Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147048 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelson-Jones, Richard
Jakarta: Bumi Aksara, 1996
158.2 NEL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rini Nur Aini
"Dalam teori Psikologi Perkembangan dinyatakan bahwa setiap manusia memiliki tugas-tugas perkembangan dalam hidupnya. Pada masa usia dewasa muda, salah satu tugas perkembangan yang panting adalah membangun hubungan yang intim dengan orang lain (Erikson dalam; Papalia & Olds, [998). Dalam membangun suatu hubungan intim, pencarian pasangan merupakan hal yang tidak terpisahkan di dalamnya. Umumnya perempuan cenderung memilih pasangan laki-laki yang memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih mapan sebagai pasangan ideal. Sebalikuya, laki-laki cenderung memilih perempuan yang berusia lehih muda dan memiliki daya tarik fisik yang lebih sebagai pasangan ideal (Peplau, 1983; dalam Tumor & Helms, l995).
Namun kenyataannya, preferensi seorang perempuan dewasa muda untuk memilih pasangan laki-laki yang berusia lebih muda bukanlah hal yang aneh lagi pada kehidupan saat ini. Meskipun mendapat pro dan kontra dari lingkungan terdekat, terutama keluarga dan masyarakat luas, terbukti bahwa jumlah pasangan perempuan dengan laki-laki berusia lebih muda se makin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan adanya pengalaman khusus yang menyertai mereka, khususnya bagi perempuan dewasa muda, baik pada masa pra pacaran maupun masa pacaran yang sedang dijalani.
Jika ditinjau secara teori, beberapa tokoh yang mengemukakan bahwa hubungan pacaran yang demikian cenderung rentan terhadap konflik, baik konflik yang berkaitan dengan faktor intenal (masalah di antara pasaingan) maupun konflik yang berkaitan dengan faktor eksternal (melibatkan orang di luar pasangan). Namun dengan semakin banyaknya perempuan dewasa muda yang menjatuhkan pilihan mereka pada pasangan yang berusia lebih muda, maka mungkin saja konflik-konflik tersebut menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi suatu hubungan yang menyenangkan dan langgeng hingga ke jenjang pernigkahan, Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan studi lebih jauh mengenai hubungan pacaran ini. Hal khusus yang ingin diteliti oleh penulis adalah mengenai gambaran konsep pacaran dan pengalaman berpacaran (terdiri dari alasan untuk berpacaran, konflik yang dihadapi, tanggapan orang tua dan significant athers keuntungan dan kerugian, dan perencanaan dalam kehidupan mendatang) dilihat dari sudut pandang perempuan dewasa muda. Penulis tertarik untuk memperoleh informasi dari sudut pandang perempuan, berkaitan dengan adanya pendapat bahwa perempuan cenderung memilih pasangan pria yang lua dan lebih mapan.
Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain teori mengenai hubungan pacaran (delinisi dan konsep. alasan dan tujuan. tahapan, faktor yang mempengaruhi proses menuju hubungan pacaran, dan konflik-konflik yang dialami), perempuan dewasa muda, dan keterkaitan semua aspck tersebut.
Penulis menggunakan metode kualitatif dalam upaya memperoleh data. Hal ini dikarenakan konsep hubungan pacaran dan pengalaman berpacaran tidak terlepas pada penghayatan masing-masing individu, sehingga menjadikan mereka unik dan tidak dapat digeneralisasikan. Lewat pendekatan kualitatif juga, penulis dapat memahami hal-hal yang diteliti sebagaimana penghayatan individu yang bersangkutan. Penelitian kualitatif mengungkapkan data dari perspektif subyek yang diteliti, berusaha memahami gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan si pelaku atau melalui sudut pandang subyek penelitian (Dooley, dalam Poerwandari, 1998). Dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara sebagai teknik utama dalam memperoleh informasi dari subyek yang bersangkutan.
Untuk membantu menggali hal-hal khusus tersebut secara lebih jelas dan menangkap kompleksitas dari penghayatan tersebut secara utuh, penulis menggunakan tes kepribadian sebagai salah satu alat diagnostik tambahan dalam memperoleh data. Tes yang dipilih penulis adalah Thematic Appercepzion Test (TAT) sebagai salah satu tes kepribadian yang bersifat proyektif. TAT merupakan teknik untuk menginvestigasi dinamika kepribadian yang terrmanifestasikan dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi bermakna terhadap Iingkungan. Kekuatan TAT terletak pada kemampuannya dalam mencetuskan isi dan dinamika hubungan interpersonal serta pola-pola psikodinamik yang tercakup di dalamnya (Bellalc, 1993).Sementara hubungan pacaran tidak terlepas dari ikatan hubungan interpersonal antara dua orang individu, di mana di dalamnya terkandung pandangan, dorongan, emosi, sentimen, konflik, serta kompleks pribadi. Karenanya, selain menggunakan teknik wawancara untuk menggali hal-hal yang secara sadar diungkapkan oleh subyek, penulis menilai pentingnya melakukan TAT untuk dapat membantu menggali hal-hal yang tidak disadari sehubungan dengan hal-hal yang dapat terukur dari TAT itu sendiri. Kartu-kartu TAT yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 kartu (kartu 4, 6GF, 9GF, 10, dan l3MF).
Subyek penelitian berjumlah 3 orang, dengan rentang usia sekitar 30 sampai 31 tahun, yang memiliki latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial yang berbeda satu sama lain. Kriteria yang dibatasi oleh penulis adalah subyek beradapada rentang usia dewasa muda (20-40 tahun) dan memiliki pasangan minimal 5 tahun lebih muda darinya.
Dalam hasilnya, ditemukan bahwa ketiga subyek memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap konsep pacaran maupun pengalaman berpacaran yang mereka alami. Dari sekian karakteristik mengenai konsep pacaran yang mereka kemukakan, dua diantaranya sama-sama menyebutkan pacaran sebagai proses menuju pemikahan dan pacar mendapatkan prioritas utama dibandingkan dengan teman dan 0rang-orang lainnya. Meskipun demikian, pernikahan tersebut bukanlah merupakan sesuatu hal yang bersifat urgent untuk dilakukan, sehingga dua di antara tiga subyek saat ini belum juga memikirkan mengenai pernikahan secara serius dengan pasangan mereka masing-masing.
Dalam hal alasan, ketiga subyek pun memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dua dari tiga subyek sama-sama mengalami konflik yang cukup besar, berkaitan dengan pihak eksternal, yakni ketidaksetujuan orang tua mereka dan juga orang tua pasangan terhadap hubungan yang sedang jalan saat ini. Rupanya konflik ini cukup mempengaruhi kepuasan mereka terhadap hubungan yang mereka jalin. Hal ini bisa dibandingkan dengan seorang subyek lainnya, yang mendapat dukungan penuh dari kedua pihak keluarga, bahwa ia memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih besar. Namun konflik dengan pasangan dan konflik internal pun kerap mewamai kehidupan berpacaran mereka, meskipun ketiganya memiliki rentang keparahan yang berbeda-beda, serta pola penyelesaian konflik yang berbcda-beda pula. Keuntungan dan kerugian juga dirasakan oleh ketiga subyek secara unik dan subyektif. Mengenai perencanaan ke depan, satu orang subyek sudah memiliki kemantapan sehingga berani untuk memutuskan akan menjalani kehidupan pernikahan lewat pertunangan yang telah dilakukan beberapa waktu silam. Sementara dua subyek lainnya, yang masih dihadapkan seputar konflik dengan keluarga, masih mcrasa ragu untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Bahkan salah seorang diantaranya berpikir untuk mencari pasangan lain yang lebih mapan sesuai dengan harapan kedua orang luanya.
Penggunaan TAT sebagai alat bantu sekundar dalam penelitian ternyata dapat memperkaya penemuan, karena TAT terbukti mampu memberikan gambaran mengenai subyek secara lebih mendalam dan dapat membantu penulis dalam memahami subyek secara lebih utuh dari sekedar yang diperoleh dalam anamnesa. Pengalaman serta penghayatan subyek, khususnya yang bersifat tidak sadar, terhadap hubungan pacaran yang tidak terungkap dalam anamnesa ternyata terproyeksikan melalui TAT, Kelengkapan informasi yang diperoleh melalui TAT meliputi stmktur serta dorongan atau kebutuhan tidak sadar dari subyek, konflik yang sedang dialami serta bagaimana subyek mempersepsikan dan berelasi dengan orang lain serta lingkungannya.
Sebagai bahan diskusi, ditemukan bahwa ternyata tingkat kepuasan hubungan seorang perempuan dewasa muda sangatlah dipengaruhi oleh tanggapan orang tua mereka ataupun orang tua pasangan. Selain itu ketiga subyek ternyata tidak sedikitpun mempermasalahkan mengenai kondisi finansial pasangan pasangan mereka yang cenderung lebih rendah dari mereka. Hal ini dipahami oleh mereka secara baik dan penuh rasa maklum, sehingga masalah keuangan tidak terlalu menjadi masalah yang berarti bagi diri mereka-secara pribadi. Selanjutnya ditemukan bahwa kartu 9GF pada TAT terbukti kurang efektif digunakan dalam penelitian ini.
Dari segi teknis, ditemukan kesulitan dalam memperoleh subyek dan adanya pemikiran mengenai pentingnya memperoleh infonnasi dari pihak pasangan agar hasil dapat diperoleh secara menyeluruh dan lengkap. Untuk itu disarankan untuk ikut memasukkan pasangan sebagai significant other yang penting dalam melihat dinamika suatu hubungan pacaran, apapun temanya. Selain itu perlunya melakukan uji coba terlebih dahulu terhadap kartu-kartu TAT yang akan digunakan, agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan secara lebih efektiti Meskipun demikian, secara umum TAT terbukti efektif digunakan dalam penelitian serupa dan sebagai acuan bagi psikolog dalam proses konseling nantinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferona Rahmatya
"Kemiskinan sebagai masalah umum di antara negara-negara di dunia telah melahirkan fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang selama 24 jam sehari menghabiskan waktunya di jalan, berusaha bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Data BPS tahun 2000 menyatakan sekitar 31.000 anak jalanan tersebar di jalan-jalan Jakarta. Secara tidak sadar belajar berperilaku keras dalam usaha mempertahankan hidup. Mereka lupa akan kehangatan dan kasih sayang keluarga, dan tak jarang pula lupa akan jati diri.
Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya seorang biarawati mencoba mengumpulkan beberapa anak jalanan, memberikan rumah sebagai wadah anak-anak tersebut tumbuh kembang menjadi keluarga dan memberikan mereka pendidikan formal dan non formal dengan tujuan agar anak tersebut dapat merasakan kembali hal mereka yang telah hilang dan kelak menjadi mandiri.
Namun hal tersebut tidak mudah. Ratusan anak sudah keluar masuk dari rumah yang diberi nama rumah Kasih Mandiri. Hanya sedikit yang mampu beradaptasi.salah satu penyebab yang dirasakan adalah anak merasa tidak kohesif dengan keluarga barunya. Hal ini dipengaruhi sikap yang terbentuk di jalan yakni curiga dengan pihak baru, sulit berkomunikasi dengan bahasa positif, sulit bersikap saling menghargai dan sering berperilaku agresif untuk menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, dilakukan intervensi dengan tujuan menciptakan anak yang selaras dengan norma YKM dengan salah satu tujuan kegiatan adalah meningkatkan kohesivitas melalui hubungan interpersonal. Menurut FIRO kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh kompatibilitas kebutuhan pada masing-masing anggota kelompok, Ada 3 jenis kebutuhan yakni kebutuhan untuk inklusi, kebutuhan untuk afeksi dan kebutuhan untuk kontrol. Kebutuhan ini akan diwujudkan melalui perilaku yang menginginkan dan yang mengekspresikan. Kelompok dikatakan kompatibel bila masing-masing anggota mendapat kepuasan atas pemenuhan kebutuhannya tersebut. Kegiatan yang dilakukan berupa experiential learning di alam bebas dalam waktu 6 jam. Melibatkan 22 peserta dari YKM yang berusia 16-18 tahun. Kebutuhan dan perilaku diukur melalui kuesioner FIRO-B.
Berdasarkan hasil pretes dan postest diketahui bahwa dalam 6 jam waktu pelatihan ada peningkatan mean terhadap perilaku inklusi (yakni dari 10,45 menjadi 10,82) dan perilaku afeksi (yakni dari 8,64 menjadi 9,14). Ada penurunan mean terhadap perilaku to control (yakni dari 5,64 menjadi 5,59) dan mean yang tetap terhadap perilaku to be control (3,82). Penurunan mean terhadap perilaku to control dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan untuk mengkontrol pada hampir seluruh peserta 71%. Pada saat pelatihan mereka belajar untuk sating berbagi kontrol sehingga perilaku mengkontrol mereka berkurang. Sedangkan bila dibandingkan antar kelompok, ada 1 kelompok yang memiliki peningkatan pada keempat area kebutuhan dan 1 kelompok yang sama sekali tidak ada peningkatan pada keempat area kebutuhan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang mempengaruhi keberhasilan kelompok antara lain ada pembagian peran dalam kelompok yang baik, saling menerima dan mendukung, lalu membuka diri dan memiliki keinginan berkompetisi yang tinggi.

Poverty as major problems around countries in the world has establishing street child phenomena. Street child are children that spend 24 hours everyday in his/her life in the street, trying to make a living. Based on Central Statistic bureau, around 31,000 street children spread along Jakarta's main roads. Unconsciously, they were learning how to behave violence on way to survive. They can't remember about families warm, love and caring, and many of them, especially teenager having diffusion of their identity.
Lot of effort have been made, one of them are there is noun open her heart to gathered few street children, giving place to stay as home, so the children can growing up like other children. Giving them informal and formal education, for their right as a child and preparing them to become more independent.
It is not as simple as it thought. Hundred street children coming and go, but only few of them are able to adapt and living in this house. One of the reason are they are not feeling cohesive with their new family. This influence with the attitude built in the street, which is less trust with other people, lack of positive communications, hard to give respect to other and often give aggressive behavior to solve problems.
Due to that problem interventionist conducting intervention in order to reducing gap between children and YKM related with norms through interpersonal relation. According to FIRO, group cohesiveness influenced by compatibility of members need. There are 3 kind of need, need for inclusion, need for affection and need for control. These needs can be seen by members wanted and expressed behavior. Group compatible if each members satisfying by fulfilled their need.
Experiential learning in outdoor will be use as training method and participated by 22 children from YKM aged 16-18 years old and takes time around 6 hours training. FIRO- B questionnaire will be use to measure differences in need and behavior. Based on pretest and posttest result, there are increasing mean of inclusion behavior (pretest=10,45;posttest =10,82) and affection behavior (pretest=8,64; posttest=9,14). It is different with control. There is decrease mean in behavior to control (pretest-5,64; posttest-5,59) and no difference in mean of to be control behavior (3,82). Decreasing mean to control behavior happened influence by most of all participant have high need to control (71%), During training session they learn how to share control with other members.
Comparison among groups, I group has increased mean for all area and 1 group doesn't have any change in all area. Based on this training, group success influence by good role defined, respect and motivate each other, open self to other members, and having high competition need.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanford, Christine
Jakarta: Arcan, 1994
158.2 SAN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Vidia Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara interpersonal dependency dengan kualitas hubungan romantis pada emerging adulthood. Interpersonal dependency adalah kecenderungan seseorang bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya pada situasi yang memungkinkannya berperilaku mandiri. Kualitas hubungan romantis adalah bagaimana sebuah hubungan romantis dapat memberikan intimasi dan manfaat bagi seseorang. Interpersonal dependency diukur dengan menggunakan Interpersonal Dependency Inventory IDI yang dikembangkan oleh Hirschfeld et. al 1977 . Kualitas hubungan romantis diukur dengan menggunakan Partner Behaviours as Social Context Scale PBSC yang dikembangkan oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck 2010 . Diketahui terdapat hubungan yang tidak signifkan antara interpersonal dependency dengan kualitas hubungan romantis r = 0,094, p = .093.

This research was conducted to find correlation between interpersonal dependency and romantic relationship quality in emerging adulthood. Interpersonal dependency defined as the tendency to rely on other people even in situations where they can do it themselves. Romantic relationship quality defined as how romantic relationship capable in giving intimacy and benefit. Interpersonal dependency was measured using Interpersonal Dependency Inventory IDI made by Hirschfeld et. al 1977 . Romantic relationship quality was measured using Partner Behaviours as Social Context Scale PBSC . There is no significant relationship between interpersonal dependency and romantic relationship quality r 0.094, p .093.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Una Amanda Priharani
2004
S3324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Novi Yanti
"ABSTRAK
Individu yang sedang menjalani hubungan romantis beda agama sering mengalami hambatan untuk melanjutkan hubungan menuju pernikahan di masa depan. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari lingkungan sosial. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dalam hubungan romantis dan dukungan sosial pada pasangan beda agama. Pengambilan data dilakukan secara offline dengan menyebarkan kuesioner hardcopy kepada partisipan dan online dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada partisipan. Partisipan pada penelitian ini adalah 262 individu, terdiri dari 70 laki-laki dan 192 perempuan yang berusia 20-40 tahun dan sedang menjalani hubungan romantis beda agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi masa depan dalam hubungan romantis berhubungan positif dengan dukungan sosial pada pasangan beda agama. Keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya akan didiskusikan lebih lanjut.

ABSTRACT
Individuals who are in interfaith romantic relationships often face obstacles to get married in the future. One of the obstacles is less support from their social network. This study is correlational study and purposed to examine the relationship between future time orientation in romantic relationship and social support on interfaith couple. The data was gathered through offline by sending questionnaire to the participants and online by sending the link of the questionnaire to the participants. Total of participants are 262 individuals, consist of 70 males and 192 females, who are 20–40 years old and currently being in interfaith relationships. The results have shown that there is positive relationship between future time orientation in romantic relationships and social support on interfaith couple. Limitations and suggestions for future research are discussed."
2016
S63267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Putri Anandiva
"Kualitas pertemanan merupakan hal yang paling penting untuk dilihat dalam meneliti mengenai pertemanan anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara keterampilan komunikasi dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas pertemanan dari anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif berdasarkan jenis kelamin. Dalam penelitian ini, keterampilan komunikasi diukur dengan menggunakan alat ukur Social Skills Improvement System SSIS dimensi komunikasi yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliott 2008, sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan alat ukur Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993. Partisipan dari penelitian ini adalah anak berkebutuhan khusus yang berusia antara 7 hingga 12 tahun, hanya memiliki satu jenis kebutuhan khusus, memiliki tingkat gangguan yang tergolong ringan, dan memiliki kemampuan membaca N = 108. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan komunikasi dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan komunikasi dari anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif, semakin tinggi pula kualitas pertemanannya. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif berdasarkan jenis kelamin.

Friendship quality is the most important thing to be seen when studying about friendship of children, including children with special needs. The aim of this study was to examine the relationship between communication skills and friendship quality among children with special needs in inclusive primary school. This study was also aimed to examine the difference of friendship quality of children with special needs in inclusive primary school by gender. In this study, communication skills was measured by the communication dimension of Social Skills Improvement System SSIS Gresham Elliott, 2008, meanwhile friendship quality was measured byFriendship Quality Questionnaire FQQ Parker Asher,1993. Participants of this study consisted of children with special needs aged between 7 and 12 years, only have one type of special needs, have a mild level of disability, and have the ability to read N 108 . This study was a correlational study which was conducted with a quantitative approach. The results of this study showed a significant relationship between communication skills and friendship quality among children with special needs in inclusive primary school r 0.613, p 0.01. This meansthe higher the communication skills of children with special needs, the higher their friendship quality is. The result of this study also showed a significant difference of friendship quality of children with special needs in inclusive primary school by gende."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>