Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This research was conducted in green house and soil laboratory, faculty of agriculture, Andalas University. The research aim to study the effect of lime addition in acid soil to chemical characteristic of soil and dry weigth of green manure crops. The experimental with completely Randomized Design for factorial 7x2 were used . The first factor was green manure crops, consists of seven levels (Caliandra tetragona, Flemingia congesta, gliricidia sepium, Leucaena leucocephala, Leucaena glauca, Sesbania rostrata, sesbania sesban) and second factor was lime addition, consists of two levels (Without of lime and 1x Al-dd). The result of research indicates that : (1) The liming can increase pH value from very acid (pH 4,45) to slighly acid (pH 5,60), decrease Al-dd content from 2,61 cmol/kg to 1,12 cmol/kg (57,09%), decrease Al saturation from 74,78 % to 49,12% (34,31 %); (2) The highest dry weight at cutting I was Sesbania sesban with liming 1 x Al - dd (26,39 g/pot); cutting II was Gliricidia sepium with liming (24,40 g/pot); cutting III was Giricidia sepium with liming (17,90 g/pot), and cutting IV was Flemingia congesta with liming (29,66 g/pot)."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This research aims to study the effect of lime addition in acid soil to chemical characteristic of soil and dry weight of green manure crops. The experiment with completely randomized design for factional 7x2 was used. The first factor was green manure crops consisting of seven level and the second factor was lime addition consisting of two levels. Result shows that the liming can increase pH value from very acid to slightly acid, decrease Al-dd content, decrease Al saturation."
LIN 3:5 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Josiana Nethania
"Peningkatan kebutuhan pangan yang diproduksi secara berkelanjutan terhambat oleh keterbatasan lahan subur. Perluasan lahan pertanian dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan marginal yang dicirikan dengan pH masam, defisiensi unsur P, Ca, dan Mo, serta toksisitas Al dan Mn. Amelioran tanah masam yang biasa digunakan oleh petani adalah dolomit. Eco-enzyme merupakan cairan hasil fermentasi sisa buah dan sayur yang berfungsi sebagai pupuk organik dan berpotensi dapat meningkatkan pH tanah. Terung ungu (Solanum melongena L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura penting di Indonesia yang tumbuh pada tanah sedikit masam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah eco-enzyme dapat berfungsi sebagai amelioran tanah masam serta konsentrasi optimal untuk meningkatkan pH tanah, mengetahui dampak eco-enzyme pada pertumbuhan tanaman S. melongena, dan membandingkan kemampuan eco-enzyme dan dolomit sebagai amelioran. Penelitian meliputi tahap pembuatan eco-enzyme buah, sayur dan campuran dan pengencerannya menghasilkan tiga konsentrasi yang berbeda, penanaman dan pengamatan pertumbuhan terung, serta analisis tanah. Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi parameter vegetatif dan generatif, serta parameter lingkungan. Eco-enzyme dapat berfungsi sebagai amelioran tanah masam, terlihat dari semua perlakuan eco-enzyme telah berhasil menaikkan pH tanah secara nyata (P < 0,05). Aplikasi eco-enzyme memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman S. melongena, terlihat dari tinggi tanaman, berat, jumlah bunga, serta umur berbunga yang berbeda secara nyata (P < 0,05) terhadap kontrol. Eco-enzyme memiliki kemampuan sebagai amelioran sama baiknya dengan dolomit karena dapat mempertahankan pH tanah pada nilai yang sama, dan bahkan lebih baik dari dolomit karena menaikkan pH tanah menjadi lebih tinggi.

The increasing demand for sustainable food production is impacted by the limited availability of fertile ground. Agricultural land expansion into utilizing marginal land with acidic soil, P, Ca, and Mo deficiency, as well as Al and Mn toxicity is a possible alternative. Dolomitic lime is a common soil ameliorant. Eco-enzyme is the liquid product from the fermentation of fruit and vegetable waste that serves as an organic fertilizer and potentially could raise soil pH. Eggplant (Solanum melongena L.), one of the most important crops in Indonesia, can grow on slightly acidic soil. The aim of this research is to determine whether eco-enzyme could ameliorate acidic soil and its optimum concentration in doing so, to determine the effect of eco-enzyme on the growth of S. melongena, and to compare the ability of eco-enzyme and lime in raising soil pH. This research began with fruit, vegetable and mixed eco-enzyme production and its subsequent dilution into three concentrations, followed by eggplant planting and observation, and lastly soil analysis. Vegetative and generative growth traits as well as environmental parameters are measured. Eco-enzyme raised soil pH significantly (P < 0.05) compared to the control. Eco-enzyme application had a positive effect on eggplant growth as observed in the significant (P < 0.05) increase of plant height, weight, number of flowers, and earlier age of flowering. Eco-enzyme had a similar effect as lime on soil pH as their pH were not significantly different and some eco-enzyme treatments resulted in higher pH than soil treated with lime."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasam Syamsudin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
TA3286
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Yuliana
"Dalam seni ekologis, materialitas objek-objek alam dihadirkan sebagai representasi hubungan manusia dan multispesies non-manusia. Dalam karya seni kontemporer yang partisipatif, Jatiwangi art Factory memaknai ulang tanah yang menjadi elemen penting bagi masyarakat Jatiwangi, Jawa Barat, yang dikenal sebagai penghasil genteng sejak 1905. Penelitian ini berlatar di Jatiwangi dan Kassel, Jerman—lokasi di mana peneliti terlibat dalam sebuah karya seni ekologis berjudul New Rural Agenda, sebuah konferensi performatif yang menghadirkan representasi human dan non-human untuk membicarakan agenda baru pedesaan, yang dipresentasikan di Documenta Fifteen, sebuah perhelatan penting bagi seni kontemporer dunia. Penelitian ini menggunakan metode autoetnografi, di mana peneliti melakukan refleksi dan analisis pengalaman ketubuhan “mengalami tanah” yang tersituasikan, dan menggunakan paradigma materiality turn dalam kajian Antropologi. Penelitian ini ingin menarasikan dan mengurai proses terbentuknya materialitas baru dan memori kolektif akan “tanah” dan multispesies lainnya dari mengalami “peristiwa seni” dari sudut pandang seniman.

In ecological art, the materiality of natural objects is involved as a representation of the relationship between humans and non-human multispecies. In contemporary participatory works of art, Jatiwangi art Factory reinterprets land as an essential element for the people of Jatiwangi, West Java, who have been known as tile producers since 1905. This research is set in Jatiwangi and Kassel, Germany, where researchers are involved in a work of ecological art entitled New Rural Agenda. This performative conference presents human and non-human representations to discuss the new rural agenda presented at Documenta Fifteen, a historical event for contemporary world art. This thesis research uses the autoethnography method, in which the researcher reflects and analyzes the bodily experience of "experiencing Tanah" on situated and views it from the paradigm of materiality turn in Anthropology studies. This research aims to narrate and describe the process of forming new materiality and collective memory of "Tanah" and other multispecies from experiencing art performance from the artist's point of view."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Christady Hardiyatmo
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013
631.4 HAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Heinrich Karl Simon P.B
"Inleiding
Indien er een wetenschap is waarbij zich in elk stadium van Naar ontwikkeling nieuwe problemen voordoen, dan is het de Grondmechanica. Voor een deel is dit toe te schrijven aan de omstandigheid dat de Grondmechanica een nog jonge wetenschap is, zodat vele theorian snel verouderen en door betere vervangen worden, terwijl oak de onderzoekingsmethoden voor velerlei verbetering vatbaar zijn. Anderdeels blijkt in de Grondmechanica steeds duidelijker, dat de problemen veel gecompliceerder zijn dan de eerste kennismaking zou doen verrnoeden. Men heeft hier imtners te maken met grand, die te alien tijde ten minste uit twee en gewoonlijk uit drie phasen bestaat een vaste phase ("korrels") een vioeibare phase met de daarin opgeloste stoffen (?water") en een gasvormig bpstanddeel (? lucht"). De eerste en grote stap in de goede richting werd gedaan, toen men de in een grondmassa werkende korrel-, water-, en luchtspanningen scherp van elkaar ging onderscheiden. Bij kleimineralen hebben we bovendien nog te maken met het zogenaamde gebonden waterhuidje, een electrische dubbellaag.
Een deel hiervan gedraagt zich min of nicer als de vaste phase en kan bijvoorbeeld schuifkrachten overbrengen. Het .buitenste gedeelte moet echter weer tot de vloeibare phase warden gerekend, welke geen schuifkrachten kan opnemen. Hiertussen kunnen alle mogelijke overgangsvormen aanwezig zijn. Het is deze electrische dubbellaag waaraan de meeste specifieke kleieigenschappen kunnen warden toegeschreven.
Door deze gecompliceerdheid van de grondmassa wordt het moeilijk haar uiteindelijk gedrag te bepalen, daar dit gedrag de resultante is van de zeer vele reacties die mogelijk zijn tussen de minerale deeltjes, het water (vrij, geheel of gedeeltelijk gebonden) en de lucht, ongeacht nog de niet constante invloeden van buiten af. Wat eenvoudig scheen. blijkt steeds moei]ijker te doorgronden. Dit geldt zeer in het bijzonder voor kleimassa's. daar hier de tijdsfactor van zo groat gewicht is. Hierbij zullen bij proeven en metingen in snel tempo uitgevoerd, slechts schijnbare grootheden gieextraheerd worden."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1954
D70
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Endah S.
"Perkembangan daerah/kota pedalaman di Indonesia tidak lepas dari kebutuhan sarana transportasi sebagai penghubung daerah yang satu dengan lainnya. Sarana transportasi jalan yang akan dibangun juga berhubungan dengan keadaan lahan dan sifat 'dari tanah didaerah tersebut. Karena sifat dan jenis tanah mempengaruhi kekuatan tanah dasar, yang berarti mempengaruhi pula kemungkinan dibuatnya sarana jalan dilokasi tersebut dan tebal/tipisnya lapisan perkerasan jalan yang dibutuhkan.
Beberapa lahan di Indonesia seperti di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya terdiri dari lahan gambut. Gambut atau peat adalah tanah yang memiliki kandungan organik cukup tinggi. Tanah tersebut pada umumnya terjadi dari campuran material organik yang berasal dari tumbuh - tumbuhan yang berubah sifatnya secara kimiawi dan telah membusuk. Tanah gambut umumnya berwama abu - abu kecoklatan sampai hitam, dan memiliki kadar air cukup tinggi, bahkan ada yang sampai mencapai kadar air 300 %. Tanah ini dikenal sebagai tanah yang jelek untuk dijadikan pondasi suatu konstruksi bangunan sipil, bahkan diragukan untuk dapat membangun jalan diatas lahan gambut, karena tanah gambut memiliki daya dukung yang rendah, kompresibilitas yang tinggi dan mudah sekali menyusut.
Untuk itu telah dilakukan beberapa penyelidikan dan penelitian mengenai karakteristik beberapa jenis tanah gambut di Indonesia, dan kemungkinan untuk upaya perbaikan tanah gambut agar dapat memenuhi syarat sebagai material konstruksi. Salah satu dari beberapa altematif perbaikan tanah gambut adalah metode stabilisasi, yaitu upaya perbaikan tanah dengan cara mencampur tanah dengan bahan kimia, portland cement atau jenis tanah lainnya ( seperti pasir, kapur, dsb ) yang memiliki sifat lebih baik, umtuk meningkatkan daya dukung dan kekuatan tanah.
Jenis tanah gambut yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tanah gambut yang berasal dari Karang Agung di Pulau Sumatera. Sedangkan bahan stabilisasi yang digunakan sebagai stabilisizer adalah bahan Supercement. Bahan Supercement adalah semacam bahan aditif yang ditambahkan pada semen untuk meningkatkan mutu semen. Bentuknya cair dan berwama putih seperti susu. Supercement biasa digunakan untuk mencegah kebocoran pada konstruksi bangunan sipil. Sedangkan semen yang digunakan adalah Portland Cement Tipe I.
Penelitian yang dilakukan terbagi atas dua kegiatan yaitu penelitian di laboratorium dan analisa kimia. Penelitian di laboratorium sendiri meliputi uji - uji karakteristik tanah gambut Karang Agung - Sumatera Selatan dan uji kekuatan tanah sebelum dan sesudah distabilisasi dengan Supercement, untuk mengetahui pengaruh pemakaian bahan stabilisasi tersebut terhadap sifat - sifat serta kekuatan daya dukung tanah gambut Karang Agung - Sumatera Selatan yang akan digunakan sebagai tanah dasar konstruksi jalan. Selanjutnya akan dicoba ditentukan berapa kadar bahan stabilisasi yang paling optimum yang digunakan. Sedangkan analisa kimia meliputi kandungan bahan kimia yang terdapat pada tanah gambut maupun panah campuran tanah yang telah distabilisasi dengan berbagai macam kadar stabilisasi.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah FTUI, dimana pengujian dan pengolahan data yang dilakukan mengacu pada standar ASTM dan AASTHO untuk pengujian tanah.
Dari penelitian stabilisasi yang dilakukan diharapkan diperoleh kemungkinan perbaikan tanah gambut Karang Agung - Sumatera Selatan yang ditandai dengan penurunan plastisitas dan kenaikan kekuatan tanah dibandingkan dengan kondisi tanah gambut asli. Serta dapat diketahui komposisi campuran Supercement dan lama waktu pemeraman yang dibutuhkan agar campuran gambut Karang Agung - Sumatera Selatan dan Supercement yang telah distabilisasi dan dipadatkan dapat memenuhi syarat sebagai lapisan tanah dasar dari konstruksijalan yang akan dibangun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widik Cipthadi
"Tanah Gambut adalah tanah yang rnengandung bahan organik cukup tinggi sehingga tanahnya sangat Iunak, nilai plastisitasnya tinggi dan dan daya dukungnya sangat rendah sehingga tidak dapat menahan beban struktur di atasnya dengan baik. Sementara itu, permukaan tanah gambut di Indonesia meliputi daerah yang cukup Iuas sehingga cukup Iuas pula daerah yang tidak dapat dimanfaatkan untuk menahan beban struktur.
Untuk itu diperlukan suatu proses perbaikan daya dukung tanah tersebut yang disebut Stabilisasi Tanah Gambut. Proses stabbilisasi ini dapat dilakukan dengan mencampur tanah gambut tersebut dengan bahan kimia yang sifatnya dapat mengabsorpsi air dalam tanah tersebut sehingga daya dukung tanah dapat meningkat. Bahan kimia yang dimaksud dapat disebut a.|. : Konsolid dan Base Seal. Untuk penelitian tugas akhir ini hanya diteliti slabilisasi menggunakan Consolid (C444).
Dengan menggunakan serangkaian percobaan dengan standar ASTM, dapat dicari kombinasi campuran yang optimal antara tanah gambut dengan bahan kimia pencampur agar didapat tingkat perbaikan yang cukup baik. Tingkat perbaikan yang dapat dilihat adalah:
1. Nilai Plastisitas
2. Nilai Pemadatan
3. Nilai CBR
4. Nri Kuat Tekan Bebas
Selain nilai perbaikannya, pada tugas akhir ini juga akan kita ketahui perbandingan nilai perbaikan yang dihasilkan oleh Consolid dibandingkan dengan stabilisasi tanah gambut menggunakan bahan kimia lain. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Armansyah
"ABSTRAK
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki daratan yang relatif lebih sempit dibanding lautannya. Daratan di Indonesia dapat kita jumpai di berbagai pulau besar maupun kecil di tanah air kita. Sebagai negara berkembang tentunya Indonesia membutuhkan berbagai macam Infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan warganya . Infrastruktur tersebut dapat berupa gedung, jalan, jembatan bendungan dan sebagainya. Pemerintah selama kurang lebih 50 tahun ini telah banyak membangun berbagai macam infrastruktur di daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia , walaupun pembangunan tersebut masih dirasa sangat tidak merata. Di Ibukota Jakarta sendiri telah banyak kita jumpai Gedung-gedung bertingkat tinggi , fly over , jalan tol dan bangunan infrastruktur megah lainnya . Secara umum pembangunan infrastruktur di daerah Jawa tidak banyak mengalami kesulitan karena faktor daya dukung tanah yang baik.
Salah satu sumber daya yang hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat adalah tanah gambut. Tanah gambut di Indonesia banyak kita jumpai di daerah pantai Timur Sumatera, Selatan Kalimantan, dan daerah Irian. Tanah gambut merupakan tanah yang berkadar organik tinggi dan mengandung serat-serat tumbuhan yang dalam proses pembusukan menjadi tanah. Sehingga tanah gambut ini tersusun dari campuran serat material organik yang berasal dari tumbuhan yang telah berubah sifatnya secara kimiawi dan telah menjadi fosil, dimana tanah ini sangat buruk untuk mendukung beban konstruksi yang dapat menjadi penyebab kegagalan proyek-proyek infrastruktur dalam bidang teknik sipil yang berkaitan dengan masalah kestabilan bangunan.
Contoh tanah yang digunakan pada tugas akhir ini adalah di daerah Bereng Bengkel , Palangkaraya , Kalimantan tengah . Hal ini berhubungan dengan dibuatnya jalan raya yang menghubungkan antara Palangkaraya dan Banjarmasin.
Dalam penulisan dan penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap contoh tanah gambut murni dan campuran abu gambut-lempung dengan memakai alat Stress Path Bishop-Wesley Cell dimana pencatatan dilakukan otomatis oleh komputer. Pada setiap contoh tanah dilakukan pengujian dengan alat triaksial dengan memberikan tekanan isotropis yang berbeda-beda (σ3' = 50, 70 dan 110 kPa) serta dalam konsolidasi normal (OCR 1).
Dari hasil uji triaksial yang dilakukan akan dapat digambarkan grafik hubungan antara regangan , tegangan , dan volume spesifik . Kemudian dari grafik tersebut akan olah dan diperoleh parameter-parameter kekuatan tanah yang diperlukan. Selanjutnya parameter yang ada akan di analisa apakah sudah menunjukkan kekuatan sebenarnya dari tanah atau mungkin terdapat anomali ( keanehan ) yang perlu diteliti lebih lanjut. Tentunya semua itu mengacu pada referensi baku yang sudah ada sebelumnya, sehingga interpretasi interpretasi yang dilakukan sudah ada dasar pengetahuannya.

"
2000
S34931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>