Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49501 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2003
612.3 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Sofia Jennifer Idapola
"Produktifitas seseorang dalam melakukan pekerjaannya akan berkurang apabila tidak ditunjang dengan kondisi kesehatan yang baik. Seseorang dengan berat badan kurang dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi, sementara orang dengan berat badan berlebih akan meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Keadaan gizi lebih pada orang dewasa selama ini ditentukan dengan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT lebih sebagai salah satu indikator status gizi lebih juga meningkatkan risiko peningkatan kolesterol darah dan diabetes mellitus. Selain itu, peningkatan trigliserida juga terjadi dalam sirkulasi penderita gizi lebih yang berhubungan dengan penurunan kadar kolesterol HDL, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan IMT terhadap keadaan biokimia darah pada karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, Jakarta tahun 2008. Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang akan melihat hubungan IMT dengan gambaran biokimia darah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dalam hal ini seluruh karyawan yang memenuhi kriteria sampel diikutsertakan dalam penelitian. PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya memiliki 149 karyawan tetap yang melakukan pemeriksaan kesehatan, 135 orang diikutsertakan dalam penelitian karena memiliki data medis yang lengkap yaitu pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Prevalensi IMT kurang 4.4%, normal 45.2% dan lebih 50.4%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar kolesterol dan kadar glukosa puasa. Terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar trigliserida karyawana PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Hampir sebagian besar karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya memiliki status gizi lebih. IMT tidak berhubungan dengan kadar kolesterol dan glukosa darah puasa, akan tetapi berhubungan dengan kadar trigliserida karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Megawaty
"Masalah gizi timbul akibat terjadinya ketidakseimbangan energi yang dikonsumsi (asupan) dengan energi yang dikeluarkan (kebutuhan). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi pada orang dewasa (usia lebih dari 18 tahun) merupakan masalah penting. Selain mempengaruhi produktivitas kerja juga memiliki risiko terhadap penyakit penyakit tertentu. Makanan yang dikonsumsi setiap orang akan terefleksi pada status gizi dan hal ini dapat diketahui melalui pengukuran IMT. Dari hasil penelitian di beberapa negara diketahui bahwa proporsi vegetarian yang mengalami masalah gizi lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak vegetarian. Di Indonesia khususnya kota Jambi penelitian Indeks Massa Tubuh pada vegetarian dewasa belum pemah dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran umum maupun faktor- faktor yang berhubungan dengan IMT pada vegetarian dewasa di Pusdiklat Budhis Putra Maitreya dan Avaloketasvara kota Jambi. Penelitian dengan desain cross sectional ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari tahun 2008 dengan sampel 51 orang vegetarian dewasa. Untuk mengetahui gambaran umum karakteristik, asupan energi, konsumsi suplemen, tipe vegetarian, Iama menjadi vegetarian di kota Jambi, persentase status gizi kurang, baik, lebih berdasarkan IMT, dan hubungan antara karakteristik responden (usia, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, pendidikan) dengan IMT, hubungan antara asupan energi dengan IMT, hubungan antara lama menjadi vegetarian dengan IMT, hubungan antara pengetahuan gizi dengan IMT, hubungan status kesehatan dengan IMT pada vegetarian dewasa di pusdiklat Putra Maitreya dan Avaloketasvara kota Jambi maka dilakukan pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan. Kemudian data dianalisa melalui tahapan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan antara jenis kelamin (OR = O,3I3), status perkawinan (OR = 0,42l) dan asupan energi (OR == 6,5). Setelah dilakukan analisis multivariat, maka variabel yang berhubungan dengan indeks massa tubuh adalah asupan energi setelah dikontrol status perkawinan dan status perkawinan setelah dikontrol asupan energi. Variabel paling dorninan yang berhubungan dengan IMT adalah asupan energi dengan OR = 8,915. Vegetarian dewasa di kota Jambi dengan asupan energi yang tidak baik akan berisiko mengalami 8,9 kali kegemukan setelah dikontrol status perkawinan.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan bagi vegetarian agar membatasi asupan energi yang berasal dari lemak agar tidak mengalami kelebihan berat badan atau gemuk tingkat ringan maupun tingkat berat. Melakukan pemeriksaan rutin indeks massa tubuh untuk mengetahui status gizi. Mempertahankan berat badan normal menurut klasifikasi indeks massa tubuh.

Nutritional problem are arised due to energy imbalance of intake consumed and energy released. Insutiiciencies and excess nutrition problems that incured in adult (age more than 18 years old) are important problems; They influence productivity and also give risk to such kind of disease. Food consume by people is reflected in nutritional status and it's can be known by measuring BMI. Studies from some states showed that proportion of nutritional problem incured in vegetarian more than that in non vegetarian. In Indonesia especially in Jambi, the research of Body Masslndex of adult vegetarian is not available yet.
This research was aimed to tind description and factors related to BMI of adult vegetarian in Buddhis Center of Education and Practice (Pusdiklat) namely Putra Maitreya and Avaloketasvara in Jambi town. Research design was cross sectional. Itis done in January to February in 2008 with 51 samples of adult vegetarians. To find the description of characteristic, energy intake, supplement consmrred, vegetarian type, periods of being a vegetarian, percentage of nutritional status (underweight, normal and overweight) measured by BMI, and to tind relationship between respondent characteristics (age, gender, marriage status, work status, education) and BMI, the relationship between energy intake with BMI, the relationship between periods of being a vegetarian with BMI, relationship between nutritional knowledge with BMI, relationship between health status with BMI in adult vegetarian in Center of Education and Practice of Buddhis Putra Maitreya and Avaloketasvara in Jambi. Data collected by interviewing and measuring body weight and body height. Data was analized by univariate, bivariate and multivariate steps.
Bivariate analysis showed that there were relationship between gender (OR = 0,313), marriage status (OR = 0,42I) and energy intake (OR = 6,5) with BMI. Multivariat analysis showed that variables that related to energy intake after it was controlled by marriage status and marriage status was controlled by energy intake. The most dominant variable which is closely related to BMI is energy intake by OR = 8,915. Adult vegetarian with bad energy intake in Center of Education and Practice of Buddhis Putra Maitreya and Avaloketasvarain Jambi, had risk of 8,9 times to be overweight after controlled by marriage status.
From result of the study, we recommended vegetarians to restrict energy intake that contain much fat in order to not becoming mild to severe overweight and to do routine examination measuring BMI to know the nutritional status, and to maintain normal body weight according to BMI classification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwaratu Syafira
"Indeks Massa Tubuh IMT memiliki banyak manfaat, termasuk untuk memberikan gambaran obesitas suatu populasi maupun untuk merancang diet pasien di rumah sakit. Namun orang yang memiliki kesulitan menopang berat badannya atau tidak dapat berdiri tegak belum tentu dapat diukur IMT-nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan metode alternatif menghitung IMT berdasarkan ukuran ekskremitas tubuh pada mahasiswa usia dewasa muda di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 132 responden.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara rasio LiLA/ radic;Panjang Ulna dengan IMT r = 0,926 pada laki-laki dan r = 0,886 pada perempuan dan juga antara LiLA dengan IMT r = 0,913 pada laki-laki dan r = 0,877 pada perempuan . Model prediksi yang paling ideal digunakan adalah IMT laki-laki kg/m2 =1,109 LiLA cm ndash; 9,202 dan IMT perempuan kg/m2 = 0,236 0,825 LiLA cm dengan pertimbangan akurasi yang tinggi serta kemudahan pengaplikasian di lapangan.

Body Mass Index BMI serves various purposes, including to measure the prevalence of obesity in a population, and also in formulating a patient rsquo s diet at a hospital. However, the BMI of an individual with difficulties in carrying their own weight or standing up straight can not necessarily be measured. The aim of this study was to form a prediction model for the BMI of young adult students of Public Health Faculty of University of Indonesia. This study used a cross sectional design, with a total sample of 132 respondents.
Results of this study showed that there is a very strong correlation between MUAC radic Ulna Length and BMI r 0,926 for males and r 0,886 for females, and also between MUAC and BMI r 0,913 for males and r 0,877 for females. The prediction model considered most ideal to be used is Male BMI kg m2 1,109 MUAC cm ndash 9,202 and Female BMI kg m2 0,236 0,825 MUAC cm, based on the high accuracy levels and the convinience of application on the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.

Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Rizki Amelia
"Tujuan penelitian membahas hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan faktor-faktor lain dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan Gizi Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A RSCM Jakarta. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, pengambilan sampel secara purposive sampling. Data antropometri didapatkan dengan pengukuran langsung saat penelitian. Analisis data meliputi crosstabs dan chi-square, menggunakan SPSS versi 13.0.
Hasil penelitian, 88.9% dan 38.9% orang berstatus gizi lebih masing-masing memiliki persen lemak tubuh mendekati tinggi/tinggi dan lemak viseral tinggi(p<0.05). Disarankan kepada pramusaji untuk membiasakan sarapan pagi, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan sering beraktivitas fisik.

The aim of this study is how Body Mass Index and Other Factors Related to Body Fat Status on Waitress at Nutrition Service of Integrated Admission Unit Building A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. This is a quantitative study with cross sectional approach, samples are collected by purposive sampling. Anthtopometry data are collected directly by measurement. Analysis included crosstabs dan chisquare, by using SPSS version 13.0.
The result, 88.9% dan 38.9% are overweight with each of them have slightly high/high body fat percentage and high visceral level(p<0.05). The researcher sugested that waitress should have breakfast gradually, consume foods containing high dietary fiber, frequent physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Santy
"Kejadian gizi kurang pada remaja putri (rematri) sering terluputkan dari penglihatan dan pengamatan biasa, padahal kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai indikator keberhasilan pembangunan nasional terletak ditangan remaja. Menurut Susenas 1999-2003, 35 - 40% Wanita Usia Subur (WUS) 15-19 tahun berisiko Kekurangan Energi Kronis (ICED). Keadaan gizi kurang merupakan akibat dari asupan energi yang tidak cukup. Salah satu cars until menentukan keadaan gizi seseorang adalah dengan mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu membandingkan berat badan dan tinggi badan (kg/m2).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran status gizi remaja putri di Kota Bukittinggi dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini merupakan analisis data primer dengan pendekatan kuantitatif observasional. Rancangan penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2006. Remaja putri pada penelitian ini diwakili oleh siswi kelas III SLTA (SMA, MA, dan SMK) usia 16 - 18 tahun yang dikategorikan remaja akhir yang sangat dekat dengan masa kehamilan. Pemilihan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Sampel berjumlah 156 orang yang tersebar pada 11 sekolah. Variabel terikat adalah IMT dan variabel babas adalah asupan energi, kebiasaan makan, citra tubuh, pengetahuan gizi, kelompok sebaya, aktivitas fisik, dan karakteristik orang tua. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dengan univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (multiple logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT rematri adalah 20,69 kg/m2 + 2,63. Proporsi siswi yang mempunyai IMT<18,5 kg/m2 sebesar 19,9% dengan penyebaran 14,1% kekurangan gizi tingkat ringan dan 5,8% kekurangan gizi tingkat berat. Rata-rata asupan energi adalah 1694 kalori. Rata-rata kontribusi protein terhadap total energi sebesar 11,8%, lemak 26,7% dan karbohidrat 58,7%. Rata-rata asupan energi dibandingkan AKG adalah total energi 77%, protein 93,6%, lemak 65,3% dan karbohidrat 84,7%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara total energi, kebiasaan makan dan citra tubuh dengan IMT rematri. Variabel total energi merupakan variabel yang dominan mempengaruhi status gizi IMT rematri.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pengambil keputusan bidang kesehatan agar menyusun program penanggulangan dan peneegahan masalah gizi remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain artaiah mengadakan pelatihan untuk petugas khusus promosi gizi dan pelatihan guru BP/guru olah raga mengenai pemantauan status gizi, melaksanakan promosi gizi secara intensif dengan lebih mengarahkan sasaran penyuluhan ke sekolah serta membuat sarana penyuluhan yang disesuaikan dengan karakter remaja.Untuk Dinas Pendidikan agar dapat mengintegrasikan materi kesehatan khususnya pengetahuan gizi ke dalam kurikulum, menggiatkan UKS dan KKR untuk mengoptimalkan penggunaan KMS anak sekolah, menyediakan ruang UKS yang dilengkapi dengan timbangan, microtoise, food model dan buku-buku gizi, melaksanakan PSG setiap awal semester dan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk dapat menyediakan makan siang di sekolah (school lunch) guna menjaga asupan yang adekuat mengingat sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah. Untuk peneliti yang berminat melakukan penelitian status gizi remaja agar menggunakan indikator status gizi yang memperhitungkan pacu tumbuh yang sesuai dengan remaja Indonesia serta penelitian citra tubuh secara mendalam yang diduga mempengaruhi perilaku makan remaja.

The incident of malnutrition at girls is often neglected from common sight and observation, whereas the quality of human resources as the indicator of a successful national development is laid on their hand. According to the National Health Survey (Susenns) of 1999 2003, 35 - 40% women in productive age (WUS) of 15 - 19 are at risk of Chronic Energy Deficiency (KEK). Malnutrition is resulted from the insufficient consumption of energy. One of ways to determine the nutritional condition of a person is finding out the Body Mass Index (BMI) of him/her, namely by comparing his/her body weight with his/her height (kg/mi).
This research is aimed at obtaining the description of nutritional status of girls in Bukittinggi and factors related to it. It was conducted by analyzing primary data using observational quantitative approach. The design of the research is cross sectional. The research was carried out from February until March 2006. The girls studied are represented by the third-grade female students of senior high schools (senior high school, islamic senior high school, and middle vocational school) of 16 -18 who are categorized as a last teenager who is very close to pregnant period. The sample was selected by systematic random sampling. It was totally 156 students who are distributed at 11 schools. The dependent variable is BMI and the independent variable are energy consumption, eating habit, body image, knowledge on nutrition, peer group, physical activities, and parents' characteristics. Data was analyzed gradually, starting from univariate, bivariate (chi square), until multivariate (multiple logistic regression).
The results show that the BMI of the female students is 20.69 kg/m2 ± 2.63 on average. The proportion of students having BMI<18.5 kg/m2 is 19.9% all of which is distributed to 14.1% of light level of malnutrition and 5.8% for heavy level of malnutrition. Intake per day is 1694 calorie on average with protein contributed to intake is 11,8%, fat 26,7% dan carbohydrat 58,7%. Intake energy compared with Recommended Dietary Allowence (RDA) are total energy consumption 77%, protein 93,6%, lemak 65,3% and carbohydrat 84,7%.
Bivariate analysis indicates that there is a significant relation between energy consumption, eating habit, body image, by BMI. Variable energy consumption the dominant variable influencing BMI.
Based on the results, it is suggested that the decision maker in health areas begin to set up prevention and control program for nutritional problems of teenagers. Activities which can be conducted among others are training for special personnel of nutritional promotion and BP/sport teachers on nutritional status monitoring, conducting nutritional promotion intensively which is more focusing on education at schools, and setting up educational facilities adjusted to teenager character. It is also recommended that the Educational Office integrate health matters, especially nutritional knowledge into the curriculum, activate UKS and KKR to optimize the using of KMS of school students, provide UKS room equipped with scale, microtoise, food model and nutrition books, conduct PSG at the beginning of every semester and cooperate with students' parents to provide school lunch to maintain adequate intake, considering that most of their time is spent at school. Suggestion for the researcher to use nutritional status that adjusted growth spurts Indonesian girls and study of factor body image which influence food habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dance Dita Pranajaya
"Latar Belakang: Sudah diketahui bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator peningkatan profil lipid. Dengan adanya penelitian terbaru dari Ashwell yang menyatakannya bahwa Rasio lingkar perut tinggi badan (RLP-TB) lebih sensitif terhadap kasus dislipidemia dari pada indeks massa tubuh. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui korelasi rasio lingkar perut tinggi badan dan indeks massa tubuh terhadap profil lipid pada pekerja di PT.E yang bergerak di Industri Migas.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi korelasi, menggunakan data sekunder hasil medical check-up pekerja tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan data sebanyak 130 orang untuk tahun 2013 dan 69 orang untuk tahun 2014.
Hasil Penelitian: Dari total 199 subyek, didapatkan RLP-TB (r: 0.186 dan r: 0.334) memiliki nilai koefisien korelasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan IMT (r: 0.180 dan r: 0.319) pada parameter metabolik kolesterol dan trigliserid, namun pada HDL, IMT memiliki nilai koefisien korelasi lebih baik (r: -0.328) daripada Rasio Lingkar Perut dan Tinggi Badan (r: -0.291). Namun perbedaan koefisien korelasi tersebut relatif tidak besar sehingga dapat dikatakan Rasio Lingkar Perut-Tinggi Badan tidak lebih baik sebagai prediktor profil lipid dibandingkan dengan Indeks Massa Tubuh.

Background: It is already known that increasing Body Mass Index is an indicator of increasing lipid profile. The latest research from Ashwell has revealed that the Waist circumference – height ratio is more sensitive than body mass index on dyslipidemia. Therefore, the researchers wanted to determine the correlation of Waist circumference – height ratio and body mass index to lipid profile on PT. E workers who running the business in oil and gas.
Methodology: This is a correlation study used secondary data from employee medical check-up data on years 2013 and 2014. Based on the inclusion and exclusion criteria, obtain a 130 subject for year 2013 and 69 subject for year 2013.
Research result: From the 199 subject, obtain a Waist circumference – height ratio (r: 0.186 and r: 0.334) has relative high correlation coefficient to cholesterol and triglyceride compared by Body mass index (r: 0.180 and r: 0.319), but body mass index has good correlation coefficient (r:-0.328) with HDL rather than Waist circumference – height ratio (r: -0.291). But, the differentiation of correlation coefficient between Body Mass Index and Waist Circumference-Height ration is not significant. The conclusion is Waist Circumference-Height Ratio is not better than Body Mass Index as a profile lipid predictor
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Raudah Putri
"Peningkatan IMT dan lingkar perut dapat disebabkan oleh stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan hubungan antara stres dengan IMT dan lingkar perut. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan jumlah sample 115. Penelitian ini menggunakan data primer dari pengukuran IMT dan lingkar perut serta kuesioner stres SRQ 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar adalah obesitas 1 (38.3%), lingkar perut tinggi (55,7%),dan tidak memiliki gangguan stres (92.2%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan stres tidak berhubungan dengan IMT (p=0,569). Uji fisher menunjukkan stres tidak berhubungan dengan lingkar perut (p=0,511).
Disimpulkan bahwa stres tidak berhubungan dengan IMT dan lingkar perut. Hal ini disebabkan oleh variasi respon setiap individu terhadap stres. Sejumlah orang akan makan makanan yang tinggi kalori dengan cara berlebihan. Sebagian lainnya akan kekurangan nafsu makan dan mengurangi asupan makanan.Namun terdapat kecenderungan peningkatan IMT pada orang yang mengalami stres yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti gaya hidup (aktivitas fisik rendah dan diet yang tidak sehat), lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal. Stres merupakan faktor risiko peningkatan lingkar perut tetapi pengaruhnya sangat sedikit. Stres kronis dapat meningkatkan risiko obesitas abdominal. Faktor yang menjadi penyebab adalah gaya hidup yang tidak sehat dan peningkatan kadar kortisol di dalam darah.

The increase of BMI and waist circumference can be caused by stress. The study purpose was to acknowledge proportion and relationship between stress with BMI and waist circumference. This research wascross-sectional study of 115 as primary data by measuring BMI and waist circumference with SRQ 20 stress quiestionnaire. Research outcome showed that largest proportion was obesity I (38.3%), big waist circumference (55.7%), and no stress disorder (92.2%). Kolmogorov-Smirnov test showed that stress did not correlate with BMI (p=0.569). Fisher test showed that stress did not correlate with waist circumference (p=0.511).
Conclusion was stress had not correlation with BMI and waist circumference. This could be happened due to stress response variances of people. Some people would consume high-calories food excessively. Others would have lack of appetite and reduce food intake.However, there was an increasing trend of BMI in people who experienced stress that was influenced by several factors, such as lifestyle (low physical activity and an unhealthy diet), the working environment, and living environment. Stress was a risk factor for the increase of abdominal circumference but the influence was very small. Chronic stress could increase the risk of abdominal obesity. The factors was an unhealthy lifestyle and increase levels of cortisol in the blood.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Barokah
"ABSTRAK
Masalah berat badan menjadi epidemi kesehatan terbesar di dunia karena hampir 30% dari seluruh populasi kini mengalami obesitas (JPNN, 2014). Obesitas dapat diukur berdasarkan nilai indeks massa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya latihan fisik. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan latihan fisik dengan indeks massa tubuh pada usia dewasa awal. Sejumlah 100 orang responden pada penelitian ini adalah anggota kelompok Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga Universitas Indonesia yang aktif melakukan latihan fisik minimal 2 kali dalam seminggu selama 6 bulan terakhir. Latihan fisik diukur dengan kuesioner Godin yang dimodifikasi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil 86% responden memiliki indeks massa tubuh normal dengan latihan fisik tingkat rendah atau latihan fisik tingkat berat yang dilakukan. Hasil penelitian bivariat dengan uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara latihan fisik dengan indeks massa tubuh pada kelompok ini (p = 0,972, α= 0,05). Kelompok disarankan untuk mempertahankan latihan fisik yang telah dilakukan untuk menjaga indeks massa tubuh tetap normal.

ABSTRACT
Nowadays weight problems have become world health epidemic because nearly 30% of the population is obese (JPNN, 2014). Obesity which is measured by body mass index values are influenced by several factors such as physical exercise. This study uses cross sectional design that determines the relationship of physical exercise and body mass index in early adulthood. A number of 100 respondents in this study were members in Sports Groups of the Student Activity Unit (UKM) Universitas Indonesia that exercised regularly at least 2 times a week in the last 6 months. Physical exercise is measured by Godin questionnaire that have been modified.
This study showed that 86% of respondents had a normal body mass index with low or strenuous level of physical exercise. The result of bivariate study with chi square test showed that there was no correlation between physical exercise and body mass index in this group (p = 0.972, α = 0.05). Groups are advised to maintain physical exercise that has been done to maintain normal body mass index.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>