Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11705 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nene, Y. L.
New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co., 1982
632.952 NEN f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Horsfall, James Gordon.
Waltham, Mass.: The Chronica Botanica, 1956
632.952 HOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Horsfall, James Gordon.
Waltham, Mass: Chronica Botanica, 1956
R 632.952 HOR p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Natalia
"Black garlic merupakan olahan bawang putih yang cukup popular. Bila dibandingkan dengan bawang putih segar, black garlic tidak mengeluarkan rasa dan bau yang kuat. Diallil disulfide DADS dan diallil trisulfide DATS merupakan senyawa organosulfur yang memberikan rasa dan bau yang tajam pada bawang putih saat bawang putih dihancurkan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pelarut terbaik untuk mengekstraksi senyawa diallil disulfida dan diallil trisulfida dari bawang putih, serta mengetahui pengaruh lamanya pemanasan terhadap kadar senyawa diallil disulfida dan diallil trisulfida dalam proses pembuatan black garlic dengan suhu 80 C dan kelembapan 75 dalam kurun waktu 0 bulan,1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. Pelarut yang dibandingkan untuk ekstraksi senyawa DADS dan DATS adalah heksan dan etil asetat. Analisis dilakukan dengan menggunakan Kromatografi gas Shimadzu model GC-17A yang dilengkapi detektor ionisasi nyala, kolom kapiler dengan panjang 30 meter, diameter dalam 0,32 mm, film thickness 0,25 m dengan fase diam HP-1. Kondisi optimum untuk dilakukan analisis adalah pada suhu awal kolom 140 C dengan kenaikan suhu 1 C/menit hingga 180 C, suhu injector 200 C, suhu detektor 200 C dan laju alir gas pembawa diatur 0,80 mL/menit. Hasil validasi standar DADS dan DATS dengan konsentrasi 0,5-20 g/mL, diperoleh persamaan garis kurva kalibrasi untuk DADS adalah y = 13068,97x ndash; 3373,62 dengan koefisien korelasi r sebesar 0,9999 dan untuk DATS adalah y = 3194,39x ndash; 307,22 dengan koefisien korelasi r sebesar 0,9999. Nilai LOD dan LOQ senyawa DADS adalah 0,3063 g/mL dan 1,0210 g/mL, dan untuk senyawa DATS adalah 0,1986 g/mL dan 0,6621 g/mL. UPK dan KV yang didapat berturut-turut adalah 98,05-101,76 dan 0,58-1,50 . Hasil pembandingan pelarut menunjukkan bawa etil asetat memberikan hasil yang lebih baik daripada heksan. Rata-rata kadar senyawa DADS yang diperoleh dalam sampel ekstrak black garlic 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan berturut-turut adalah 0,03058, 0,00213, 0,00196 dan 0,00140. Sedangkan rata-rata kadar senyawa DATS yang diperoleh dalam sampel ekstrak black garlic 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan berturut-turut adalah 0,00812, 0,00443, 0,00268 dan 0,00196. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa DADS dan DATS akan mengalami penurunan yang signifikan selama proses pembentukan black garlic, semakin lama waktu pembuatan black garlic maka kandungan DADS dan DATS akan semakin berkurang.

Black garlic is one of the popular product of garlic. Compared to the usual fresh garlic, black garlic doesnt produce a strong smell and taste. Diallyl disulfide DADS and Diallyl trisulfide DATS are organosulfur compounds, that originates the strong smell and taste when a garlic is crushed. This research conducted to know the best solvent to extract both Diallyl disulfide DADS and Diallyl trisulfide DATS compounds that exists in the garlic. This research also conducted to know the influence of heating time to the level of percentages of the Diallyl disulfide DADS and Diallyl trisulfide DATS compounds in the process of making black garlic with the temperature of 80 C and 75 humidity in 0 month, 1 month, 2 months, and 3 months. The solvents that were used to compare the extraction of DADS and DATS are hexane and ethyl acetate. The analysis was done with gas chromatography Shimadzu GC 17A thats equipped with a flame ionization detector, a 30 meter capillary column, with the inside diameter of 0,32 mm, film thickness of 0,25 m with the stationary phase HP 1. The optimum condition for the analysis is at the initial temperature of 140 C with the increase of 1 C minute until the temperature of 180 C, with the temperature of both the injector and detector at 200 C, and with the carrier gas rsquo s flow rate of 0,80 mL minute. Validation of DADS and DATS in the range of concentration 0,5 20 g mL, obtained linearity regression of DADS y 13068,97x ndash 3373,62 with coefficient of correlation r 0,9999 and linearity regression of DATS y 3194,39x ndash 307,22 with coefficient of correlation r 0,9999. The value of LOD and LOQ for DADS were 0,3063 g mL and 1,0210 g mL, and for DATS were 0,1986 g mL and 0,6621 g mL. The obtained result of recovery and CV were 98,05 101,76 and 0,58 1,50 respectively. Ethyl acetate gave a better result as a solvent than hexane. The average DADS rsquo level of percentage for 0 month, 1 month, 2 months, and 3 months from black garlic are 0,03058 , 0,00213 , 0,00196 and 0,00140. As for the average of DATS level of percentage for 0 month, 1 month, 2 months, and 3 months from black garlic are 0,00812, 0,00443, 0,00268 and 0,00196. This results showed that the level of percentage of both the DADS and DATS show a significant decrease in the process of making black garlic. The longer it takes to make the black garlic the lower both the DADS and DATS percentages will be.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Wahjudi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemaparan fungisidabenomil terhadap pembentukan mikronukleus path eritrosit berudu katak lembu(Rana catesbeiana Shaw). Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental,menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan.Perlakuan yang diberikan berupa kontrol negatif 0 ppm, kontrol positif kolkisin 4ppm dan perlakuan fungisida benomil dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppmdan 4 ppm. Setelah 8 hari pemaparan, berudu dikorbankan dengan cara ekorberudu dipotong dan dibuat sediaan olesan darah. Sediaan lalu difiksasi denganmetanol absolut selama 15 menit dan diwarnai dengan pewarna Giemsa dalambufer fosfat pH 6,8 selama 15 memt. Penghitungan mikronukleus dilakukan menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran obyektif 40 x dan okuler 10 x dengan cara scored blind. Data kemudian diuji secara statistik dan ditemukan perbedaan nyata (P <0,05) antara perlakuan benomil 0,5 ppm dengan benomil 4 ppm. Perbedaan sangat nyata (P < 0,01) terdapat antara perlakuan kontrol negative dengan kontrol positif, perlakuan kontrol negatif dengan benomil 2 ppm dan perlakuan kontrol negatif dengan benomil 4 ppm. Dari hasil uji koefisien korelasi Spearman diketahui bahwa tidak ada korelasi antara konsentrasi fungisida benomil yang dipaparkan dengan jumlah mikronukleus yang terbentuk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohdar Syarif
"Bawang putih hitam atau black garlic merupakan hasil fermentasi bawang putih yang didapat melalui pemanasan. Black garlic memiliki efek antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan bawang putih. Diallil disulfida dan diallil trisulfida pada bawang putih memberikan aktivitas biologis dalam perlindungan terhadap kerusakan oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pelarut yang lebih baik antara etil asetat dan heksan untuk ekstraksi diallil disulfida dan diallil trisulfida dalam black garlic serta mengkonfirmasi keberadaan kadar senyawa diallil disulfida dan diallil trisulfida dalam black garlic.
Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas Shimadzu GC-17A dengan kolom DB-5 dan detektor ionisasi nyala pada suhu kolom 140 C dengan kenaikan suhu 1 C/menit hingga 180 C dengan suhu injektor 200 C, suhu detektor 200 C, dan laju alir 0,8 mL/menit.
Hasil validasi standar diallil disulfida dan diallil trisulfida dengan konsentrasi 0,5-20 ppm, diperoleh persamaan garis kurva kalibrasi berturut-turut adalah y = 13068,97x - 3373,62 dan y = 3194,39x - 307,22 dengan koefiesien relasi r sebesar 0,9999 untuk keduanya. Nilai LOD dan LOQ senyawa diallil disulfida adalah 0,3063 ppm dan 1,0210 ppm, untuk senyawa diallil trisulfida sebesar 0,1986 ppm dan 0,6621 ppm. UPK dan KV yand didapat berturut-turut adalah 98,05-101,76 dan 0,58-1,50 . Terdapat tiga sampel black garlic yang berbeda yang dibeli di pasar untuk penelitian ini.
Hasil yang di dapat, pelarut etil asetat lebih baik untuk mengekstraksi diallil disulfida dan diallil trisulfida dalam black garlic dibandingkan dengan heksan. Kadar rata-rata yang dihasilkan pada ekstraksi menggunakan etil asetat untuk diallil disulfida dan diallil trisulfida berturut-turut sebesar 0,0012 dan 0,0009. Sedangkan kadar rata-rata yang dihasilkan pada ekstraksi menggunakan heksan untuk diallil disulfida dan diallil trisulfida berturut-turut sebesar 0,0010 dan 0,0004.
Hasil penetapan kadar diallil disulfida dan diallil trisulfida rata-rata pada black garlic sampel A berturut-turut sebesar 0,0012 dan 0,0009. Pada sampel B kadar diallil disulfida dan diallil trisulfida tidak dapat terdeteksi dan pada sampel C kadar diallil disulfida dan diallil trisulfida rata-rata berturut-turut sebesar 0,0007 dan 0,0013. Pelarut etil asetat lebih baik untuk ekstraksi diallil disulfida dan diallil trisulfida dibandingkan dengan heksan dan senyawa diallil disulfida dan diallil trisulfida terdapat dalam black garlic namun kadarnya sangat rendah.

Black garlic is the result of garlic fermentation obtained through heating. Black garlic has a higher antioxidant effect than garlic. Diallyl disulfide and diallyl trisulfide in garlic provide biological activity in the protection against oxidative damage. This study aims to obtain a better solvent between ethyl acetate and hexane for the extraction of diallyl disulfide and diallyl trisulfide in black garlic and to confirm the presence of diallyl disulfide and diallyl trisulfide compounds in black garlic.
The analysis was performed using Shimadzu GC 17A gas chromatography with DB 5 column and flame ionization detector at column temperature 140 C with temperature rise of 1 C min to 180 C with 200 C injector temperature, detector temperature 200 C, and 0.8 mL min flow rate.
The result of validation of diallyl disulfide and diallyl trisulfide standard with concentration of 0,5 20 ppm, the equation of calibration curve line are y 13068,97x 3373,62 and y 3194,39x 307,22 with relation coefficient of 0,9999 for both. The values of LOD and LOQ of diallyl disulfide compounds were 0,3063 ppm and 1,0210 ppm, for diallyl trisulfide compounds of 0,1986 ppm and 0,6621 ppm. UPK and KV obtained respectively were 98,05 101,76 and 0,58 1,50. There are three different black garlic samples purchased in the market for this study.
As a result, the ethyl acetate solvent is preferable to extract diallyl disulfide and diallyl trisulfide in black garlic compared with hexane. The average content produced on extraction using ethyl acetate for diallyl disulfide and diallyl trisulfide was 0,0012 and 0,0009, respectively. While the average content produced on the extraction using hexane for diallyl disulfide and diallyl trisulfide was 0,0010 and 0,0004, respectively.
The result of determination of diallyl disulphide and diallyl trisulfide content on the black garlic of sample A were 0,0012 and 0,0010, respectively. In sample B the diallyl disulphide and diallyl trisulfide levels cannot be detected and in sample C the diallyl disulfide and diallyl trisulfide levels averaged 0,0007 and 0,0013. The ethyl acetate solvent is preferable for the extraction of diallyl disulfide and diallyl trisulfide compared with hexane and diallyl disulphide and diallyl trisulfide compounds present in black garlic but very low levels.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA3134
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri
"Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan sayuran buah yang memiliki banyak khasiat. Permintaan mentimun meningkat, namun produksi mentimun di Indonesia mengalami penurunan. Pertumbuhan dan produktivitas mentimun dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk N-P-K karena mudah diaplikasikan, mudah diserap oleh tanaman, meningkatkan pertumbuhan, produktivitas, serta menjaga keseimbangan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N-P-K berbeda komposisi yaitu 16-16-16, 09-25-25, 15-09-20 terhadap pertumbuhan dan produktivitas mentimun, serta mengetahui komposisi pupuk N-P-K terbaik bagi pertumbuhan dan produktivitas mentimun. Penelitian terdiri dari kontrol (tanpa pemupukan) dan tiga perlakuan, masing-masing terdiri dari enam ulangan yaitu P1 (NPK 16-16-16); P2 (NPK 09-25-25); P3 (NPK 15-09-20). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disiram setiap tujuh hari sekali. Pemberian pupuk NPK menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan produktivitas mentimun dibandingkan dengan tanaman kontrol (tanpa pemupukan) dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, kadar klorofil daun, jumlah bunga, jumlah buah, waktu berbuah, panjang buah, diameter buah, dan berat buah. Pupuk NPK 16-16-16 merupakan komposisi terbaik untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan NPK 09-25-25 merupakan komposisi terbaik untuk produktivitas mentimun. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai kandungan N, P, K media tanam sebelum dan sesudah penanaman, kandungan organoleptik, dan profil metabolit sekunder buah mentimun yang diberi perlakuan pupuk NPK 16-16-16 dan 09-25-25.

Cucumber (Cucumis sativus L.) is a vegetable that has many benefits. Although the demand for cucumber is increasing, the production of cucumber in Indonesia has decreased. The growth and productivity of cucumbers can be increased by applying N-P-K fertilizer because it is easy to apply, easily absorbed by plants, increases growth, productivity, and it maintains a balance of nitrogen, phosphorus and potassium elements.  The purpose of this study is to determine the effect of N-P-K fertilizer with different compositions, namely 16-16-16, 09-25-25, 15-09-20 on the growth and productivity of cucumbers, and to determine the best N-P-K fertilizer composition for the growth and productivity of cucumber. The study consisted of a control plant (without NPK administration) and three treatments, each consisting of six replications, namely P1 (NPK 16-16-16); P2 (NPK 09-25-25); P3 (NPK 15-09-20). Fertilizer application is done by pouring the liquid fertilizer onto the soil every seven days. Compared to control plants (without fertilization) N-P-K fertilizer application showed an increase in the growth and productivity of cucumbers and significantly affected plant height, number of leaves, leaf chlorophyll content, number of flowers, number of fruits, fruiting time, fruit length, fruit diameter, and fruit weight. NPK 16-16-16 fertilizer is the most suitable composition for cucumber vegetative growth while NPK 09-25-25 fertilizer is the best composition for cucumber productivity. Further studies are needed regarding the N, P, K content of the planting media before and after planting, organoleptic content and profile of secondary metabolites of cucumber treated with NPK 16-16-16 and 09-25-25 fertilizer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Oktaviani
"Terung (Solanum melongena L.) termasuk komoditas hortikultura yang dikonsumsi masyarakat sebagai bahan pangan maupun untuk pengobatan karena kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan. Pupuk N, P, dan K dapat digunakan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman terung sehingga pemanfaatan buah terung dapat ditingkatkan. Penelitian bertujuan untuk menentukan rasio konsentrasi pupuk NPK terbaik, di antara 15:15:15, 20:15:15, 15:20:15, dan 15:15:20 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung (Solanum melongena L.). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rasio N:P:K pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah bunga, dan jumlah bunga yang membentuk buah. Perlakuan dengan rasio N:P:K 15:20:15 memberikan hasil terbaik pada parameter umur berbunga, jumlah bunga, kadar klorofil, dan jumlah bunga yang membentuk buah.

Eggplant (Solanum melongena L.) is a horticultural commodity that are consumed by the community as food and for treatment because of its nutritional content that is beneficial to health. N, P, and K fertilizer can be used to optimize plant cultivation so that the utilization of eggplant can be increased. The aim of the study was to determine the best ratio of NPK fertilizer, among 15:15:15, 20:15:15, 15:20:15, and 15:15:20 on the growth and production of eggplant (Solanum melongena L.). The experimental design used was a randomized block design with four treatments and six replications. The results showed that the difference in the ratio of N:P:K fertilizer had a significant effect on plant height, number of flowers, and number of fruit set from flower. The best NPK ratio is 15:20:15 for flowering age, number of flowers, chlorophyll content, and number of fruit set from flower."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farial Indra
Universitas Indonesia, 1997
S32089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>