mitigate social loafing. By using a 2x2 between-groups design, 60 university volunteers were randomly assigned to work individually (coactively) or in groups (collectively), and to either the identified or not-identified condition. The participants were told to generate a list of thesis topic ideas for 10 minutes to measure social loafing. The result we obtained rejects the first hypothesis, where independent groups t-tests revealed that there is no significant difference in thesis topic ideas generated between the participants who worked coactively and the participants who worked collectively and as for the second hypothesis, the result also showed that there is no significant difference between thesis topic ideas generated from both collective-identified condition and collective-not identified condition. As people are more wary of their future endeavours, future research is encouraged to find new factors that could mitigate social loafing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Potential market (traditional and modern) can be an indicator or barometer of the dynamics of the economy.
Commodity potential is certainly will stimulate their productivity if the place of marketing representative, consumers in
other areas can easily access the products. The increasing productivity of people's economy will directly or not affect the
increase in the revenue of the region, and public economy sector should be driven and developed optimally, considering it
is big enough and great implication. This provides alternative and opportunities to the people of West Bandung Regency
to have shopping places with complete facility, but it needs considering the aspect of social economy"
JIA 9:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Netherlands: Institute of Social Studies, 2000
300.715 INT a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mochthar Ngabalin
"Mengharapkan hadimya seorang Tokoh yang didengar, dihormati, dan disegani, adalah suatu dambaan tersendiri bagi masyarakat di Maluku saat ini. Betapa tidak, negeri yang terkenal, toleran dan konpromis, dalam nuansa heterogenitas masyarakat yang kental tersebut, kini diporak-porandakan oieh konfiik, dan tidak ada seorang pun yang mampu menyelesaikannya. Koniiik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini, hampir dapat dikata berhasil meluluh-lantakan semua tatanan sosial Iokal yang selama ini terbangun mapan di masyarakat meialui proses-proses kultural. Dengan kata lain, pemirnpin dan kepemimpinan di Maluku dalam skala kecil (in grup), maupun masyarakat secara luas, saat ini dipertanyakan.
Padahal, berbicara mengenai pemuka pendapat di Maluku, tidak kurang banyaknya orang yang memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai pemuka pendapat. Berbagai pengalaman telah membuktikan bahwa Iewat kepemukaannya, para pemuka pendapat memperiihatkan peranannya yang dominan dan signiiikan, di masyafakat. Kepemukaan mereka telah banyak dibuktikan dalam hai penyelesaian konfiik yang terjadi di masyarakat, dimana tidak periu mengikutsertakan pihak Iuar (termasuk TNI dan Polri).
Dalam sejarah perjalanan masyarakat di Maluku, kemampuan pemuka pendapat dalam mengelola konflik terlihat sedemikian rupa, sehingga konflik dengan dampak yang negatif sekalipun, mampu dikelola menjadi kekuatan yang positif. Hasilnya adalah, terbangunnya relasi-relasi sosial, kohesi sosial bahkan integrasi sosial. Kenyataan ini yang melahirkan hubungan-hubungan seperti, Pela dan Gandong.
Ketika konflik terus berlanjut, orang lalu menanyakan dimana peran pemuka pendapat yang selama ini ada ? siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pemuka pendapat, dan bagaimana perannya saat ini? Pertanyaan-pertanyaan ini yang mendorong dilakukannya studi ini.
Dari hasil studi di lapangan, ditemukan seiumlah fakta berkaitan dengan permasalahan sebagaimana diajukan di atas. Pertama, konfiik yang terjadi sejak 19 Januari 1999, adalah konflik yang direncanakan, dengan memanfaatkan sejumlah persoalan sosial seperti, masalah mayoritas- minoritas, masalah kebijakan politik pemerintahan Orde Baru, masalah kesenjangan sosial, ekonomi antara pusat dan daerah, masalah imigran dan penduduk asli, serta masalah politisasi agama. Kedua, Konfiik berhasil membangun fanatisme kelompok yang sempit, dimana setiap orang mengidentifikasi dirinya secara subyektif berbeda dengan orang lain di Iuar kelompoknya. Dengan demikian, kepemukaan seseorang sering mengalami gangguan komunikasi dalam berhadapan dengan kelompok di Iuamya (out group). Ketiga, Masuknya kelompok Iuar dalam jumlah besar dengan kekuatan dan kekuasaan yang besar, adalah faktor kendala tersendiri bagi berperannya seorang-pemuka pendapat secara signiikan di Maluku.
Untuk maksud studi ini, maka tipe penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Dengan metode ini diharapkan akan dapat dituliskan secara sistimatis semua fenimena konflik yang terjadi di masyarakat pada Iatar alamiahnya, dan bagaimana peran pemuka pendapat dalam upaya penyelesaian konflik tersebut.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barnes, Donald L.
Minneapolis: Burgess, 1969
300 BAR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Tegar Mandiri
"Social engineering merupakan salah satu modus operandi kejahatan siber yang paling banyak dilaporkan dalam situs CekRekening.id. Hal sekaligus pula menjadi indikasi bahwa masih lemahnya strategi pencegahan kejahatan yang dapat dengan tepat diterapkan untuk menangani fenomena social engineering sebagai satu modus operandi kejahatan siber yang spesifik. Oleh sebab itu, penulis ingin menganalisis fenomena kejahatan siber bermodus operandi social engineering dan mencoba merumuskan strategi pencegahan kejahatan yang relevan. Dalam konteks ini, kemudian diperlukan bukan saja penjelasan akan tetapi juga strategi pencegahannya. Berdasarkan data dan hasil analisis, teridentifikasi setidaknya terdapat 4 (empat) bentuk social engineering, yang meliputi toko dan/ atau produk fiktif, disguise as an authority, website spoofing, serta disguise as relatives. Penjelasan terhadap bentuk social engineering tersebut, dengan menggunakan routine activity theory, mengerucut pada kondisi bahwa terdapat lemahnya penjagaan, sasaran kejahatan yang cocok dengan kemampuan yang dimiliki oleh pelaku, serta pelaku yang termotivasi untuk memperoleh keuntungan dengan resiko yang rendah. Penjelasan ini yang kemudian menjadi dasar untuk mengusulkan strategi pencegahan, berdasarkan teori situational crime prevention, yang meliputi increase the effort, increase the risks, reduce the rewards, reduce provocation and excuses.

Social engineering is one of the most reported crime modus operandi in CekRekening.id. This is also an indication that there are still weak crime prevention strategies that can be properly applied to handle the social engineering phenomenon as a specific cyber crime modus operandi. Because of that, the writer wants to analize the phenomenon of cybercrime with social engineering as the modus operandi, and tries to formulate the relevant crime prevention strategies. In this context, it needs not only explanations, but also the prevention strategies. Based on the data analysis, it can be indentified at least 4 (four) types of social engineering, which are fake shop and/ or product, disguise as an authority, spoofing website and disguise as relatives. The writer is using the routine activity theory to explain each of the social engineering types, and come out to conclusion that there is lack guardianship, crime target that suited to offender’s capability, and motivated offender to gain benefits with low risks. This explanation become the basis for proposing the prevention strategies based on situational crime prevention, that involve increase the efforts, increase the risks, reduce the rewards, reduce provocation and excuses."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melpa Tresia
"Mariage Pour Tous (MPT) diatur dalam undang-undang pernikahan di Prancis yang memperbolehkan pernikahan bagi pasangan heteroseksual dan homoseksual di Prancis. Pada masa kampanye kepresidenan François Hollande, rencana untuk melegalkan pernikahan sesama jenis adalah salah satu janji yang memicu gerakan untuk melakukan aksi kolektif. Gerakan sosial pendukung pernikahan sesama jenis merupakan contoh dari gerakan sosial baru. Hal tersebut dapat dilihat dari motif dan isu yang disuarakan berkaitan dengan hak-hak sipil di dalam lingkup sosial.  Usaha yang dilakukan oleh gerakan sosial untuk menuntut persamaan hak sipil sudah dilakukan sejak dikeluarkannya Pacte Civil de Solidarité (PACS) pada tahun 1999, tetapi janji kampanye Hollande menjadi pemicu gerakan sosial untuk melakukan aksi kolektif. Segala tindakan yang dilakukan oleh gerakan sosial baru maupun elit politik merupakan bentuk dari komunikasi gerakan kolektif.
Peran yang dilakukan gerakan sosial baru dibagi menjadi tiga bahasan yaitu, advokasi terhadap wacana pernikahan sesama jenis,  menetapkan wacana pernikahan sesama jenis dalam kehidupan politik Prancis, dan aktivitas rutin tahunan gerakan sosial baru. Melalui analisis gerakan sosial baru dan teori aksi gerakan kolektif maka  konsep identitas kolektif, solidaritas, dan komitmen menjadi standar pengukur aksi yang dilakukan oleh gerakan sosial baru. Melalui analisis menggunakan teori tersebut ditemukan peran  paling efektif yang dilakukan oleh gerakan sosial dalam mendukung disahkannya MPT  di Prancis yaitu,  melakukan advokasi terhadap wacana pernikahan sesama jenis setelah Hollande resmi menyampaikan dalam kampanye kepresidenan.

Mariage Pour Tous (MPT) is regulated by a French marriage law that allows marriage for both heterosexual and homosexual couples in France. During François Hollande's presidential campaign, the plan to legalize same-sex marriage was one of the promises that sparked a movement for collective action. The social movement for same-sex marriage is an example of a new social movement. This can be seen from the motives and issues voiced in relation to civil rights in the social sphere. Attempts by social movements to demand equal civil rights have been carried out since the issuance of the Pacte Civil de Solidarity (PACS) in 1999, but Hollande's campaign promises have become a trigger for social movements to take collective action. All actions taken by new social movements and political elites are a form of collective movement communication.
The role played by the new social movement is divided into three topics these are, advocating for same-sex marriage discourse, establishing same-sex marriage discourse in French political life, and the annual routine activities of new social movements. Through the analysis of new social movements and the theory of collective movement action, the concepts of collective identity, solidarity, and commitment become the standard measures of action taken by new social movements. Through analysis using this theory, it was found that the most effective role played by social movements in supporting the legalization of the MPT in France, was advocating for the same-sex marriage discourse after Hollande officially delivered it in the presidential campaign.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abel Yudo Prakoso
"ABSTRAK
Artikel ini mengkaji tentang bagaimana karyawan melakukan mobilitas sosial ke atas di perusahaan perbankan X. Studi-studi sebelumnya memperlihatkan bahwa seseorang melakukan mobilitas sosial ke atas melalui cara pendidikan formal, jaringan sosial, latar belakang keluarga, lamanya berorganisasi, dan status sosial orang tua. Argumentasi dalam tulisan ini bahwa selain cara-cara tersebut terdapat cara lain yaitu mutasi dan pelatihan sebagai alat mobilitas sosial ke atas. Artikel ini dilakukan pada karyawan di perusahaan perbankan X karena tingkat kompetisi yang cukup ketat untuk menjadi manager dan eksekutif. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kriteria informan pernah mengikuti pelatihan, serta dimutasi oleh perusahaan dan mengalami peningkatan tingkat jabatan. Studi ini akan mencari informasi tambahan mengenai aktor yang memutasi guna triangulasi data.

ABSTRACT
This article discuss about how employees perform upward social mobility in X banking companies . The Previous studies discuss formal education, social networking, family background, ever organise, and social status of parents as a tools of social mobility. Argument in this article beside those factors there are another tools that mutation and training as a tools of social mobility. This article was conducted on employees at X banking companies because the level of competition that is tight enough to become manager and executive. This article uses a qualitative method with the criteria of informants who have atended in training, as well as mutated by the company and already has a social mobility increase the job level . This study will seek for additional information about the actors who did mutation in X banking companies to triangulation data."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>