Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
McKinnon, Ronald I.
New York: Oxford University Press, 1979
332.45 MAC m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Northampton : Edward Elgar Publishing, 1999
332.46 CUR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Telisa Aulia Falianty
"Pembentukan suatu currency union adalah tahap terakhir dari langkah kebijakan menuju integrasi regional. Currency union biasa didefinisikan sebagai suatu area di mana mata uang tunggal beredar. Perdebatan mengenai adopsi dari common currency oleh negara-negara anggota ASEAN mulai bermunculan terutama sejak terjadinya krisis Asia 1997 dan setelah Euro menjadi kenyataan pada awal tahun 1999 dan tetap bertahan dengan baik sampai sekarang. Keinginan untuk membentuk currency union di Asia Timur dan ASEAN juga dipicu oleh semakin meningkatnya integrasi dalam perdagangan melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Hal-hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian mengenai kemungkinan pembentukan currency union di ASEAN. Penelitian mengenai currency union pada umumnya dibagi menjaji tiga bagian besar, yaitu kemungkinan pembentukan dilihat dari beberapa prasyarat pembentukan currency union (properti dari Optimum Currency Area), penghitungan Indeks Optimum Currency Area (OCA Index), dan endogeneitas dari indikator OCA. Disertasi ini merupakan studi komprehensif dari ketiga bagian besar penelitian pembentukan currency union di ASEAN tersebut.
Hasil studi mengenai prasyarat pembentukan currency union (indikator OCA) menunjukkan bahwa negara yang optimal membentuk currency union adalah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Baik dengan menggunakan metode pairwise maupun dengan menggunakan metode clustering didapatkan kesimpulan yang sama bahwa tidak semua negara anggota ASEAN-5 optimal dalam membentuk currency union. Hanya tiga negara anggota ASEAN-5 yang optimal membentuk currency union, yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand. Perhitungan indeks OCA juga menunjukkan hasil yang konsisten bahwa Singapura, Malaysia, dan Thailand layak untuk membentuk currency union karcna mcmiliki indeks OCA yang terendah.
Dua prasyarat OCA yang penling adalah korelasi shocks yang positif dan upah yang fleksibel. Dua prasyarat tersebut dibutuhkan sebagai konsekuensi dari currency union di mana nilai tukar antar negara anggota bersifat fixed. Dalam studi mengenai andogeneitas shocks dan upah menjadi variabel endogen. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan evidence bahwa terdapat endogeneitas dari czsynnnetric shocks sebagai prasyarat pembentukan currency union. Peningkatan dalam infra-industry trade dapat menurunkan asymmetric shocks di antara negara anggota. Sedangkan untuk upah ditemukan weak evidence bahwa terdapat endogeneitas dari upah sebagai prasyarat pembentukan currency union. Upah menjadi lebih prosiklus pada rezim nilai tukar yang lebih fixed.
Dengan ditemukannya evidence mengenai adanya endogeneitas dari asymmerric shocks maka terdapat harapan bagi pembentukan currency union untuk negara ASEAN-5. Negara ASEAN-5 perlu melakukan koordinasi dalam kebijakan ekonomi untuk lebih meningkatkan konvergensi dari perekonomiannya agar tercipta siklus bisnis yang lebih sinkron dan menurunkan asymmetric shocks. Salah satu dari kebijakan tersebut adalah mendorong peningkatan intra-industry trade antar negara anggota ASEAN-5. Peningkatan trade intensity yang disertai peningkatan intra-industry trade-lah yang akan menurunkan asymmetric shocks.
Negara Singapura, Malaysia, dan Thailand bisa segera mempersiapkan diri dengan lebih serius ke arah pembentukan currency union di antara mereka karena mereka relatif lebih siap secara ekonomi dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya. Sedangkan untuk negara Indonesia dan Filipina, jika ingin bergabung dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand harus melakukan usaha yang lebih keras dalam rangka mencapai harmonisasi perekonomian dengan ketiga negara tersebut. Dengan memperbaiki kinerja ekonominya, diharapkan kedua negara dapat menurunkan OCA Index-nya dan meningkatkan benefit dari optimum currency area."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D667
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Doddy Ariefianto
"Tesis ini melakukan penelitian pada keberadaan dan karakteristik ekonomi co-movement mata uang ASEAN 4. Secara lebih spesifik, penelitian ditujukan untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni (1) apakah pergerakan bersama tersebut berarti secara statistik?, (2) jika signifikan, mekanisme fundamental apakah yang melandasinya? Studi literatur lebih lanjut menunjukkan kemungkinan teori Optin nun Currency Area (OCA) berperan sebagai penjelas dan (3) apakah fenomena co-movement ini adalah dampak faktor global (pergerakan JPY).
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, tesis ini menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM) untuk merangkum dinamika jangka pendek dan jangka panjang co-movement mata uang ASEAN 4 dan variabel karakteristik OCA. Statistik koefisien yang melebihi nilai kritis merupakan syarat untuk menyatakan bahwa fenomena co-movement mata uang ASEAN 4 adalah berarti dan dapat dijelaskan oleh OCA. Slatistik yang dianalisis ini meliputi: koefisien koinlegrasi, stabilitas, dan pemenuhan persyaratan asumsi klasik. Variabel karakterislik OCA yang dipilih meliputi jumlah uang beredar (M1), tingkat bunga deposito, inflasi dan pendapalan rill domestik. Semua variabel diukur terhadap suatu benchmark lertentu, yakni Amerika Serikat, mengingat co-movement mata uang ASEAN 4 diamati terhadap USD. Disamping itu pergerakan nilai tukar USDIJPY juga dimasukkan sebagai variabel kontrol, untuk membuka kemungkinan keberadaan faktor global lain yang berpengaruh pada co-movement ASEAN 4.
Inferensi terhadap hasil estimasi memberikan tiga kesimpulan penting, yakni:
1. Co-movement dianlara mata uang ASEAN4 merupakan suatu fenomena yang kurang didukung oleh data. Hal ini bisa dilihat dari tingkat signifikansi yang rendah dari hasil estimasi persamaan jangka pendek dan jangka panjang baik pada OCA bivariat maupun model lengkap. Disamping itu tanda dari koefisien yang diperoleh juga tidak homogen.
2. Teori OCA tidak terlihat cukup robust didalam menjelaskan fenomena co-movement yang ada. Hal ini berlaku baik pada model lengkap maupun model bivariat. Indikasi atas hal ini dapat dilihat dari rendahnya signifikansi dari variabel eksogen didalam ECM.
3. Keberadaan OCA juga merupakan fenomena global. Hal ini lerindikasi dari homogenitas tanda koefisien dan juga signifikansi parameter yang cukup baik dari variabel penganih JPY.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadyan Prabowo
"Studi ini menguji kelayakan pembentukan unit mata uang regional di dalam ASEAN. Analisis yang dievaluasi adalah terkait apakah ASEAN telah merespon shock yang berasal baik dari dalam ASEAN maupun dari luar kawasan secara simetrik. Metode Global VAR yang dikembangkan Dees, Di Mauro, Pesaran, dan Smith (2007) digunakan di dalam penelitian ini agar representasi perekonomian secara global dan keterkaitan antar negara dapat tercermin di dalam model. Studi menunjukan respons simetri yang bervariasi bergantung dari jenis shock yang terjadi. Dalam banyak kasus, shock yang berasal dari luar kawasan mendorong penyesuain yang simetrik terutama variabel output, yang menunjukan respons simetri paling kuat. Di sisi lain, shock yang berasal dari dalam kawasan ASEAN cenderung idiosyncratic atau khusus. Hal ini disebabkan karena sinkronisasi respons ASEAN didorong lebih kuat oleh faktor global dibandingkan intra-regional.

This study aims to analyze the feasibility of ASEAN in establishing a formation of a currency union. The analysis determines whether ASEAN economies experience symmetric responses to external and intra-ASEAN shocks. A Global VAR technique by Dees, Di Mauro, Pesaran, and Smith (2007) is used to capture a representation of the global economy and interdependence between countries. The result of this study provides mixed evidence of response symmetry. In many cases, external shocks generally lead to symmetrical adjustment, in which output shows remarkable response symmetry. On the other hand, Intra-ASEAN shocks are idiosyncratic because ASEAN response synchronization is driven more strongly by a common or global effect rather than an intra-regional one."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Doddy Ariefianto
"Tesis ini melakukan penelitian pada keberadaan dan karakteristik ekonomi co-movement mata uang ASEAN 4. Secara lebih spesifik, penelitian ditujukan untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni (1) apakah pergerakan bersama tersebut berarti secara statistik?, (2) jika signifikan, mekanisme fundamental apakah yang melandasinya? Studi literatur lebih lanjut menunjukkan kemungkinan teori Optiumm Currency Area (OCA) berperan sebagai penjelas dan (3) apakah fenomena co-movement ini adalah dampak faktor global (pergerakan JPY).
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, tesis ini menggunakan model Vecfor Error Correction Model (VECM) untuk merangkum dinamika jangka pendek dan jangka panjang co-movement mata uang ASEAN 4 dan variabel karakteristik OCA. Stalistik koefisien yang melebihi nilai kritis merupakan syarat untuk menyatakan bahwa fenomena co-movement mata uang ASEAN 4 adalah berarti dan dapat dijelaskan oleh OCA. Statistik yang dianalisis ini meliputi: koelisien kointegrasi, stabilitas, dan pemenuhan persyaratan asumsi klasik. Variabel karakteristik OCA yang dipilih meliputi jumlah uang bcredar (MI), tingkat bunga deposito, inflasi dan pendapatan riil domestik. Semua variabel diukur terhadap suatu benchmark tertentu, yakni Amerika Serikat, mengingat co-movement mata uang ASEAN 4 diamati terhadap USD. Disamping itu pergerakan nilai tukar USD/JPY juga dimasudkan sebagai variabel kontrol, untuk membuka kemungkinan keberadaan faktor global lain yang berpengaruh pada co-movement ASEAN 4.
lnferensi terhadap hasil estimasi memberikan tiga kesimpulan panting, yakni:
1. Co-movement diantara mata uang ASEAN4 merupakan suatu fenomena yang kurang didukung oleh data. Hal ini bisa dilihat dari tingkat signifikansi yang rendah dari hasil estimasi persamaan jangka pendek dan jangka panjang baik pada OCA bivariat maupun model lengkap. Disamping itu tanda dari koeflsien yang diperoleh juga tidak homogen.
2. Teori OCA tidak terlihat cukup robust didalam menjelaskan fenomena co-movement yang ada. Hal ini berlaku baik pada model Iengkap maupun model bivariat. Indikasi atas hal ini dapat dilihat dari rendahnya signifikansi dari variabel eksogen didalam ECM.
3. Keberadaan OCA juga merupakan fenomena global. Hal ini terindikasi dari homogenitas tanda koefisien dan juga signifikansi parameter yangcukup baik dari variabel pengaruh JPY."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syamil Iklil Abdul Barr
"Integrasi keuangan global dan kemajuan teknologi terbukti memperkuat transmisi kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan moneter. Transmisi moneter internasional yang utamanya disalurkan melalui bank lending dan exchange rate channel menjadi semakin krusial untuk dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan moneter. Dalam studi ini, penulis menganalisis signifikansi kedua channel tersebut di negara-negara G20. Selain itu, penulis juga menganalisis spillover kebijakan moneter AS terhadap negara-negara G20. Studi ini menggunakan dataset BIS dan FRED serta menggunakan VAR sebagai metode analisisnya. Selanjutnya, studi ini menemukan bahwa kedua channel tersebut sebagian besar efektif di ekonomi berkembang dan ekonomi maju non-barat, sedangkan tidak efektif di negara-negara barat yang maju, terutama mereka yang telah menerapkan suku bunga rendah untuk jangka waktu yang lama.

Global financial integrations and technology advancements is proven to amplify the transmission of economic policy, including monetary policy. International monetary transmission that is mainly channeled via bank lending and exchange rate channel becoming more crucial to be considered in creating monetary policy. In this paper, author aims to analyze the significance of both channels in the G20. Moreover, author also analyzes the spillover of US monetary policy toward G20 countries. This paper uses BIS and FRED datasets and uses VAR as the method of analysis. Briefly, the study finds that both channels are mostly effective in emerging economies and advanced non-western countries while ineffective in advanced western countries, especially those who already implemented low interest rates for a long period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barger, Harold
Chicago, Ill.: Rand McNally, 1969
332 BAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Riehl, Heinz
New York: McGraw-Hill, 1983
332.4 RIE f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Silvano Bangun
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pembentukan mata uang tunggal di ASEAN-5 dengan meneliti hubungan antara volatilitas nilai tukar dengan variabel optimum currency area (OCA) menggunakan Dollar Singapura sebagai mata uang acuan. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model (ECM) dengan periode penelitian pada tahun 1975-2010. Hasil analisis penelitian ini didasari oeh variabel kriteria OCA membuktikan Dollar Singapura bukan merupakan mata uang acuan yang ideal untuk ASEAN-5, dengan Thailand dan Malaysia merupakan negara yang paling mendekati untuk membentuk mata uang tunggal dengan Singapura. Sedangkan Indonesia dan Filipina belum siap.

The purpose of this research is to analyze the feasibility to form a currency union in ASEAN-5 through the investigation of how well the optimum currency area (OCA) criteria variabels could explain the exchange rate volatility by using Singapore Dollar as an anchor currency. This research uses Error Correction Model (ECM) Method with 1975-2010 research period. Based on OCA criteria, this study results show that Singapore Dollar is not suitable as anchor currency and not all ASEAN-5 countries such as Indonesia and Philipines could form currency union."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>