Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Utomo
Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1979
312.92 UTO s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Deriyan Sukma Widjaja
"Latar Belakang: Penyakit akibat coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) yang muncul sejak Desember 2019 sudah menjadi pandemi global, termasuk di Indonesia. Hingga saat ini, beberapa negara sudah mempublikasikan laporan terkait penyakit ini. Namun di Indonesia, informasi karakteristik dan luaran pasien dengan COVID-19, terutama pasien yang menjalani perawatan di ruang intensif dengan dan tanpa ventilator berdasarkan sebaran usia masih terbatas.
Metode: Studi dilakukan pada pasien dewasa yang dirawat di ruang intensif (HCU dan ICU) RSCM dan RSUI selama Maret – Desember 2020. Data yang dikumpulkan melalui rekam medis meliputi karakteristik dasar pasien, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi, terapi, komplikasi, dan luaran.
Hasil: Terdapat 682 pasien yang menjalani perawatan di ruang intensif RSCM dan RSUI. Pada semua kelompok usia, sebagian besar pasien adalah pria. Pada kelompok usia muda (18–29, 30–39, 40–49 tahun), mayoritas bergejala awal sesak dan menggunakan suplementasi oksigen dengan nasal kanul (37%, 33%, dan 29,6%). Pada kelompok usia 50–64 tahun suplementasi oksigen terbanyak dengan ventilator invasif (33,5%). Rasio PF terendah sebesar 120 terdapat pada kelompok usia ≥65 tahun, dengan penggunaan ventilator pada 49,7% pasien. Prevalensi komorbid tertinggi terdapat pada kelompok usia ≥65 tahun (95,6%) di antaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan CKD. Koinfeksi bakteri paling banyak terjadi pada kelompok usia 50–64 tahun. Kelompok usia ≥65 tahun memiliki median neutrofil dan D-dimer paling tinggi (4.210 μg/L) serta limfosit paling rendah. Angka komplikasi tertinggi terjadi pada 75,6% pasien kelompok usia ≥65 tahun, dengan komplikasi tersering adalah ARDS (50,9%), syok sepsis (50,3%), dan AKI (38,4%). Angka kematian tertinggi terdapat pada kelompok usia 50–64 dan ≥65 tahun yaitu sebesar 46,9% dan 46,5%. Angka kematian pada kelompok pasien yang menggunakan ventilator lebih tinggi pada semua kelompok usia, dengan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada kelompok usia 50–64 tahun yang menggunakan ventilator (74,63%).
Kesimpulan: Seiring dengan bertambahnya usia, terdapat peningkatan jumlah pasien dengan komorbiditas (hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan CKD); penurunan parameter fungsi oksigenasi paru; penurunan limfosit; peningkatan jumlah neutrofil, D-dimer, ureum dan kreatinin; dan peningkatan angka kematian. Pada pasien yang dirawat di ruang intensif, mortalitas tertinggi terjadi pada kelompok usia 50–64 tahun dan terutama pada penggunaan ventilator.

Background: The disease due to the novel coronavirus (SARS-CoV-2) emerging in December 2019 has since become a global pandemic, including in Indonesia. To date, several countries have reported about this disease. However, in Indonesia, limited information was available about the characteristics and outcomes of COVID-19 patients according to age, notably those in intensive care units with and without ventilation.
Methods: The study was conducted on adult patients in the intensive care units (HCU and ICU) of RSCM and RSUI between March – December 2020. Data was collected from medical records, including basic patient characteristics, laboratory and radiology results, treatments, complications, and
outcomes.
Results: A total of 682 patients were treated in the intensive care units of RSCM and RSUI. In all age groups, most patients were male. In younger age groups (18–29, 30–39, 40–49 years), the majority of patients presented initially with shortness of breath and were supplemented with oxygen through nasal cannula (37.0%, 33.0%, and 29.6%). In the age group of 50–64 years, oxygen was supplemented mostly using invasive ventilators (33.5%). The lowest PF ratio of 120 was observed in the age group of 65 years and above, with ventilators being used in 49.7% of the patients. The highest prevalence of comorbidities was found in the age group of 65 years and above (95.6%), among which were hypertension, coronary artery diseases, diabetes mellitus, and CKD. Bacterial co-infection was found primarily in the age group of 50–64 years. The age group of 65 years and above had the highest median neutrophil and D-dimer levels (4.210 μg/L) and the lowest lymphocyte count. The highest complication rate at 75.6% was observed in the age group of 65 years and above, with the most common complications being ARDS (50.9%), septic shock (50.3%), and AKI (38.4%). The highest mortality rates were found in the age groups of 50–64 and 65 years and above, at 46.9% and 46.5% respectively. Mortality was higher in ventilated patients across all age groups, with the highest rate found in the age group of 50–64 years (74.63%).
Conclusion: With increasing age, the following were observed: increased comorbidities (hypertension, coronary artery diseases, diabetes mellitus, CKD); a decline in functional parameters for lung oxygenation; decreased lymphocyte count; increased neutrophil count, D-dimer, urea and creatinine levels; and increased mortality rate. In intensive care unit patients, the highest mortality rate was observed in ventilated patients aged 50–64 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Handryani
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus diperhatikan karena merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi dan hubungan antara faktor risiko hipertensi dengan hipertensi pada penduduk usia produktif di Jakarta Timur pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 314 orang berumur 15-64 tahun. Hasil penelitian ini ini menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Jakarta Timur berdasarkan data Posbindu Jakarta Timur adalah sebesar 47,1%. Faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan hipertensi adalah usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, dan obesitas.

Hypertension is a public health problem that must be considered because it is the major risk factor for cardiovascular disease and its prevalence is increasing year by year. This study aims to determine the prevalence of hypertension and the relationship between risk factors for hypertension and hypertension in the productive age population in East Jakarta in 2017. The study used a cross sectional study design with a total sample of 314 people aged 15-64 years. The results of this study indicate that the prevalence of hypertension in East Jakarta based on East Jakarta Posbindu data is 47.1%. Risk factors that have a significant relationship with hypertension are age, sex, family history of hypertension, and obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Azizah
"Penyakit tidak menular menjadi penyebab 41 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Salah satu yang memiliki prevalensi tertinggi adalah hipertensi. Kota Depok memiliki prevalensi hipertensi sebesar 34,13% di tahun 2018. Walaupun lebih banyak terjadi pada usia tua, namun kelompok usia muda juga berisiko mengalami hipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular Kota Depok Tahun 2022 yang direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi hipertensi sebesar 28,7% pada penduduk usia produktif di Kota Depok tahun 2022. Faktor-faktor yang berhubungan adalah usia 40-64 tahun (PR 3,084; 95% CI 2,808-3,388; p=0,001), tingkat pendidikan rendah (PR 1,534; 95% CI 1,344-1,750; p=0,001), riwayat hipertensi keluarga (PR 1,573; 95% CI 1,327-1,864; p=0,001), konsumsi garam berlebih (PR 2,094; 95% CI 1,766-2,483; p=0,001), obesitas (PR 2,089; 95% CI 1,888-2,311; p=0,001), obesitas sentral (PR 1,612; 95% CI 1,471-1,766; p=0,001), dan diabetes (PR 2,290; 95% CI 1,960-2,674; p=0,001). Variabel lain seperti jenis kelamin, pekerjaan, konsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol tidak menunjukkan hubungan yang signifikan pada penelitian ini.

Non-communicable diseases are the cause of 41 million deaths worldwide. One that has the highest prevalence is hypertension. In 2018, the prevalence of hypertension in Depok City was 34,13%. Although it occurs more frequently in older age, the younger age group is also at risk of hypertension. This research was conducted to determine risk factors associated with the incidence of hypertension in the productive age population in Depok City in 2022. The design of this study is cross-sectional using Non-Communicable Disease Information System for 2022 from Depok City Health Agency. The results of this study indicate that the prevalence of hypertension in the productive age population in Depok City was 28.7%. The related factors are adults aged 40-64 years (PR 3.084; 95% CI 2.808-3.388; p=0.001), low level of education (PR 1.534; 95% CI 1.344-1.750; p=0.001), family history of hypertension (PR 1.573; 95% CI 1.327-1.864; p=0.001), excessive salt consumption (PR 2.094; 95% CI 1.766-2.483; p=0.001), obesity (PR 2.089; 95% CI 1.888-2.311; p=0.001), central obesity (PR 1.612; 95% CI 1.471-1.766; p=0.001), and diabetes (PR 2.290; 95% CI 1.960-2.674; p=0.001). Gender, occupation, vegetable and fruit consumption, lack of physical activity, smoking and alcohol consumption did not show a significant relationship in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Gina Andriana
"Latar belakang: Prevalensi penyakit osteoporosis di Indonesia tergolong cukup tinggi seiring bertambahnya usia. Berdasarkan hasil Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (InfoDATIN 2015) mengenai penyakit osteoporosis di Indonesia, tertera bahwa proporsi penderita osteoporosis berusia lebih dari 50 tahun pada wanita mencapai 32,3% dan 28,8% pada pria. Usia lanjut sangat jelas dapat dijadikan sebagai faktor risiko terhadap terjadinya osteoporosis. Didukung pula dengan minimnya pola hidup sehat baik itu olahraga maupun asupan nutrisi tulang dari konsumsi susu masyarakat Indonesia. Hal ini memicu terjadinya porositas bahkan hingga fraktur dini terhadap tulang yang dapat dicegah salah satunya melalui metode deteksi dini Panoramic Mandibular Index (PMI).
Tujuan: Memperoleh data rerata rasio ketebalan tulang kortikal pada subjek wanita usia 31-75 tahun secara radiografis pada panoramik berdasarkan metode PMI.
Metode: Pengukuran PMI menggunakan sampel radiograf panoramik wanita sebanyak 225. Dibagi menjadi tiga kategori dengan interval 15 tahun, yaitu kategori 1 dengan rentang usia 31-45 tahun, kategori 2 yaitu 46-60 tahun, dan kategori 3 yaitu 61-75 tahun. PMI diukur berdasarkan rasio ketebalan kortikal mandibula terhadap jarak antara margin superior atau inferior foramen mental dan margin inferior dari korteks mandibula.
Hasil: Diperoleh rerata dan standar deviasi pada kategori 1 sebesar 0,30±0,032, kategori 2 sebesar 0,28±0,042, dan kategori 3 sebesar 0,24±0,063. Berdasarkan hasil analisis Uji ANOVA, didapatkan perbedaan signifikan antar kategori (p<0,05). Selain itu, berdasarkan hasil pengukuran yang didapatkan, secara statistik pengukuran PMI menunjukkan penurunan seiring dengan pertambahan usia dalam interval usia 15 tahun.
Kesimpulan: Nilai PMI menurun seiring dengan pertambahan usia dan secara statistik terdapat perbedaan bermakna diantara kategori usia.

Background: Prevalence of osteoporosis in Indonesia is quite high with age. Based on the results of Information from Ministry of Health of the Republic of Indonesia (InfoDATIN 2015) regarding the conditions of osteoporosis in Indonesia, it was stated that the proportion of osteoporosis patients aged more than 50 years in women reached 32.3% and 28.8% in men. Old age can clearly be used as a risk factor for osteoporosis. Also supported by the lack of a healthy lifestyle such as physical exercise and bone nutrition intake from milk consumption of Indonesian people. This certainly will trigger the occurrence of porosity even to the early fracture of bone, which one of them can be prevented through the early detection method of the Panoramic Mandibular Index (PMI).
Objective: To obtain data on mean cortical bone thickness ratio in female subjects aged 31-75 years radiographically on panoramic based on the PMI method.
Method: A total of 225 female panoramic radiograph samples were selected and divided into three categories with 15-year intervals, namely category 1 with an age range of 31-45 years, category 2 is 46-60 years, and category 3 is 61-75 years. PMI is measured based on the ratio of the mandibular cortical thickness to the distance between the superior or inferior margins of the mental foramen and the inferior margins of the mandibular cortex.
Results: The mean and standard deviation obtained in category 1 was 0.30±0.032, category 2 was 0.28±0.042, and category 3 was 0.24±0.063. Based on the one-way ANOVA analysis test result, there were significant differences between categories p<0.05. In addition, based on the results of measurements obtained, statistically PMI measurements show a decrease with age in the 15 year age interval.
Conclusion: PMI values ​​decrease with age and statistically there are significant differences between age categories."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Aini Susumnaningrum
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya angka morbiditas akibat perilaku yang tidak mendukung kesehalan pada anak usia sekolah yang tinggal dengan keluarga. Keluarga memegang peran penting dalam menerapkan disiplin pada anak. Tujuannya mengetahui hubungan faktor individu dan pola asuh keluarga dengan PHBS pada anak usia sekolah dasar di Dua SD Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok Jawa Barat.
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan total sampel, yang berjurnlah 348 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar kelas IV dan V serta keluarga yang diwakili oleh ibu atau ayah (jika ibu telah meninggal). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hubungan bermakna ditemukan pada faktor individu yang terdiri dari persepsi kerentanan (p = 0,006), persepsi keseriusan (p=0,005), persepsi manfaat (p = 0,020), dan persepsi hambatan (p = 0,001) dengan PHBS. Selain itu, hubungan bermakna juga ditemukan pada pola asuh keluarga yang terdiri dari pola asuh permisif (p = 0,004), pola asuh demokralis (p = 0,018), dan pola asuh diktator (p = 0,012) dengan PHBS. Dari Uji Regresi Logistik Ganda ditemukan hubungan yang paling dominan yaitu persepsi kerentanan (p = 0,003).
Dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar yang merasakan persepsi kerentanan berpeluang mendukung PUBS 2,7 kali dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar yang tidak merasakan persepsi kerentanan setelah dikontroi oleh variabel pola asuh permisif. Anak usia sekolah dasar membutuhkan bimbingan dari berbagai pihak terutama keluarga dalam melaksanakan PHBS. Sosialisasi PHBS dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya membentuk peer group, diskusi kelompok, dan menyediakan sarana kebersihan diri sesuai kebutuhan anak.

This research is background overshadow by height of morbidity to effect behavior which do not support the health of school age child which was shack up with the family. Family play important part in applying discipline of child. This research aim to known the individual factors relation and pattern parenting of the family by PUBS at elementary school age child in Chief of Village of Kukusan Subdistrict of 13eji Depok West Java year 2006.
Desain research used Descriptive of Correlation with the approach of Cross Sectional. The sample used total with 348 responder. Sample in this research was school age child of grade IV and V and also family deputized by mother or father (if mother have died). Statistic test used by Chi Square. Relation having a meaning found of individual factors consisted of the susceptance perception ( p = 0,006), serious perception ( p = 0,005), benefit perception ( p = 0,020), and resistance perception ( p = 0,001) with PI-IBS. Others, relation have a meaning also found at pattern parenting of the family consisted of the pattern parenting of the permisif ( p = 0,004), pattern parenting of democratic ( p = 0,018), and pattern parenting of the dictator ( p = 0,012) with PUBS. Double Regression Logistics Test found most dominant relation of susceptance perception ( p = 0,003), benefit perception ( p value = 0,113) and pattern parenting of the permisif ( p = 0,004).
That school age child feeling perception of susceptance have opportunity to support the PHBS 2,7 times compared to a school age child which did not feel the susceptance perception after controlled by pattern parenting of the permisif variable. School age child require the tuition from various party especially family in executing PHRS. Socialization PHBS can be conducted variously among other things form the peer group, group discussion, and provide the medium of hygiene of self child version.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynaldi Ikhsan Kosasih
"Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia produktif di kota administrasi Jakarta Pusat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kuantitatif observational cross-sectional dengan sumber data sekunder dan jumlah sampel 1166 orang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di kota administrasi Jakarta Pusat adalah sebesar 39,3. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi adalah usia, riwayat hipertensi keluarga, kurang aktivitas fisik, dan status obesitas.

Hypertension remains as a problem of public health in Indonesia. This research was aimed to reveal the prevalence of hypertension and factors related to it among people within productive ages in Central Jakarta administration city at year 2017. This research uses cross sectional design with secondary data and sample size of 1166. This research has shown that prevalence of hypertension in Central Jakarta administration city is 39,3 . Factors that significantly related with hypertension is age, family history of hypertension, lack of physical activities, and obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Meutia
"Permasalahan disabilitas terus meningkat seiring dengan bertambahnya beban penyakit. Peningkatan jumlah penduduk yang mengalami disabilitas telah menyebabkan kekhawatiran terhadap beban sosial dan ekonomi, yang diakibatkan karena menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang disebabkan karena penyakit. Secara global, pada tahun 2017 terdapat sekitar 2,4 milyar penduduk di dunia yang mengalami disabilitas. Peningkatan disabilitas tersebut, 80% disebabkan penyakit tidak menular. Sindrom metabolik menjadi salah satu fokus dalam berbagai penelitian tentang faktor risiko disabilitas. Hal ini disebabkan karena sindrom metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik dan vaskular yang menjadi sinyal dini terhadap peningkatan potensi terjadi disabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara sindrom metabolik dengan kejadian disabilitas pada penduduk usia produktif (18-59) tahun di Indonesia. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 19250 responden yang telah diwawancara dalam Riskesdas 2018, dan dianalisis dengan metode kompleks survey. Responden dalam penelitian ini mayoritas berusia dewasa antara 26-59 tahun, dengan responden berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan pria. Responden terbanyak adalah responden yang bekerja, dan jarang mengkomsumsi makanan berisiko. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi disabilitas adalah 25% dan prevalensi sindrom metabolik 27,3%. Prevalensi sindrom metabolik yang mengalami disabilitas adalah 27,4%. Selanjutnya diketahui bahwa sindrom metabolik berhubungan signifikan dengan kejadian disabilitas tanpa ada variabel kovariat yang dapat mengganggu efek tersebut. Untuk mencegah terjadinya disabilitas, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian timbulnya berbagai komponen sindrom metabolik pada usia produktif perlu lebih diperhatikan, sehingga dapat ditingkatkan kualitas penduduk usia produktif yang menjadi harapan bahkan tulang punggung baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Permasalahan disabilitas terus meningkat seiring dengan bertambahnya beban penyakit. Peningkatan jumlah penduduk yang mengalami disabilitas telah menyebabkan kekhawatiran terhadap beban sosial dan ekonomi, yang diakibatkan karena menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang disebabkan karena penyakit. Secara global, pada tahun 2017 terdapat sekitar 2,4 milyar penduduk di dunia yang mengalami disabilitas. Peningkatan disabilitas tersebut, 80% disebabkan penyakit tidak menular. Sindrom metabolik menjadi salah satu fokus dalam berbagai penelitian tentang faktor risiko disabilitas. Hal ini disebabkan karena sindrom metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik dan vaskular yang menjadi sinyal dini terhadap peningkatan potensi terjadi disabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara sindrom metabolik dengan kejadian disabilitas pada penduduk usia produktif (18-59) tahun di Indonesia. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 19250 responden yang telah diwawancara dalam Riskesdas 2018, dan dianalisis dengan metode kompleks survey. Responden dalam penelitian ini mayoritas berusia dewasa antara 26-59 tahun, dengan responden berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan pria. Responden terbanyak adalah responden yang bekerja, dan jarang mengkomsumsi makanan berisiko. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi disabilitas adalah 25% dan prevalensi sindrom metabolik 27,3%. Prevalensi sindrom metabolik yang mengalami disabilitas adalah 27,4%. Selanjutnya diketahui bahwa sindrom metabolik berhubungan signifikan dengan kejadian disabilitas tanpa ada variabel kovariat yang dapat mengganggu efek tersebut. Untuk mencegah terjadinya disabilitas, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian timbulnya berbagai komponen sindrom metabolik pada usia produktif perlu lebih diperhatikan, sehingga dapat ditingkatkan kualitas penduduk usia produktif yang menjadi harapan bahkan tulang punggung baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

Disability problems continuing to increase along with the increasing burden of disease. The increase in the number of people with disabilities has caused concern about the social and economic burden, which is caused by the decline in the quality of public health caused by disease. Globally, in 2017 there are around 2.4 billion people in the world who experience disabilities. 80% of the increase in disability is due to non-communicable diseases. Metabolic syndrome has become one of the focuses in various studies on risk factors for disability. This is because the metabolic syndrome is a group of metabolic and vascular disorders which are an early signal of an increased potential for disability. The purpose of this study was to see the relationship between metabolic syndrome and the incidence of disability among the productive age population (18-59) years in Indonesia. This cross-sectional study was conducted on 19,250 respondents who had been interviewed in the 2018 Riskesdas, and analyzed using the complex survey method. The majority of respondents in this study were adults aged between 26-59 years, with more female than male respondents. Most respondents are work, and rarely consume risky foods. The results of the analysis show that the prevalence of disability is 25% and the prevalence of metabolic syndrome is 27.3%. The prevalence of metabolic syndrome with disabilities is 27.4%. Furthermore, it is known that metabolic syndrome is significantly related to the incidence of disability without any covariate variables that can interfere with this effect. To prevent the occurrence of disability, various efforts to prevent and control the occurrence of various components of the metabolic syndrome at productive age need to be given more attention, so that the quality of the productive age population can be improved, which is even the backbone of both themselves and their families."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Albertina
"ABSTRAK
Pada usia lanjut terjadi gangguan keseimbangan yang dapat menyebabkan jatuh. Oleh karena itu, diperlukan intervensi latihan. Latihan berbasis kelompok lebih disukai oleh usia lanjut namun sayangnya latihan keseimbangan berbasis kelompok belum tersedia di Indonesia. Senam osteoporosis yang dibentuk oleh PEROSI mungkin dapat memperbaiki keseimbangan oleh karena memiliki komponen latihan keseimbangan dan penguatan. Penelitian ini bertujuan menilai efek senam osteoporosis terhadap keseimbangan pada usia lanjut. Performa keseimbangan dinilai dengan pemeriksaan Timed Up and Go(TUG) dan Berg Balance Scale (BBS). Senam osteoporosis dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 8 minggu. Terdapat 22 subjek yang menyelesaikan penelitian. Nilai TUG sebelum intervensi adalah 14,25 (9,82-31,25) detik, sesudah intervensi adalah 15,11±2,76 detik (p=0,380). Nilai BBS sebelum intervensi adalah 51,5 (18-56) dan sesudah intervensi adalah 50,77±3,3 (p=0,174). Secara statistik, tidak didapatkan perbedaan bermakna baik pada TUG maupun BBS sebelum dan setelah senam osteoporosis selama 8 minggu. Oleh karena itu, diperlukan suatu intervensi latihan lain yang berfokus pada keseimbangan untuk mengurangi risiko jatuh pada usia lanjut.

ABSTRACT
lderly usually have balance problem that can cause fall. Therefore, exercise intervention is needed. Community-based exercise is preferred by the elder. Unfortunately, there is no community-based balance exercise in Indonesia. Senam Osteoporosis by PEROSI probably can improve balance since it have balance exercise and strengthening component. This study aimed to know the effects Senam Osteoporosis to balance in elderly. Balance performance was evaluated with Timed Up and Go (TUG) and Berg Balance Scale (BBS). Senam Osteoporosis was done 3 times/week for 8 weeks. There were 22 subject that finish this study. TUG before was 14,25 (9,82-31,25) seconds, after intervention was 15,11±2,76 seconds (p=0,380). BBS score before was 51,5 (18-56), after intervention was 50,77±3,3 (p=0,174). Statistically, there were no difference of TUG and BBS before and after Senam Osteoporosis for 8 weeks. Therefore, other exercise intervention that focused on balance is needed to reduce risk of fall in elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Yuniati
"Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut Indonesia dari tahun ke tahun menyebabkan makin meningkatnya masalah sosial dan penyakit, balk penyakit fisik maupun mental yang berhubungan dengan usia lanjut. Salah satu gangguan mental yang sering dikeluhkan oleh usia lanjut adalah kesulitan mengingat dan konsentrasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia. Data yang dipakai pads penelitian ini adalah data Survey Sosial Ekonomi Nasional yang terintegrasi dengan Survei Kesehatan Rumah Tangga Tabun 2004.
Dan basil diketahui bahwa prevalensi kesulitan mengingat dan konsentrasi di Indonesia adalah sebesar 12,5%. Diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi adalah umur, kesulitan merawat din sendiri, tingkat keparahan perasaan sedih, rendah did dan tertekan, kesulitan melaksanakan aktivitas sosial, pendidikan, status perkawinan serta kebiasaan mengkonsurnsi buah clan sayur.

Elderly population increases from year to year in Indonesia, and has caused many social problems in elderly, physical diseases and also mental diseases. One of the mental diseases in elderly is Subjective complaints of memory and concentration_ The goal of this research is to uncover the factors correlate with Subjective Complaints of Memory and Concentration in Indonesian elder people using a quantitative research with cross sectional design. Data resources in this research is a data of National Social Economic Survey integrated with Family Health Survey, year 2004.
The result shown that prevalence of subjective complaints of memory and concentration is 12,5 %, known that factors correlate with subjective complaint of memory and concentration is age, disability in activity daily living, low self esteem and depression, disability in social activity, education, marital status, and behavior in consume fruits and vegetables."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>