Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Spenyel, Womsiwor
"Air Bersih merupakan Kebutuhan dasar (Basic Need) yang sangat perlu bagi manusia. Sebagian besar tubuh manusia memperoleh sumbangan paling besar dari air untuk kehidupannya. Terpenuhinya kebutuhan air bersih dapat memberikan kesehatan dasar pada manusia, baik untuk minum, memasak makanan dan keperluan sehari-harinya. Kesehatan manusia ini dapat menunjang kegiatan manusia sebagai pelaku pembangunan.
Kabupaten Daerah Tingkat II Grobogan Jawa Tengah, memang dijuluki sebagai daerah gersang, yang tidak tanpa alasan. Kualitas dan kuantitas air yang belum memadai menyebabkan banyaknya penyakit yang berhubungan dengan hal itu berjangkit. Upaya penanggulangan sering dilak.ukan, namun masih sukar untuk menurunk.an jumlah penderita, bahkan dalam lima tahun terakhir ini, prioritas perhatian terhadap penyakit masyarakat masih cenderung didominasi oleh penyakit yang mempunyai hubungan dengan air yang kurang memadai. Hasil upaya mengurangi berjangkitnya penyakit-penyakit tersebut merupakan upaya memperbaiki komponen penting yang ikut menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu cara yang dapat diperaunakan untuk: menanggulangi berjangkit secara luasnya penyakit tersebut yaitu dengan meningkatkan kuantitas penggunaan air, walaupun segi kualitasnya masih belum memenuhi standar. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian Saunders dan Was-ford pada tahun 1976 dengan hasil yang menunjukkan kemajuan pesat di bidang ini. Oleh karena itu, kualitas air yang nampaknya masih sukar diperbaiki dapat segera ditanggulangi dengan upaya mencapai target kuantitas.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa pencapaian target penyediaan air bersih yang dilaporkan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Grobogan tidak sesuai dengan kenyataan lapangan dan bahwa aspek kelembagaan implementasi merupakan pokok penting yang hasus diperbaiki, sehingga dapat menunjang program air bersih mencapai target riil. Pencapaian target tersebut mendorong perbaikan derajat kesehatan dengan menurunnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kuantitas dan kualitas air yang tidak memadai. Segi kelembagaan merupakan kelemahan dalam implementasi program pembangunan yang dimotori oleh pernerintah dalam upaya mensukseskan program air bersih. Kelemahan penelitian ini ada pada penggunaan teori implementasi yang lebih cenderung bagi model penelitian kasus. Selain itu, kendala paling berat adalah model penelitian survey dengan waktu dan tenaga yang tidak memadai sehingga banyak hal yang nampak, diselesaikan tergesa-gesa.
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan seperti: Komunikasi, Sumberdaya, Sikap/Watak dan Struktur Dirokrasi dalam kelembagaan implementasi program dapat memberikan sumbangan besar untuk perbaikan program, terutama pencapaian target kuantitas secara riil. Kelemahan kelembagaan pada faktor-faktor tersebut merupakan salah satu kunci pokok upaya mencapai target kuantitas air bersih yang dapat mendorong perbaikan kualitas harus benar terwujud dalam implementasi program air bersih. Dengan wujud nyata kelembagaan impiementasi yang baik dalam program-program pembangunan, maka sekaligus proses Administrasi Negara dapat menyentuh bidang kesehatan sebagai bagian pelayanan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jahluddin
"Berbagai upaya yang dilakukan terhadap terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, adalah merupakan salah satu hal penting yang bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi justru merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh komponen bangsa Indonesia. Adapun salah satu elemen guna dapat diwujudkannya keinginan tersebut, sangat banyak berkaitan dengan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui ketersediaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman secara cukup dan memadai. Sebagai salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan masyarakat, peran program penyediaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman yang dilakukan oleh pemerintah beserta sebagian lembaga non pemerintah ini, akan berimplikasi luas terhadap terciptanya peningkatan taraf kesejahteraan bagi masyarakat miskin yang masih banyak tinggal dan hidup diwilayah perdesaan. Hal ini dikaitkan gala dengan orientasi dari program tersebut yang bersifat bantuan dengan tidak mengharapkan perolehan keuntungan secara finansial seperti yang dilakukan oleh PDAM.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui akan perbedaan yang nyata antara masyarakat desa yang telah memperoleh program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman dengan masyarakat desa yang belum memperoleh program tersebut, serta dampaknya terhadap tingkat ketahanan daerah Kabupaten Bima, maka pembuktiannya dilakukan melalui studi dengan memilih sekitar 80 (delapan puluh) responden yang ada di delapan desa dari empat kecamatan di wilayah Kabupaten Bima. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa suplai air bersih yang cukup serta tersedianya sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman yang memadai, telah banyak membantu masyarakat di sebagian wilayah Kabupaten Bima pada upaya untuk hidup dalam tatanan standar kesehatan yang semestinya. Selain itu, program ini juga merupakan salah satu dari sekian program yang ikut memberikan kontribusi terhadap terciptanya kesejahteraan masyarakat di wilayah perdesaan Kabupaten Bima.Dampak lain terhadap dilaksanakannya program ini secara tidak langsung, adalah selain berkaitan dengan menurunya angka tingkat kematian bayi yang berusia dibawah lima tahun (balita), juga adanya penurunan dari perseteruan/pertentangan antara warga masyarakat yang salah satunya disebabkan oleh karena perebutan sumber mata air yang ada. Oleh sebab itu, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman yang dilaksanakan selama ini, merupakan salah satu unsur penting untuk ikut serta menciptakan ketahanan daerah Kabupaten Bima.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricka Widardoe
"Kabupaten Maros terletak persis di samping Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Maros sebesar 1,3 persen per tahun, luas daerahnya sebesar 1.619,09 km2 dan populasi sebanyak 299.662 orang. Apabila tingkat pertumbuhan 1,3 persen per tahun dipertahankan, maka jumlah populasi penduduk akan mencapai sebanyak 325.150 orang pada tahun 2013. PDAM Kabupaten Maros saat ini hanya beroperasi dengan kapasitas produksi 130 lps dari dua permukaan air utama yaitu sungai dan terowongan irigasi yang berfungsi sebagai sumber air. Sumber daya air yang utama adalah sungai Bantimurung, air tersebut dikelola oleh WTP Bantimurung yang terletak 2 km dari sungai yang menghasilkan 80 lps air bersih atau 61,5 persen dari total produksi.
Kendala yang dihadapi pada pemanfaatan air baku di Kabupaten Maros sebagai air bersih adalah investasi yang tinggi, sementara potensi sumber air baku di wilayah ini cukup banyak dan belum dimanfaatkan, sebagaimana pada sumber air Panttontongan yang juga berlokasi di Kecamatan Bantimurung. Dalam proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta, untuk penyediaan air bersih di Kabupaten Maros memerlukan investasi dana sebesar Rp.115 milliar, dengan pembiayaan konsultan untuk melakukan pra studi kelayakan sebesar USD 215.960 dan akan didanai melalui Infrastructure Reform Sector Development Project (IRSDP) dibawah item Project Development Facility (PDF) kategori 1B. Adanya proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta untuk penyediaan air bersih di Kabupaten Maros, penulis menyadari bahwa adanya risiko dalam pembangunan proyek tersebut. Sehingga, diperlukan studi analisis risiko yaitu kuantitas air dan tarif air dengan menggunakan kondisi risiko terburuk dan terbaik yang nantinya diolah dengan scenario anaysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29701
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunasrun
"Sektor air minum dan sanitasi merupakan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Penyediaan air minum dan sanitasi yang baik akan memberi dampak pada peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan masyarakat dan peningkatan produktivitas masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melalui pelaksanaan Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Program Pamsimas di Kabupaten Padang Pariaman pada Tahun 2010 telah dilaksanakan pada 12 korong/desa, dimana untuk pengelolaan infrastruktur yang telah dibangun tersebut telah dibentuk Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja BPSPAMS dalam mengelola aset infrastruktur air bersih perdesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey melalui kuisioner kepada responden secara langsung kemudian selanjutnya dianalisis menggunakan analisis faktor. Sampel diambil dari 12 desa penerima Program Pamsimas tahun 2010 dibedakan berdasarkan teknologi yang digunakan serta sistem layanan air bersih yang diterapkan. Variabel-variabel yang diteliti berdasarkan aspek pengukuran kinerja sektor publik yaitu aspek masukan, aspek proses, aspek keluaran, aspek hasil, aspek manfaat, dan aspek dampak. Dari 35 variabel awal berdasarkan persepsi masyarakat melalui hasil jawaban kuisioner dengan menggunakan analisis faktor berhasil direduksi menjadi 19 variabel yang menggambarkan kinerja BPSPAMS. Dari analisis faktor kinerja tersebut diperoleh skor BPSPAMS di Kabupaten Padang Pariaman dengan tiga tingkatan, yaitu BPSPAMS yang tidak berkembang dengan prosentase skor kurang dari 48%, BPSPAMS kurang berkembang prosentase skor 48% s/d 74,5% serta BPSPAMS yang berkembang dengan prosentase skor lebih dari 74,5%.

Water supply and sanitation is a public service that has strong links to poverty alleviation. Water supply and sanitation will have an impact on improving the quality of the environment, public health and public productivity improvement. One of the government's efforts is through the implementation of the National Programme for Water Supply and Sanitation Community-Based (Pamsimas). Program Pamsimas in Padang Pariaman district in year 2010 was held on 12th surroundings / village, where for the management of the infrastructure that has been built has been formed Management Agency for Water Supply and Sanitation (BPSPAMS). This study aims to determine the factors that affect performance in managing infrastructure assets BPSPAMS water village. The method used in this study is a survey method through questionnaires to the respondents directly then further analyzed using factor analysis. Samples were taken from 12 villages in 2010 Pamsimas Program recipients are distinguished based on the technology used and the water service system is applied. Variables studied based on aspects of public sector performance measurement is the input aspects, aspects of the process, the output aspect, the aspect of the results, the benefit aspects, and aspects of the impact. From the initial 35 variables based on the perception of the public through the answers to the questionnaire using factor analysis successfully reduced to 19 variables that describe the performance BPSPAMS. From the analysis of performance factors obtained scores in the district of Padang Pariaman BPSPAMS with three levels, namely BPSPAMS were not developed with a percentage score of less than 48%, less developed BPSPAMS percentage score of 48% - 74.5% and growing BPSPAMS percentage score more than 74.5%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2103
T33027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milasari Herdiana Putri
"Amonia yang berasal dari limbah dan terkandung dalam lingkungan perairan dapat membahayakan kesehatan manusia dan merusak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas kombinasi proses ozonasi dan membran terhadap penghilangan ammonia dari air limbah. Kelebihan kontaktor membran dibandingkan kontaktor konvensional seperti kolom absorber adalah luas permukaan kontaknya yang jauh lebih besar. Kelemahannya adalah adanya tahanan perpindahan massa tambahan di fasa membran selain di fasa cair, dibandingkan dengan kolom absorber konvensional yang hanya memiliki tahanan perpindahan di fasa cair. Penggunaan proses lanjutan dengan ozonasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan pemisahan ammonia dari air limbah. Ada dua hal yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: (1) Studi perpindahan massa pemisahan ammonia dari air limbah melalui kontaktor membran serat berongga menggunakan pelarut bahan alam, dan dilanjutkan dengan proses ozonasi; dan (2) Studi hidrodinamika pelarut tersebut di dalam kontaktor membran serat berlubang dan ozonator.

Ammonia from waste contained in aquatic environment may lead human health and damage environment. This research analyzes the effectiveness of combination between ozonation and membrane process the removal of ammonia from wastewater. The advantages membrane contactors rather than conventional contactors such as column absorber is the surface of area contact much larger. The weakness is the presence of resistance in additional mass transfer in membrane phase based in the liquid phase, as compared with conventional absorber column that only has custody transfer in liquid phase. The use of advanced ozonation process is a way to improve the separation of ammonia from wastewater. Two things that will be examined in this research are: (1) Study of mass transfer in the separation of ammonia from wastewater through hollow fiber membrane contactors using a solvent of natural materials, continued with ozonation process; and (2) study the hydrodynamics of solvent in membrane contactors hollow fiber and ozonator. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aryanti Sukarmanto
"ABSTRAK
Penjernihan Air Sungai Lahan Gambut Menggunakan Karbon Aktif Gambut. Di daerah lahan gambut seperti Riau dan Kalimantan masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Air sungai tersebut berwarna kuning kecoklatan karena terlarutnya senyawa humat dari gambut.
Pengolahan air secara klorinasi menyebabkan residu humat membentuk trihalometana yang bersifat karsinogenik. Dapat pula digunakan metode adsorpsi dengan karbon aktif, tetapi harganya mahal. Untuk itu diteliti kemungkinannya membuat karbon aktif dari gambut dan dicoba untuk mengadsorpsi warna air gambut. Pengaktifan karbon dilakukan dengan cara kimia menggunakan ZnClz dan cara fisika dengan pemanasan pada suhu 800 °C.
Hasil penelitian menunjukkan karbon aktif kimia (KAK) mempunyai daya adsorpsi lebih baik daripada karbon aktif fisik (KAF). Daya serap optimum karbon aktif di peroleh pada kondisi pH 5, waktu kontak 1,5-2 jam dengan dosis 20 gll, menghasilkan penurunan kadar warna sebesar 94,6%dari 709,46 TCU menjadi 38,01 TCU dan kadar organik sebagai bilangan KMnO4 sebesar 91,5%dari 152,5 mg/l menjadi 9,5 mg/l. Kondisi air demikian telah memenuhi baku mutu air bersih (PERMENKES No. 416/MENKES/PERAX/1990)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lendrawati
"ABSTRAK
Flotasi merupakan salah satu proses pemisahan, dan telah banyak diaplikasikan dalam industri logam, non logam dan proses pengolahan maupun pemurnian air. Penelitian mengenai flotasi dan aplikasinya telah banyak dilakukan dalam skala laboratorium untuk selanjutnya dapat dipakai dalam skala industri.
Penelitian ini mencoba memanfaaatkan fiotasi guna menurunkan warna air sungai lahan gambut agar Iayak konsumsi. Logam yang digunakan yaitu Ca dan Mg. Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama adalah mengetahui apakah flotasi dapat digunakan untuk menurunkan kadar warna air gambut, dengan menentukan kondisi optimum flotasi larutan kompleks logam-humat yaitu, pH dengan variasi 5, 6, 7, 8, 9 dan konsentrasi surfaktan dengan variasi konsentrasi dodesilamin; 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 ppm. Tahap kedua adalah menerapkan flotasi dalam kondisi optimum untuk menurunkan warna air gambut Sungai Dumal, Riau. Sebelum masuk tahap pertama, harus ditentukan dulu berat molekul rata-rata asam humat dan perbandingan stoikiometri logam-humat. Pada fIotsi sampel, dilakukan variasi konsentrasi logam dan variasi berat kapur tohor. Parameter air yang diukur adalah kadar wama, kekeruhan, kadar logam, DHL, pH, bilangan KMn04, dan kesadahan. Parameter tersebut diukur sebelum dan sesudah flotasi.
Berat molekul rata-rata asam humat ditentukan dengan menggunakan viscometer ostwald dan data menunjukkan bahwa asam humat yang dipakai pada penelitian mi memiliki berat moekuI sebesar 109.406 g/mol. Perbandingan
stoikiometri Ca: Humat sekitar 55: 1 sedangkan Mg : Humat sekitar 36: 1. Flotasi Ca-Humat dapat berjalan secara optimum pada pH 6 dan [dodesilamin] = 50 ppm
dengan penurunan warna ±89% sedangkan untuk flotasi Mg-Humat, pH 7 dan [dodesilamin] = 40 ppm dengan penurunan warna ±92%. Flotasi sampel air gambut
Sungai Dumai dengan menambahkan logam sebesar 10 ppm dapat menurunkan kadar warna ±96% (flotasi dalam kondisi optimum Ca-Humat) dan ±81% (flotasi dalam kondisi optimum Mg-Humat). Flotasi dengan menggunakan kapur tohor
sebanyak 0,20 g untuk 250 ml sampel, menghasilkan penurunan warna sebesar ±95%.
Selain mempengaruhi kadar warna, flotasi juga mempengaruhi parameter air lainnya yaitu DHL, kekeruhan, kadar logam, kesadahan, dan bilangan KMn04. Diantara parameter tersebut, bilangan KMn04 air hasil flotasi belum memenuhi standar baku mutu air minum."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Azzahrah Putri
"Sebagai negara yang memiliki sumberdaya air yang melimpah, Indonesia perlu menggunakan konsep Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management) dalam mengelola sumberdaya air. Berawal dari berbagai hasil konferensi yang melibatkan berbagai negara dunia yang ikut serta dalam menyelenggarakan konferensi tersebut dan membahas poin-poin terkait dengan pengelolaan sumberdaya air, kemudian diadopsi oleh Indonesia dengan diterbitkannya Peraturan Undang-Undang yang menyesuaikan kondisi Indonesia dan sumberdayanya. Tercatat bahwa Indonesia mengalami beberapa kali perubahan terkait pengaturan air, seperti misalnya dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air. Akan tetapi, seriring dengan berjalannya waktu, dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, berbagai anggapan dan permasalahan timbul sehingga peraturan tersebut dinilai tidak lagi sesuai dengan amanat dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam implementasi dari konsep tersebut, terdapat hal-hal yang menjadi kendala atau permasalahan dalam mengelola sumberdaya air sehingga konsep Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu ini tidak berjalan sebagaimana maksud dan tujuan awal. Oleh karena itu, perlu adanya pembaharuan terkait Peraturan Undang-Undang dan berbagai peraturan sejenisnya yang mengatur secara komprehensif terkait dengan sistem Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu yang diterapkan di Indonesia agar hasil atau tujuan akhir dalam konsep ini dapat tercapai dengan hasil yang lebih optimal, dikarenakan dalam hal ini air memegang peranan penting dalam perekonomian serta kesejahteraan rakyat dalam skala nasional.

As a country that has abundant water resources, Indonesia needs to use the concept of Integrated Water Resources Management in managing water resources. Starting from the results of various conferences involving various world countries that participated in holding the conference and discussing points related to water resource management, Indonesia was later adopted by the issuance of laws and regulations that adapted the conditions of Indonesia and its resources. It is noted that Indonesia has undergone several changes related to water regulation, for example with the enactment of Law no. 11 of 1974 concerning Irrigation, Law no. 7 of 2004, and Law no. 17 of 2019 concerning Water Resources. However, over time, with the issuance of the law, various assumptions and problems arise so that the regulation is considered no longer in accordance with the mandate of Article 33 of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. In the implementation of the concept, there are things -Things that become obstacles or problems in managing water resources so that the concept of Integrated Water Resources Management does not work as intended and intended initially. Therefore, there is a need for reforms related to laws and regulations and various similar regulations that comprehensively regulate the Integrated Water Resources Management system implemented in Indonesia so that the final results or goals in this concept can be achieved with more optimal results, because in terms of in this case, water plays an important role in the economy and people's welfare on a national scale."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samantha Juliana
"Desorpsi oksigen menggunakan kontaktor membran serat berongga polivinil klorida dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan kontaktor membran berdasarkan studi perpindahan massa dan hidrodinamika, serta menganalisis struktur morfologi membran PVC dan kesesuaiannya untuk desorpsi oksigen. Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan air pada selongsong, sedangkan udara vakum dalam serat, dengan memvariasikan laju alir air (1-5,25 liter/menit) dan jumlah serat (50, 60, 70 serat). Berdasarkan studi perpindahan massa diperoleh fluks oksigen sebesar 0,037 – 0,15 g/m2.h, koefisien perpindahan massa sebesar 1,118x10-6 m/s – 4,311x10-6 m/s, dengan korelasi Sh=(0,0015φ2-0,0319φ+0,338)Re(0,0014φ2-0,0499φ+1,086). Parameter performa perpindahan massa, kLa mencapai 0,00124 s-1 (tiga kali lebih besar dari kontaktor konvensional). Berdasarkan studi hidrodinamika, friksi terbesar mencapai 40 kali lebih besar dibandingkan friksi pipa halus, dengan korelasi f=(10,645φ2-216,1φ+1125,9)Re(-0,0086φ2+0,145φ-1,176). Berdasarkan uji FESEM, membran PVC memiliki struktur permukaan selimut yang kompak yang menghasilkan stabilitas mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik serta memiliki banyak pori yang meminimalkan tahanan perpindahan massa.

Oxygen desorption with PVC hollow fiber membrane contactor is done in this research. The purpose of this research is to evaluate application of membrane contactor based on mass transfer and hydrodynamic study and to analyze structure of PVC membrane and its compatibility to desorp oxygen. This research applied by flowing water in shell side, while gas in lumen side is vacuumed by varying water flow rate (1-5.25 litre/min) and number of fibers (50, 60, 70 fibers). According to mass transfer study, oxygen flux achieved is 0,037 – 40,15 g/m2.h, mass transfer coefficient achieved is 1,118x10-6 m/s – 4,311x10-6 m/s, with correlation of Sh=(0.0015φ2-0.0319φ+0.338)Re(0.0014φ2-0.0499φ+1.086). Mass transfer performance’s parameter, kLa reaches 0.00124 s-1 (three times higher than conventional contactor). According to hydrodynamic study, the largest friction is 40 times higher than friction in smooth pipe, with correlation of f=(10.645φ2-216.1φ+1125.9)Re(-0.0086φ2+0.145φ-1.176). From FESEM test, PVC membrane has compact structure which leads to better mechanic stability and resistance toward fouling and high-pore structure which decreases mass transfer resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>