Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107384 dokumen yang sesuai dengan query
cover
" Cold recycling is one of technology alternative which can be prefered in selecting the strategy alternative for road rehabilitation project. Learning about the development technology, we also learn about the weaknesses of it. The pavement assessment condition, which sustain heavy traffic load in the road trial, has been identified. In order to evaluate the performance of recycling technology, laboratory testing for material and mixture as well as field observation have been conducted. The evaluations consist of material properties , mixture construction and pavement performance since the the opening traffic until the age of construction in approximately 2 years. The result of laboratory test shows that the mixture strength criteria meet the specification , whereas the field assessment based on functional condition and from structural pavement indicates that pavement performance decreases, this shown by occurring rutting in the some parts of the wheel track. Based from this result , it is predicted that there is a correlation between material, mixture and construction methods and pavement service life. The construction method should be developed in the future to minimize early deterioration. This paper describes about the evaluation result for recycling technology with binder material of a foam bitumen which have been used in road link with heavy traffic load Jatibarang- Palimanan, Pantura, West Java. "
JJJ 26:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Sihono Gabriel
"ABSTRAK
Kualitas sampah kemasan plastik yang rendah menjadi kendala bagi kualitas hasil proses daur ulang mekanikal dan sebaliknya kapasitas produksi daur ulang menjadi pembatas saat bahan baku berlebih. Penciptaan nilai kualitas sampah plastik dengan paradigma perbaikan kualitas sampah diubah dengan paradigma konservasi nilai material melalui rancangan kemasan ramah daur ulang dan kepedulian pemangku kepentingan. Peningkatan jumlah bahan baku berkualitas tinggi diantisipasi dengan kehadiran sistem manufaktur terintegrasi berbasis wilayah dengan dukungan pemangku kepentingan dan komunitas. Skema pengembangan sistem manufaktur terintegrasi di sembilan kota di Jawa Barat berpotensi meningkatkan pemanfaatan sampah kemasan plastik kaku hingga tersisa hanya 6% di tahun 2025 dengan volume produksi 270 ton bijih plastik hasil daur ulang berkualitas tinggi setiap hari. Pengusahaan yang layak secara finansial dan ekonomi serta membantu pengurangan sampah plastik yang tidak terkelola ini memerlukan dukungan regulasi serta penerapannya secara konsisten dan berkelanjutan. Serangkaian rencana implementasi program dan jadwal pelaksanaannya diajukan dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Low quality of plastic waste is a constraint of mechanical recycling product quality, while limitation of capacity is a counter-productive within a surplus of higher quality raw materials. Quality value creation with plastic waste quality improvement paradigm should be shifted to material value conservation paradigm through design for recycling of plastic packaging and awareness of its stakeholders. Surplus of higher quality of plastic waste anticipated with integrated manufacturing systems for a region and stakeholders as well as community awareness. A development scheme of this system for nine cities in West Java will increase rigid plastic waste utilization with only 6% unmanaged waste in 2025 and produce 270 metric tons/day of high quality recycled plastic pellets. Viability of business both in financial as well as economic measures and its role in unmanaged waste reduction need a proper regulation with a consistent and sustainable implementation. A set of program implementation plans as well as its time schedule proposed in this research."
Depok: 2015
D2048
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Technology of recycling can be implemented in the road maintenance program such as road rehablilitation or betterment project...."
JJJ 26 (1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primetta Tatiana
"Skid resistance (kekesatan jalan) merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan permukaan perkerasan jalan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan RCA terhadap nilai skid resistance campuran aspal panas spesifikasi AC-WC dengan material utama RAP. Dilakukan dua jenis penguian skid, yaitu skid standar dan immersion. Pengujian dilakukan dengan variasi suhu 26℃, 30℃, 35℃, 40℃, 45℃, dan 50℃ menggunakan alat British Pendulum Tester (BPT). Hasil pengujian Marshall menunjukkan kadar aspal terbaik untuk campuran dengan RCA sebesar 9% dan tanpa RCA sebesar 8,5%. Hasil pengujian skid resistance menunjukkan terjadi penurunan nilai skid number (SN) dengan kenaikan suhu pengujian. Hasil pengujian skid immersion menunjukkan nilai SN yang lebih rendah dibandingkan hasil pengujian skid standar. Penambahan RCA tidak meningkatkan nilai SN campuran aspal dengan material utama RAP, namun mampu meningkatkan nilai SN campuran aspal dengan material utama agregat baru (NA).

Skid resistance is one of the parameters used to evaluate the safety of the road pavement surface. This study was conducted to evaluate the effect of adding RCA to the skid resistance value of hot mix asphalt mixture with AC-WC specifications with RAP as the main material. Two types of skid testing were performed, namely standard skid and immersion. Tests were carried out with variations in temperature 26℃, 30℃, 35℃, 40℃, 45℃, and 50℃ using the British Pendulum Tester (BPT). Marshall test results show that the best asphalt content for a mixture with RCA is 9% and without RCA is 8.5%. The results of the skid resistance test show that there is a decrease in the value of the skid number (SN) with an increase in the test temperature. The skid immersion test results show a lower SN value than the standard skid test results. The addition of RCA did not increase the SN value of the asphalt mixture with RAP as the main material, but it was able to increase the SN value of the asphalt mixture with the natural aggregate (NA) as the main material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defiana Darmastuti
"Timbulan sampah di Tempat Rekreasi terus meningkat akibat pertambahan jumlah pengunjung wisata yang semakin meningkat setiap tahunnya. Ancol merupakan tempat rekreasi yang telah memiliki Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu TPST sebagai upaya mengurangi timbulan sampah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi daur ulang serta alur perjalanan material sampah daur ulang di TPST Ancol. Untuk pemerolehan data dapat dilakukan dengan pemilahan sampah sesuai SNI 19-3964-1994, wawancara serta survey lapangan. Dari pelaksaan penelitian diperoleh recovery rate berdasarkan literatur US EPA, 1994 adalah 89,94 , dan untuk nilai recycling rate berdasarkan literatur US EPA, 1994 adalah 20,17 walaupun nilai recycling rate dari penjualan material daur ulang mencapai 5,89. Keuntungan ekonomi yang diperoleh setiap harinya adalah Rp 131.900,- namun tidak termasuk keuntungan kompos. Perjalanan material daur ulang sampah, dimulai dari TPST Ancol, lapak besar, dan indsutri daur ulang. Residu sampah yang diperoleh di TPST Ancol, terdiri dari popok bayi, pembalut, tekstil, sterefoam, plastik kemasan, tisu, debu, kayu, serta ayakan kompos. Sedangkan upaya peningkatan daur ulang adalah dari segi kinerja TPST Ancol, pelaku daur ulang dan kualitas sampah yang dijual. Melalui nilai recycling rate eksisting menunjukkan TPST Ancol belum optimum mencapai nilai recycling rate yang seharusnya bisa diperoleh, sehingga pencapaiaan nilai ekonomi belum maksimum.

Solid waste generation amusement park continues to increase due to the increasing number of visitors are increasing every year. Ancol is a recreation place that has owned Material Recovery Facility MRF as an effort to reduce solid waste generation. This research was conducted to find out recycling rate with recycling of recycle waste material at Ancol s MRF. To obtain data can be done by sorting waste according to SNI 19 3964 1994, interview and observation. From the research, the recovery rate based on US EPA literature, 1994 was 89,94 , and for the recycling rate based on US EPA literature, 1994 was 20,17 although the recycling rate of recycled material sales reached 5,89. Economic profit earned per day is Rp 131.900, but excludes compost benefits. Flow of waste recycling materials, starting from Ancol s MRF, large stalls, and recycling industries. The waste residue obtained at the Ancol s MRF, consisting of baby diapers, bandages, textiles, sterefoam, plastic packaging, tissue, dust, wood, and compost sieve. While efforts to increase recycling is from the aspect of performance of Ancol TPST, recycling agents and quality of waste sold. Through the existing recycling rate, the Ancol TPST is not yet optimum to reach the recycling rate that should be obtained, so that the economic value is also not maximized.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaharuddin
"ABSTRAK
Penelitian ini untuk membuktikan bahwa kuat rekat geser braket daur ulang secara pengasahan lebih baik dari pada braket daur ulang secara pembakaran. Hal ini didasarkan atas perbedaan perekatan antara braket dan bahan perekat. Daur ulang secara pengasahan berikatan kimia sedangkan perekatan pada daur ulang secara pembakaran berikatan secara mekanis. Digunakan 22 sampel yang terdiri dari braket purna pakai yang harus memenuhi kriteria tertentu, dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing secara pengasahan dan secara pembakaran. Analisis data dilakukan dengan uji-t. Hasil pengukuran setelah daur ulang memperlihatkan bahwa kuat rekat geser braket daur ulang secara pengasahan dan secara pembakaran tidak berbeda bermakna dengan t = 0,482 (P>0,05). Sedangkan nilai sebelum daur ulang memperlihatkan bahwa kelompok A dan kelompok D juga tidak berbeda bermakna dimana t = 0,927 (P> 0,05).
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidi Duma
"Pada saat ini beton siap pakai (ready mix) sedang marak digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, namun pada penerapannya sering terjadi kelebihan supply dan sisanya terkadang dibuang di sembarang tempat, sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah dan merusak keseimbangan ekosistem. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah mendaur ulang limbah beton. Namun, pemanfaatan limbah sebagai agregat daur ulang tersebut perlu dikaji lebih mendalam, dengan melakukan pengujian secara eksperimental dan analisis terhadap karakteristik yang dimiliki. Metoda dan prosedur pelaksanaan pengujian agregat daur ulang tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM.
Beton dibuat dengan agregat alam maupun campuran antara agregat alam dan agregat daur ulang dengan komposisi tertentu. Kekuatan beton yang akan dipakai adalah 25 MPa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap kuat lentur pada umur 28 hari dan susut selama 56 hari.
Berdasarkan hasil studi eksperimental, agregat daur ulang mengandung mortar. Kandungan mortar tersebut mengakibatkan absorpsi agregat menjadi lebih besar, lebih poros atau berpori, sehingga kekerasannya berkurang. Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan.
Persentase penurunan kuat lentur beton agregat daur ulang dengan komposisi 25 % agregat kasar daur ulang dan 0 % agregat halus daur ulang adalah 1.26 %, sedangkan beton agregat daur ulang dengan komposisi 0 % agregat kasar daur ulang dan 25 % agregat halus daur ulang adalah 6.33 %. Ini menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan persentase 25 % lebih baik dari pada penggunaan agregat halus daur ulang dengan persentase 25 % untuk pengujian kuat lentur beton. Pada pengujian susut, nilai persentase pertambahan susut beton agregat daur ulang dengan komposisi 0 % agregat kasar daur ulang dan 25 % agregat halus daur ulang adalah 10.53 %, sedangkan dengan komposisi 25 % agregat kasar daur ulang dan 0 % agregat halus daur ulang adalah 5.26%. Ini menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan persentase 25 % lebih baik dari pada penggunaan agregat halus daur ulang dengan persentase 25 % untuk pengujian susut.

Now ready mix is very well known to make construction of building, but the usage often more supply that throw in anywhere, so it will decrease the fertilizer of soil and destroy the ecosystem. To against that, the solution is to recycled aggregate. We need research chemical properties of the materials and then to be analyzed to understand the difference between natural and recycled aggregates. The method and procedure for testing of the recycled aggregate materials are in accordance with the ASTM standard.
Concretes are made from normal aggregate and mix both normal and recycled aggregate. Concrete strength is 25 MPa. After that, test of flexural strength in 28th day old and shrinkage during 56 days.
Based on the experimental works, recycled aggregates contain mortar. The existence of mortar content in recycled aggregates affects to the accretion of absorption of aggregate, more porous, less hardness. Some of the difference of qualities, physical and chemical properties of recycled aggregates cause the difference of properties of the resulted concrete materials. The difference properties consist of the reduction of flexural strength and increase of shrinkage.
The reduction of percentage recycled aggregate concrete of composition 25 % coarse recycled aggregate and 0 % fine recycled aggregate was 1.26 %, while recycled aggregate concrete of composition 0 % coarse recycled aggregate and 25 % fine recycled aggregate was 6.33 %. This indicate that usage recycled coarse aggregate was prefer than recycled fine aggregate for flexural strength. For shrinkage, percentage accretion value of composition 0 % coarse recycled aggregate and 25 % fine recycled aggregate was 10.53 %, while 25 % coarse recycled aggregate with 0 % fine recycled aggregate was 5.26%. This indicate that usage of coarse aggregate of recycle with percentage 25 % was better the than usage of fine aggregate of recycle with percentage 25 % for the examination of length change.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.01.08.21 Dum s
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Novieta Handayani
"BPPT telah mengembangkan suatu konsep pengelolaan sampah terpadu, yang mengkombinasikan berbagai teknik pemanfaatan dan pemusnahan sampah, seperti daur ulang plastik dan kertas, pengkomposan, serta insinerasi. Konsep ini disebut dengan konsep Zero Waste. Pada tahun 2000 yang lalu, Dinas Kebersihan DKI Jakarta bekerja sama dengan Direktorat Teknologi Lingkungan BPPT menerapkan konsep Zero Waste yang berskala kawasan permukiman dalam bentuk Industri Kecil Daur Ulang (IKDU). Proyek percontohan IKDU tersebut berlokasi di Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat dan di Kelurahan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Proyek ini berlangsung selama 1 tahun anggaran dan berakhir pada bulan Juli tahun 2001.
Penelitian ini meliputi pengkajian secara deskriptif kualitatif terhadap proyek percontohan IKDU tahun 2000-2001. Berdasarkan hasil kajian tersebut, dilakukan perencanaan untuk menerapkan IKDU sebagai model pengelolaan sampah permukiman yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Membuat rancangan strategis (skenario) penerapan IKDU; 2) Mengetahui keterlibatan stakeholders (pihak yang terkait dengan IKDU); serta 3) Mengetahui kendala/masalah yang diperkirakan dapat menghambat implementasi skenario dan langkah-langkah (kebijakan) yang diperlukan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats) dan Proses Hirarki Analitik (PHA).
Penelitian diiaksanakan menurut tahapan berikut ini: Langkah pertama, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pilot project IKDU. Langkah kedua, melakukan analisis SWOT terhadap pilot project IKDU berdasarkan hasil dari Langkah 1. Langkah ketiga, melakukan proses perencanaan dengan menggunakan AHP. Langkah terakhir, mengajukan usulan penerapan IKDU.
Analisis SWOT terhadap pilot project IKDU menghasilkan 4 (empat set) strategi untuk implementasi IKDU. Untuk selanjutnya strategi tersebut menjadi skenario penerapan IKDU. Pertama, Skenario Agresif yang menekankan pada upaya-upaya penelitian-pengembangan untuk mencari inovasi dalam bidang daur ulang sampah, peningkatan kapasitas olah sampah, serta upaya pencarian terobosan baru untuk memperluas pasar. Kedua, Skenario Berbatik menekankan pada upaya-upaya untuk penyederhanaan metode proses dan lebih bersifat padat karya, pemanfaatan TPS sebagai lokasi IKDU, penerapan dan pengembangan pola kemitraan, serta upaya pengembangan program-program pendukung IKDU. Ketiga, Skenario Diversifikasi menekankan pada upayaupaya untuk pelibatan masyarakat sedini mungkin dalam pendirian IKDU, serta peningkatan kualitas dan diversifikasi produk daur ulang. Keempat, Skenario Defensif menekankan pada upaya-upaya untuk melakukan pengembangan model-model komunikasi untuk keperluan sosialisasi, pengurangan birokrasi, peningkatan kemampuan dan keahiian sumberdaya manusia dari setiap pihak terkait, serta upaya menyiapkan kebijakan tertulis yang dapat mendukung penerapan IKDU.
Hasil proses perencanaan ke depan (forward planning) dengan menggunakan PHA menunjukkan bahwa Pemda DKI Jakarta dan Masyarakat Sasaran adalah stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan yang sama (0,354) terhadap keberadaan IKDU. Pemda melihat IKDU dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah sampah di DKI Jakarta, sedangkan dari sisi Masyarakat IKDU dapat meningkatkan kualitas lingkungan mereka secara langsung. Hal ini sesuai dengan Perda DKI Jakarta no. 5 tahun 1988 yang menyebutkan bahwa kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama Pemda dan masyarakat. Setelah Pemda dan Masyarakat, pihak yang berkepentingan dengan penerapan IKDU adalah Swasta (0,161) sebagai pihak yang akan menerima produk IKDU. Selain Masyarakat, Swasta lah yang akan langsung berhubungan dengan IKDU. Tenaga Ahli tidak secara langsung berkepentingan dengan penerapan IKDU, oleh karena itu semua stakeholders cenderung menilai tingkat kepentingannya dalam IKDU adalah yang terkecil (0,131).
IKDU diharapkan dapat menjadi sistem pengelolaan sampah permukiman yang berkelanjutan. Untuk itu, IKDU harus dapat memenuhi kriteria-kriteria Iingkungan, ekonomi, teknis, dan sosial. Dari keempat kriteria tersebut, ternyata pemenuhan kriteria Iingkungan (environmentally beneficial) menjadi fokus pertimbangan stakeholders yang utama. Setelah itu barn disusul dengan pemenuhan kriteria ekonomi (economically feasible), sosial (socially acceptable), dan yang terakhir, kriteria teknis (technically viable). Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam rangka pencapai tujuan utama yaitu implementasi IKDU sebagai altematif pengelolaan sampah permukiman yang berkelanjutan, maka stakeholders cenderung memprioritaskan tiga (3) sasaran utama yang ingin dicapai, yaitu sasaran pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA, kontinuitas pasar bagi produk/hasil IKDU, dan perolehan profit dari penjualan produk IKDU.
Untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dimaksud, semua stakeholders cenderung mengutamakan Skenario Berbalik (prioritas pertama), karena sifatnya yang sederhana akan mempermudah proses penerapan IKDU. Skenario Diversifikasi dan Skenario Agresif cenderung dinilai berimbang oleh stakeholders, sehingga menjadi prioritas kedua. Prioritas ketiga adalah Skenario Defensif.
Menurut responden (yang notabene adalah stakeholders), masalah utama yang dianggap dapat menghambat pelaksanaan skenario penerapan IKDU adalah lemahnya komitmen setiap pihak yang terkait dengan IKDU, sikap masyarakat yang cenderung bersifat negatif terhadap IKDU, rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang terkait dengan IKDU, dan keterbatasan modal. Selain keempat masalah tersebut, kesulitan akses informasi hasil litbang dan ego sektoral, adalah hal-hal yang juga dapat menjadi kendala IKDU.
Pemda DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi leading agent dalam program implentasi IKDU ini. dengan sendirinya, Pemda DKI Jakarta merupakan pihak yang paling diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala. Seluruh stakeholders cenderung menilai bahwa Masyarakat juga hares lebih berperan untuk mengatasi kendala yang ada dan tidak hanya bergantung pada Pemerintah. Tenaga Ahli diharapkan membantu (mendukung) Pemda dan Masyarakat untuk ikut mengatasi kendala-kendala yang muncul. Peran Swasta untuk mengatasi kendala cenderung dinilai yang paling kecil pleb stakeholders, kecuali untuk mengatasi masalah modal.
Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, semua stakeholders cenderung memillh kebijakan-kebijakan berikut ini; kebijakan yang pertama adalah sosialisasi awal mengenai IKDU kepada masyarakat sasaran. Kebijakan yang kedua adalah mengeluarkan berbagai peraturan resmi yang berkaitan dengan penerapan konsep Zero Waste (termasuk IKDU) dan mengintensifkan berbagai saluran komunikasi untuk kepentingan sosialisasi secara luas. Kebijakan ketiga yang dianggap penting oleh stakeholders adalah peningkatan kuantitas (frekuensi pengadaannya) dan kualitas program-program reduce, reuse, recycle (3R). Kebijakan penting yang keempat adalah mempermudah akses publik ke hasilhasil penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan daur ulang.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1) Skenario yang menekankan pada upaya-upaya untuk penyederhanaan metode proses dan lebih bersifat padat karya, pemanfaatan TP5 sebagai lokasi IKDU, penerapan dan pengembangan pola kernitraan, serta upaya pengembangan program-program pendukung IKDU (Skenario Berbalik), adalah skenario yang diprioritaskan oleh stakeholders; 2) Pemda DKI Jakarta dan Masyarakat Sasaran memiliki tingkat kepentingan yang sama terhadap IKDU; 3) Kendala utama program penerapan IKDU adalah lemahnya komitmen setiap pihak yang terkait dengan IKDU, sedangkan kebijakan utama bagi penerapan IKDU adalah sosialisasi awal IKDU kepada masyarakat sasaran.
Adapun saran dari penelitian ini adalah: 1) Sosialisasi pada level masyarakat sasaran harus menjadi prioritas pertama dari pemrakarsa IKDU; 2) Dewan Kelurahan atau Lembaga Masyarakat Kelurahan dapat difungsikan pula sebagai pengelola IKDU; 3) Peraturan tentang IKDU dapat mengikat komitmen dari seluruh pihak terkait (stakeholders); 4) Perlu adanya penelitian tersendiri mengenai karateristik pasar daur ulang akan memberikan proyeksi yang lebih balk bagi prospek IKDU di mass depan, baik sebagai usaha daur ulang maupun sebagai model pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Small Scale Recycling Industry: An Alternative for Solid Waste Management in Settlement (Policy Study on Implementation of District Scale Zero Waste Approach in DKI Jakarta)BPPT (Agency of Technological research and Implementation) has developed an integrated solid waste management concept named Zero Waste approach, which integrates various types of solid waste management such as recycling (papers and plastics), composting, and incineration. In 2000, Dinas Kebersihan (Cleansing Department) DKI Jakarta in cooperation with BPPT implemented a district scale Zero Waste approach into the form of small scale recycling industry (SSRI). The pilot projects were located in two sub districts, which were Kelurahan Cempaka Puith, Central Jakarta and Kelurahan Pondok Kelapa, East Jakarta. The project lasted for one year and was officially ended in July 2001.
This investigation covered a descriptive-qualitative study on SSRI pilot project during the year of 2000-2001. A planning to implement SRI as sustainable solid waste management in settlement was then made based on the result of study. Objectives of this research were: 1) to propose strategic plans (scenario) for implementing SSRI; 2) to analyze role and involvement of stakeholders; 3) to analyze constraints of scenario and policies required to overcome constraints. This research was a descriptive one and data analysis was conducted using SWOT analysis and Analytical Hierarchy Process methods.
The investigation was conducted in four steps. Step one: evaluating SSRI pilot project. Step two: SWOT analyzing on the execution of SSRI pilot project. Step three: conducting planning process using AHP method. Step four: proposing SSRI implementation scheme.
SWOT analysis on the SSRI pilot project resulted strategic plan for implementing SSRI in settlement, which comprises of four sets of scenario. Firstly, Aggressive Scenario focuses on research activities in order to gain innovation of solid waste recycle, increasing SSRI's capacity of process, and making efforts for expanding market for SSRI's product. Secondly, Turn-around Scenario focuses on simplifying methods of process into labor intensive ones, promoting TPS (Collection Sites) as SSRI's site, developing partnership for SRI, developing programs that may support SSRI. Thirdly, Diversionary Scenario focuses on community involvement in decision making process, diversifying products and increasing quality of products. Fourthly, Defensive Scenario focuses on developing communication models for socialization, decreasing bureaucracy, improving human skills and knowledge of every stakeholder, providing legal framework concerning implementation of SSRI.
Results of forward planning process using the AHP indicating that both Pemda DKI Jakarta (Provincial Government of DKI Jakarta) and Target Community have the same level of interest (0,354) with the existence of SSRI. From Pemda's point of view, the existence of SSRI may be a workable solution to solid waste problems whereas from Target Community point of view, SSRI may directly increase the quality of their surrounding environment. Perda DKI Jakarta (Regional Regulation) no. 5 year 1988 states that cleaner environment is of both Pemda and Community' responsible. Private Sector is the next party having interest in SSRI (0,161) as it receives products of SSRI. The whole stakeholders tend to asses Experts as having the least interest in SSRI (0,131).
SSRI should meet four criterions, which are environmentally beneficial, economically feasible, technically viable, and socially acceptable, in order to be a sustainable solid waste management system. The fulfillment of environmentally beneficial criterion turns out to be the stakeholders' primary focus of consideration. Economical feasibility and social acceptability are then of stakeholders' consideration, followed by and technical viability of SSRI. Based on those considerations, stakeholders tend to prioritize three (3) main objectives which are diminishing of waste to be transported to TPA (final disposal site) , market continuity for SSRI's products, and profit taking from selling of SSRI's products. According to stakeholders, Turn-around Scenario should be given most priority due to its simple nature may ease the process of implementing SSRI. Diversionary and Defensive Scenarios tend to have balanced values and thus given the second priority. Whilst Defensive Scenario is of the last priority.
Stakeholders find that the main constraints to the four scenarios are consecutively commitment of every related party, resistance (negative attitude) towards SSRI from given community, the low quality of human resource, and lack of investments. Lack of access to results of research activities and sectoral ego may also hinder the implementation of SSRI.
Pemda DKI Jakarta is highly expected to be a leading agent in SSRI program. That makes it being most expected to have the capability in overcoming all constraints. But instead of just relying on the government (Pemda), Target Community is also expected to play a more significant role in coping with the constraints. Experts are expected to cooperate with Pemda and Community. The role of Private Sector in coping with constraints is the smallest except in providing investments.
In order to overcome constraints, stakeholders tend to propose the following policies. The first one is conducting public consultation to host community (community which would host the SRI). Policies considered to be the second important ones according to stakeholders are structuring of regulations accommodating the implementation of Zero Waste Approach, as well as of SRI, and intensifying the use of communication channels (both mass media and interpersonal networks) in order to extent socialization. Consecutively are the third and fourth policies; increase quality as well as quantity of 3R's dissemination programs, and facilitate public access to results of research related with recycle (3R).
Conclusion drawn from this study are: 1) Scenario that focuses on simplifying methods of process into labor intensive ones, promoting TPS (Collection Sites) as SSRI's site, developing partnership for SRI, developing programs that may support SSRI, becomes stakeholders' priority; 2) Pemda DKI Jakarta and Target Community hold the same level of interest in IKDU; 3) The main constraint of implementation of IKDU is commitment of every related parties, and the most needed policy is to conduct public consultation to the host community. Suggestions asserted from this research are: 1) An early public consultation to host community should be the utmost priority of the proponents; 2) Council of sub district (Dewan Kelurahan) or Organization of Sub district Community (Lembaga Masyarakat Kelurahan) may be involved in the management of SSRI; 3) Regulations regarding SSRI may bind the commitments of all related parties; 4) There is a need of thorough research on market characteristics of recycled and recyclable materials. The result may provide a better projection on SSR1 as a recycle business and as a sustainable solid waste management.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 2447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Hapsari Priyono
"Masalah mengenai sampah plastik di wilayah perkotaan Indonesia sudah semakin memburuk, dilihat dari jumlah serta dampak buruknya bagi lingkungan. Salah satu cara yang sederhana dan relatif ekonomis untuk mengelola sampah plastik adalah dengan melakukan daur ulang mekanikal. Namun pada prakteknya, sampah kemasan plastik berwujud lembaran yang didaur ulang masih sangat minim, dan belum terkelola dengan baik. Penelitian ini meninjau masalah tersebut dari sisi stakeholder yang memiliki pengaruh besar pada sistem rantai proses material plastik. Penelitian ini mengidentifikasi peran-peran stratejik stakeholder, serta menatanya menjadi sebuah kerangka kerja berdasarkan pendapat para pakar dengan menggunakan metode Interpretive Structural Modeling ISM.

The problem of plastic waste in urban Indonesia is getting worse, measured by its number and bad impact to the environment. One simple and relatively economical way to manage plastic waste is to perform mechanical recycling. However, the number of plastic film packaging waste recycled is still very low, and has not been well managed. This study reviewed the problems from the stakeholders point of view who have big influence on the system of plastic material process chain. This study identified the strategic roles of stakeholders, and assemble them into a framework based on experts opinion using the Interpretive Structural Modeling ISM."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S67768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>