Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23143 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Zakiyya Ikhsanita
"Porin OmpF merupakan Outer Membrane Protein (OMP) yang berperan dalam transport pasif berbagai senyawa dan sering diasosiasikan dengan sifat resistensi antibiotik. Gen ompF pengkode porin OmpF kerap dipelajari pada spesies Escherichia coli. Kejadian resistensi antibiotik bakteri seperti pada E. coli menjadi salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan, sehingga studi mengenai gen ompF pada bakteri E. coli sangat penting dilakukan. Belum adanya laporan mengenai profil gen ompF pada E. coli resistensi di Indonesia menyebabkan perlunya dilakukan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data karakteristik gen ompF yang mengkode porin OmpF pada isolat klinis E. coli serta kepekaannya terhadap antibiotik. Sebanyak 21 sampel E. coli resisten yang diinokulasi di Jakarta, Indonesia dikelompokkan menjadi 3 variabel fenotip. DNA isolat diekstraksi menggunakan kit ekstraksi QIAamp® DNA Mini Kit (50), lalu gen ompF diamplifikasi menggunakan primer spesifik dengan metode PCR konvensional dan dilanjutkan dengan sekuensing. Gen ompF isolat dibandingkan dengan gen ompF strain E. coli ATCC 25922 secara bioinformatik, meliputi mutasi serta pohon filogenetiknya. Diketahui bahwa hampir seluruh sampel E. coli patogen mengalami mutasi pada deret asam nukleat dimana sebagian besar mutasi yang terjadi merupakan silent mutation. Mutasi gen ompF tingkat asam amino terjadi pada nomor 48, 51, 52, 60, 115, 224, 225, 226, 229, 306, dan 307. Namun mutasi-mutasi tersebut tidak mempengaruhi sifat fenotipik resistensi. Analisis pohon filogenetik juga menunjukkan bahwa sampel dengan sifat fenotip yang sama tidak mengelompok menjadi clade yang sama secara garis evolusi.

Porin OmpF is an Outer Membrane Protein (OMP) that plays role in passive transport of various compounds and is often associated with antibiotic resistance. The ompF gene encoding the OmpF porin is frequently studied in Escherichia coli species. The incidence of bacterial antibiotic resistance like E. coli is one of the main problems in the world of health, so the study of the ompF gene in E. coli is very important. The absence of reports on the ompF gene profile in E. coli resistance in Indonesia has led to the need for this research. This study aims to obtain data on the characteristics of the ompF gene encoding the OmpF porin in clinical isolates of E. coli and its sensitivity to antibiotics. A total of 21 samples of E. coli inoculated in Jakarta, Indonesia were grouped into 3 phenotypic variables. The DNA then was extracted using the QIAamp® DNA Mini Kit (50) extraction kit, then the ompF gene was amplified using specific primers with conventional PCR method and proceeded to sequencing. The ompF gene of the isolates were compared with the ompF gene of the E. coli ATCC 25922 strain bioinformatically, including mutations and its phylogenetic tree. It is known that almost all samples of those E. coli have mutations in the nucleic acid sequences where most of theem are silent mutations. Amino acid level of ompF gene mutations occurred at numbers 48, 51, 52, 60, 115, 224, 225, 226, 229, 306, and 307. However, these mutations did not affect the phenotypic characteristics of resistance. The phylogenetic tree analysis also showed that samples with the same phenotypic traits did not clustered into a same clade evolutionarily"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Yunita
"Kepala ruangan mempunyai peran penting, dalam upaya mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah sakit. Kompetensi kepala ruangan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki. Kemampuan yang dimiliki di pengaruhi faktor karakteristik, motivasi diri dan suvervisi kepala ruangan. Metode penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross-sectional. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel 70 kepala ruangan di empat (4) Rumah sakit wilayah Bogor. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dengan CI 95%, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenjang karir (p-value 0.030), Motivasi Diri (p-value 0.015), Supervisi kepala ruangan (p-value 0.001) dan kemampuan pengendalian dan pencegahan infeksi kepala ruangan. Tidak terdapat hubungan antara usia (p-value 0,414), tingkat Pendidikan (p-value 0,069), jenis kelamin (p-value 0,314), lama bekerja (p-value 0,854), pelatihan PPI (p-value 0,896) dan kemampuan pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) kepala ruangan. Hasil regresi logistik berganda didapatkan supervisi kepala ruangan menjadi variabel paling dominan. Simpulan dalam penelitian ini adalah pentingnya kepala ruangan dalam peningkatan jenjang karir, melakukan supervisi dan memiliki motivasi diri baik, dalam optimalisasi program pengendalian dan pencegahan infeksi

The head of the room has an important role, in an effort to support the Infection Prevention and Control program in the hospital. The competence of the head of the room in infection prevention and control is a basic competency that must be possessed. The abilities possessed are influenced by characteristic factors, self-motivation and supervision of the head of the room. This research method uses a quantitative approach with a cross-sectional design. Sampling with total sampling technique with a sample of 70 heads of rooms in four (4) hospitals in the Bogor area. The results of the study using the chi-square test with 95% CI, the results showed that there was a significant relationship between career path (p-value 0.030), self-motivation (p-value 0.015), supervision of the head of the room (p-value 0.001) and controllability and prevention of head room infection. There is no relationship between age (p-value 0.414), education level (p-value 0.069), gender (p-value 0.314), length of work (p-value 0.854), PPI training (p-value 0.896) and prevention skills. and infection control (ppi) head of the room. The results of multiple logistic regression showed that the supervision of the head of the room was the most dominant variable. The conclusion in this study is the importance of the head of the room in increasing career paths, supervising and having good self-motivation, in optimizing infection control and prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Fauzanida Rahmani
"Infeksi dengue merupakan salah satu masalah utama kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Angka kejadian demam berdarah dengue di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1968 sampai tahun 2013. Akan tetapi, laju kematian atau case fatality ratio akibat demam berdarah dengue mengalami penurunan karena adanya deteksi infeksi dengue secara dini menggunakan antibodi monoklonal dan protein biomarka non-struktural 1 (NS1). Pengembangan antibodi monoklonal dengan teknologi hibridoma sebagai bahan baku kit diagnostik dengue terkendala masalah biaya produksi yang mahal dan waktu produksi yang relatif lama, sehingga dibutuhkan alternatif lain seperti pengembangan antibodi rekombinan. Penelitian ini dilakukan untuk memperbanyak gen rantai berat (heavy chain) dan rantai ringan (light chain) penyusun fragment antigen binding (Fab) rekombinan dari sel hibridoma lokal 71E2 yang telah diinduksi dengan virus dengue sehingga diharapkan mampu mensekreksikan antibodi anti-NS1. Gen heavy chain dan light chain diamplifikasi dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR), kemudian divisualisasi dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa. Produk PCR gen heavy chain menghasilkan pita berukuran 600 bp, sedangkan produk PCR gen light chain menghasilkan pita berukuran 350 bp. Plasmid rekombinan yang terdiri atas gen heavy chain/light chain dan vektor pTA2 ditransformasi ke dalam Escherichia coli TOP10 dengan menggunakan metode heat shock. Teknik PCR, digesti, dan sekuensing digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan gen target pada plasmid rekombinan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gen heavy chain dan light chain yang berasal dari sel hibridoma 71E2 berhasil dikloning pada vektor pTA2 di dalam E. coli TOP10. Akan tetapi, diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi kemampuan ekspresi Fab rekombinan yang tersusun atas gen heavy chain dan light chain hasil kloning sebagai material penting dalam pengembangan kit diagnostik dengue.

Dengue infection is one of major health problem which spread worldwide including in Indonesia. The dengue hemorrhagic fever (DHF) incidence in Indonesia increased rapidly from 1968 until 2013. However, the case fatality ratio decreased during the same period due to early detection of dengue infection by using monoclonal antibody and non-structural 1 (NS1) protein biomarker. The development of monoclonal antibody with hybridoma technology as raw material for dengue diagnostic kit was constrained by the expensive production costs and relatively long production time so that other alternatives are needed such as the development of recombinant antibody. This early study was conducted to clone heavy chain and light chain gene of recombinant fragment antigen binding (Fab) using local hybridoma cell 71E2 secreting monoclonal antibody anti-NS1 which was induced by dengue virus. The heavy chain and light chain gene of Fab were amplified by polymerase chain reaction (PCR) and then visualized by agarose gel electrophoresis. Heavy chain PCR product produces a band at 600 bp, while light chain PCR product produces a band at 350 bp. The recombinant plasmid that consists of the gene and pTA2 vector were transformed to Escherichia coli TOP10 using heat shock method. Polymerase chain reaction, digestion, and sequencing method then used to confirm the gene insertion in the recombinant plasmid. The results showed that the heavy chain and light chain gene from hybridoma cell 71E2 were successfully cloned on the pTA2 vector in E. coli TOP10. However, further study should be conducted to evaluate the expression of the recombinant Fab from heavy chain and light chain gene as a valuable material in the development of dengue diagnostic kit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A total of 43 escherichia coli isolates were identifield from school street foods in Northern and Southern Jakarta....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asmiyenti Djaliasrin Djalil
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indika Sunarko
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan proses disinfeksi bakteri Escherihia coli
(E.coli) menggunakan metode kavitasi hidrodinamika dengan menggunakan dua
jenis kontaktor yang berbeda yaitu orifice plate dan injektor venturi. Dari kedua
perlakukan berbeda ini didapatkan hasil bahwa orifice plate dengan konsentrasi
awal 104 CFU/mL mengalami penurunan menjadi 0 CFU/mL dalam waktu 20
menit, dan pada injektor venturi dari konsentrasi awal 104 CFU/mL mengalami
penurunan menjadi 0 CFU/mL dalam waktu 30 menit. Disimpulkan bahwa orifice
plate dapat mendisinfeksi E.coli dengan lebih efektif dan lebih cepat
dibandingkan dengan injektor venturi. Metode disinfeksi ini layak dan berpotensi
untuk dikembangkan ke dalam skala yang lebih besar karena biayanya yang
murah dan hasilnya yang effisien."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43186
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chrecentia Hanna Swestikaputri
"Penelitian bertujuan menguji kemampuan aktivitas antibakteri dari partikel nano ZnO terhadap Escherichia coli NBRC 3301. Aktivitas antibakteri dievaluasi dengan cara menentukan konsentrasi minimum bakterisidal, menentukan laju sintas, dan mengukur serta mengamati dampak aktivitas yang diakibatkan oleh partikel nano ZnO. Konsentrasi minimun bakterisidal partikel nano ZnO terhadap E. coli NBRC 3301 adalah 0,2%. Aktivitas antibakteri meningkat seiring meningkatnya lama paparan. Setelah terpapar selama 20 jam, sel mengalami penurunan jumlah hingga 103 CFU/ml dan mengalami kematian 100% pada jam ke-24. Dampak aktivitas tersebut ditandai dengan meningkatnya kadar asam nukleat dan terjadinya perbedaan komposisi total protein pada medium pertumbuhan berdasarkan perbedaan pola spektrogram dan kromatogram. Meskipun pengamatan perubahan morfologi sel menggunakan SEM tidak berhasil, hasil-hasil tersebut memperkuat kemungkinan bahwa partikel nano ZnO menyebabkan kerusakan membran sel sehingga terjadi kebocoran sitoplasma yang berakibat pada kematian sel.

This present work examines antibacterial activity of ZnO Nanoparticles (NPs) against Escher ichia coli NBRC 3301. Antibacterial activity was evaluated by determining the minimum bactericidal concentration (MBC) and measuring death rate. The impacts of the activity of ZnO NPs were also measured and observed. The MBC was determined to be 0.2%. The antibacterial activity increased with increasing exposure time. Bacteria cell number was reduced until 103 CFU/ml after exposure to 0.2% of ZnO NPs for 20 hours. 100% of total cell death was observed after 24 hours application of ZnO NPs. The impact of ZnO NPs on cells was indicated by increase in the amount of nucleic acid and change in total protein composition in growth medium based on the pattern differences of spectrogram and chromatogram. Despite morphological changes was not well observed by SEM image, the results reveal that ZnO NPs could damage cell membrane and lead to leakage of cytoplasm which is kill bacterial cells.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo Sofian
"Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan diare. Kemampuan hidup E.coli sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai rangsangan. Akan tetapi, rangsangan bunyi, terutama dalam rentang audiosonik (20-20.000Hz), belum banyak diteliti. Peneliti menduga bahwa efek dari pemaparan frekuensi bunyi audiosonik secara berseling akan menstimulasi viabilitas Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan sonikator sebagai sumber bunyi. Frekuensi yang digunakan adalah 7 kHz dan 17 kHz selama 10 detik. Setelah itu, jumlah koloni E.coli dihitung dengan metode total plate count setelah sediaan diinkubasi. Untuk menjamin validitas, tiap perlakuan dilakukan dua kali.
Penghitungan bakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter. Jumlah E.coli yang dihitung adalah E.coli pada pengenceran dengan jumlah 30-300 koloni. Terjadi penurunan viabilitas pada pemaparan frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling. Penurunan viabilitas tersebut lebih besar pada frekuensi 7 KHz daripada 17 KHz. Rata-rata jumlah E.coli pada kontrol dan pajanan frekuensi 7 kHz dan 17 kHz berturut-turut sebesar 2,84 x 109 koloni, 4,05 x 107 koloni, dan 5,05 x 108 koloni. Jika dibandingkan dengan kontrol, terdapat perbedaan bermakna pada setiap perlakuan [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] dengan uji T berpasangan. Frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling menurunkan viabilitas E.coli . Penurunan viabilitas lebih besar dialami oleh bakteri pada pajanan dengan frekuensi 7kHz daripada 17 kHz. Dapat disimpulkan bahwa, suara dalam rentang audiosonik secara berseling dapat menurunkan viablitas E.coli.

Escherichia coli is one of the most common bacteria causing diarrhea. Its life is easily influenced by physical and chemical stimulation. However, sound stimulation, especially in audiosonic range (20-20.000 Hz) alternately, have not been explored much. Researcher hypotesized that it would stimulate E.coli growth. This research is categorized as experimental research by using sonication tools as the sound source. Researcher used frequency on 7 and 17 KHz for 10 seconds By total plate count, the media contain colony of E.coli would be counted for analysis. In order to guarantee the validity, each action would be done twice.
Counting would be done only those diluted preparation with 30-300 colonies. E.coli got its viability decreased by audible frequency sound alternately. Average of the E.coli count in control, 7 kHz, and 17 kHz is respectively 2,84 x 109 ; 4,05 x 107; and 5,05 x 108 colonies. Relation between each intervention and control are significant [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] by paired T-test. Audible sound frequency which is given alternately against E.coli would decrease E.coli viability. Its decreasing effect is greater in 7kHz stimulation than 17 kHz. In conclusion, sound in audiosonic range, alternately, may decrease E.coli viability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rioneli Ghaudenson
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja kombinasi metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan pelat berlubang dalam proses desinfeksi bakteri E.coli. Pada penelitian ini, dilakukan variasi dosis ozon, laju alir sirkulasi, dan metode disinfeksi. Ozon diproduksi menggunakan ozonator komersial dengan dosis ozon 64,83 mg/jam, 108,18 mg/jam, dan 135,04 mg/jam sementara kavitasi dibangkitkan menggunakan pelat berlubang. Metode desinfeksi yang akan divariasikan pada percobaan ini adalah: kavitasi hidrodinamika, ozonasi, dan gabungan keduanya. Hasil terbaik pada masing-masing metode didapatkan pada menit ke-60 dan laju alir sirkulasi 7 L/menit.
Metode gabungan kavitasi dan ozonasi mampu mendesinfeksi hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,10 x 105 CFU/mL. Metode ozonasi tunggal mampu mendesinfeksi bakteri E.coli hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 1,32 x 105 CFU/mL selama 60 menit. Metode kavitasi hidrodinamik memberikan hasil penyisihan paling sedikit, yaitu 5,20 x 104 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,17 x 105 CFU/mL. Disimpulkan bahwa metode kombinasi menghasilkan desinfeksi bakteri E.coli yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan metode tunggalnya.

This research aims to evaluate the performance of hybrid method of ozonation and hydrodynamic cavitation with orifice plate on E.coli bacteria disinfection. Ozone dose, circulation flowrate, and disinfection method were varied. Ozone was produced by commercial ozonators with ozone dose of 64,83 mg hour, 108,18 mg hour, and 135,04 mg hour. Meanwhile, hydrodynamic cavitation was generated using an orifice plate. The disinfection methods compared in this research are hydrodynamic cavitation, ozonation, and the combination of both. The best result on each method was achieved on the 60th minutes and with a circulation flowrate of 7 L min.
The hybrid method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 2,10 x 105 CFU mL. The ozonation method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 1,32 x 105 CFU mL. Cavitation method gives the least elimination with final concentration of 5,20 x 104 CFU mL from the initial concentration of 2,17 x 105 CFU mL. In conclusion, hybrid method gives a faster and better disinfection of E.coli than each method on its own.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>