Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alit Djajasoebrata
Netherland Pepin Press 1999,
791.53 Dja s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alit Djajasoebrata
Amsterdam: The Pepin Press, 1999
R 791.53 ALI s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Aditama Nugroho
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang peranan kesenian wayang, terutama wayang kulit sebagai alat dalam membawa pesan-pesan Orde Baru pada tahun 1969-1984. Pada masa Orde Baru, sektor-sektor penting seperti pertanian dan sosial menduduki prioritas yang tinggi. Dalam hal ini, Soeharto sebagai Presiden dan manusia jawa melihat satu kesempatan yaitu kesenian wayang yang dapat dijadikan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah. Sifat kesenian wayang yang pragmatis dan peran dalang sendiri yang sudah dianggap sebagai tokoh di masyarakat membuat kesenian ini sebagai satu objek yang menjanjikan dalam menyampaikan program-program pembangunan. Di bawah Departemen Penerangan, kesenian wayang mendapatkan pengawasan sekaligus bantuan atas perintah langsung dari Soeharto. Dimulai dari REPELITA I hingga Repelita III mendapat peran besar dalam menyampaikan program-program pemerintah seperti Keluarga Berencana, P4 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Pembangunan Ekonomi, Pertanian, Bersih Desa, dan lain sebagainya. Bagian isi Skripsi ini dibagi kedalam dua bab. Pertama, menjelaskan mengapa kesenian wayang digunakan sebagai salah satu media penyampaian pesan-pesan Orde Baru. Kedua, menjelaskan penggunaan dan pelaksanaan digunakannya kesenian wayang sebagai media/alat pembawa pesan-pesan Orde Baru. Penyampaian pesan-pesan dilakukan dalam lakon dan adegan tertentu, tergantung dari ki dalang sendiri dalam sebagai katalisator. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah dan kaidah penulisan ilmiah dengan sumber-sumber primer dokumen sejarah, surat kabar, wawancara, dll. serta sumber sekunder buku, jurnal, majalah, dll.

ABSTRACT
This thesis discusses about the role of wayang art, especially wayang kulit as a tool in bringing the New Order messages from 1969 to 1984. During the New Order period, important sectors such as agriculture and social have high priority. In this case, Suharto as President and Javanese man saw an opportunity that is puppet art that can be used as an extension of the government. The pragmatic nature of puppet art and the role of puppeteer himself who has been regarded as a figure in society makes this art as a promising object in conveying development programs. Under the Ministry of Information, puppet art received both oversight and assistance on the direct orders of Suharto. Starting from REPELITA Five Year Plan I to REPELITA III, it has a big role in delivering government programs such as Family Planning KB, P4 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Economy Development, Agriculture, Clean Village, and so forth. The content of this thesis is divided into two chapters. First, explains why wayang art is used as one of the mediums of delivering New Order messages. Second, explains the use and implementation of the art of wayang as a medium messenger of New Order messages. Submission of messages is done in certain plays and scenes, depending on the master 39 s dalang own mastermind as a catalyst. This thesis uses historical research methods and scientific writing rules with primary sources historical documents, newspapers, interviews, etc. as well as secondary sources books, journals, magazines, etc. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jogjakarta: Antareja Search, 1928
899.222 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Groenendael, Victoria M. Clara van
Holland : Foris Publications, 1987
R 016.791 53 GRO w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiyat
Jakarta: Culture Improvement Project, ICTB, 2002
R 791.3 Muj a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mrazek, Jan
Leiden: KITLV Press, 2005
791.539 589 MRA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Sweeney
Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia, 1972
791.5 SWE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadi Fajar Himawan
"ABSTRACT
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan penahbisan praktik guyon saru (gurauan tidak senonoh) dalam arena pertunjukan wayang kulit purwa. Pertunjukan wayang kulit purwa, sebagai salah satu sebagai instrumen penyampaian gagasan alternatif terhadap isu kontemporer, secara paralel telah menormalisasikan  praktik humor yang cenderung melecehkan perempuan. Kajian terdahulu menyatakan bahwa humor jamak digunakan dalam seni pertunjukan Indonesia sebagai penyaluran gagasan alternatif terhadap isu sosial-politik, inovasi pertunjukan, dan sarana pelembagaan/perlawanan terhadap norma berbasis gender. Pesindhen (perempuan penyanyi solo dalam pertunjukan wayang kulit purwa) mengalami objektifikasi seksual dan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan eksistensi profesinya. Skripsi ini berargumen bahwa guyon saru merupakan praktik yang ditahbiskan (consecrated) oleh beberapa aktor dalam arena pertunjukan, termasuk pesindhen, untuk mempertahankan modal ekonomi, sosial, simbolik, dan kultural mereka. Penahbisan guyon saru dalam arena pertunjukan dilatari oleh habitus pengarusutamaan audiens dalam arena. Penahbisan tersebut dikontestasi oleh para aktor lain, termasuk  pesindhen, yang menyingkapi guyon saru sebagai praktik yang tidak sesuai dengan habitus para aktor sebagai orang jawa. Kajian ini menggunakan kerangka teori medan produksi budaya oleh Bourdieu, pendekatan kualitatif, dan studi kasus pada arena pertunjukan wayang kulit purwa di DKI Jakarta.

ABSTRACT
This study aims to explain the consecration of the practice of guyon saru (indecent jokes/gurauan tidak senonoh) in the field of javanese shadow puppet theater (pertunjukan wayang kulit purwa). Javanese shadow puppet theater, as one of the media of alternative ideas towards  contemporary social issues, had normalized the practice of humor which tends to harass women. Previous studies state that humor had been used in Indonesian performing arts as a media of alternative ideas towards socio-political issues, performance innovations, and instrument to institutionalize/resist the gender-based norms. Pesindhen (female solo singer in the javanese shadow puppet theater) experienced sexual objectification and made various efforts to maintain the existence of their profession. This study argues that guyon saru is a practice which has been consecrated by several actors in the field of the javanese shadow puppet theater, including pesindhen, to maintain their economic, social, symbolic and cultural capital. The consecration of guyon saru in the field is based on the habitus of mainstreaming the audience in the field. The consecration has been contested by other actors, including pesindhen, whose revealed guyon saru  as a practice that was not in accordance with the habitus of actors as javanese people (orang jawa). This research uses the field of cultural production theory by Pierre Bourdieu as researchs framework, qualitative approaches, and the field of javanese shadow puppet theater in Jakarta as the case study."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Sweeney
Kuala Lumpur: University Kebangsaan Malaysia, 1972
791.5 SWE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>