Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82496 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mizuno, Kosuke
Tokyo : Institute of Developing Economics , 1996
677 MIZ r (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Directorated for Economic Co-operation and Development , 1971
338.76 GOV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The resear was aimed to find out the correlation between residence and sense of industry with children's academic by including intelligence as a covariate ....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
"Dilatarbelakangi oleh tumbuhnya UKM pasca krisis multi dimensi dan krisis keuangan global dimana UKM mampu menjadi solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan ekonomi dan ketenagakerjaan. Penelitian ini tentang strategi pengembangan Industri Kain Tapis di Kota Bandar Lampung . Tujuan penelitian ni adalah untuk menganalisis aspek lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan Industri Kain Tapis di Kota Bandar Lampung dan merumuskan strategi pengembangan serta menyusun alternatif strategi menurut prioritasnya. Metode yang digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan AHP (The Analitic Hierarchy Process). Hasil penelitian menunjukkan adanya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan Industri Kain Tapis di Kota Bandar Lampung. Dari hasil analisis SWOT juga berhasil merumuskan alternatif strategi dan susunan prioritas melalui AHP yaitu: Membantu permodalan dan membangun lokasi yang menjadi sentra utama, meningkatkan cara pengolahan produk agar memiliki standar mutu yang sama, mendorong motivasi pengusaha untuk mengikuti pelatihan, seminar maupun membangun relasi/network dan meningkatkan pemahaman pengusaha dalam penerapan manajemen yang baik pada UKM, membuat leaflet, brosur, ataupun media promosi lainnya, meningkatkan fasilitas atau infrastruktur di kawasan termasuk lahan usaha maupun bangunan, membuat spesifikasi terhadap kualitas produk untuk meningkatkan jangkauan pasar. Pada bagian akhir peneliti juga memberikan saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengembangkan UKM dan bagi penelitian lanjutan.

Against the backdrop of SMEs growth in multi-dimensional post-crisis and the global financial crisis which SMEs can be an alternative solution on economic and employment problems. This research about Kain Tapis Industrial development strategy in Bandar Lampung. The purpose of this research to analyze internal and external environmental aspects to become strengths, weaknesses, opportunities and threats for Kain Tapis Industrial development in Bandar Lampung and formulate development and alternative strategies based on priority. The research method used is SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) and AHP (The Analytic Hierarchy Process). The results showed the existence of strengths, weaknesses, opportunities and threats on Kain Tapis Industrial development in Bandar Lampung. From SWOT analysis also results formulate an alternative strategy and priority structure by AHP are: Helping capital and build a site that became the main centers, improving ways of processing the product in order to have the same quality standards, motivating employers to attend training, seminars and build network and improve understanding of employers in the application of good management in SMEs, create leaflets, brochures, or other promotional media, improve facilities or infrastructure in the region including land and building businesses, making the specification of product quality to increase market reach. At the end of the research also gives advice for interested parties to develop SMEs and for advanced research."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28711
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Prihambada
"Industri merupakan sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tujuh persen per tahun. Untuk memenuhi keberlangsungan proses industri, pemerintah yang diwakili oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki kewajiban untuk menyediakan infrastruktur pendukung industri berupa pasokan listrik yang memadai. Sehubungan dengan itu, perlu dikaji bagaimana pengaruh susut teknis pada jaringan tegangan rendah dengan objek beban pelanggan industri. Pelanggan industri memiliki profil beban yang dapat digunakan untuk mencari susut teknis setiap jam sesuai dengan profil beban. Dengan demikian bisa didapatkan komposisi pembebanan pelanggan yang ideal, yaitu I1 (450-2200 VA) 50% - I1 (3500-14000 VA) 25% - I2 25% dengan efisiensi 98.76%.

Industry is a business sector that giving the highest contribution for economic by growing 7% year on year. In order to fulfill this industry, Indonesian Government represented by Perusahaan Listrik Negara (PLN) has obligation to develop infrastructure that support this industry with sufficient electricity. In relevancy of this, it should be examined how the influence of technical losses in low voltage networks to industrial customer object. Industrialized customer has a load profile that can be used to find technical losses per hour in accordance with the load profile. With this, the ideal composition of customer can be found: I1 (450-2200 VA) 50% - I1 (3500-14000 VA) 25% - I2 25% with efficiency of 98.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Market coal briquette compartment in Indonesia is estimated still big enough, considering kerosene and firewood which was usually used as small industrial and rural household sector fuel progressively scarce and cosity if without subsidy....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Medium and small industry sector has an important role, not only as a job provider for the number of job seekers that increases from years to year,but also for production and distribution of goods and services or society
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eldridge, John
New York: Harvester Wheatsheaf , 1991
306.36 ELD i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R Kristiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk melihat situasi democratisasi media di Indonesia
dalam hubungannya dengan aspek industri dan ekonomi. Latar belakang politik
adalah situasi politik sebelum kejatuhan Orde Baru ketika masyarakat sipil, aktivis
media, dan jurnalis, mulai mengonsolidasikan kekuatan mereka untuk meraih
kemerdekaan pers dan kebebasan berekspresi. Pemicunya adalah peristiwa
pembredelan tiga media cetak: Tempo, Editor, dan Detik pada tahun 1994 akibat
pemberitaan tentang pembelian kapal perang eks Jerman Timur. Pembredelan ini
memicu perlawanan politik pada satu sisi, dan konsolidasi demokrasi di kalangan
jurnalis dan aktivis pada sisi yang lain. Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
kemudian dideklarasikan oleh Goenawan Mohammad dan para wartawan lain di
tahun 1994 untuk mewadahi organisasi jurnalis alternatif di luar Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI).
Mereka kemudian mengonsolidasikan kekuatan mereka melalui gerakan bawah
tanah termasuk menerbitkan Independen, majalah bawah tanah, yang berbuntut
pada pemenjaraan tiga jurnalis. Sejak itu, didukung oleh donor asing, Goenawan
Mohammad menerbitkan Suara Independen untuk melanjutkan perjuangan
melawan Soeharto. Perjuangan itu berhasil. Sesudah krisis ekonomi, Soeharto
akhirnya jatuh, yang menjadi momentum dari proses legislasi yang banyak
didukung Presiden Habibie. UU Pers No. 40/1999 disahkan dan mengubah
kebijakan lama yang otoriter menjadi liberal. UU PErs menjamin ekspresi
demokratis dengan membatalkan mekanisme SIUPP. Dalam konteks kapitalisme
global, perubahan hukum ini merupakan perubahan struktural penting bagi
Indonesia untuk berintegrasi ke kapitalisme global.
Meski demikian, situasi demokratis itu merupakan kesempatan bagi kekuatan
pasar untuk memperluas pasar. Ketiadaan SIUPP memunculkan bonanza industry
pers yang tidak memliki preseden dalam sejarah pers Indonesia sebelumnya.
Industri media menjadi lebih kuat dan terkonsentrasi. Di ranah penyiaran, sejarah
kapitalisme semu menciptakan hubungan yang unik antara industry penyiaran dan
birokrasi. Dalam arah demokratis dan kapitalistik dinamika media di Indonesia
menjadi sangat menarik dalam hal bagaimana kekuatan demokratis dan
kapitalistik itu mengontestasi kepentingan mereka dan bagaimana kepentingan
publik dilanggar dalam arena itu. Sejarah menunjukkan bahwa kekuatan pasar
adalah pemanang, sementara yang lain berpendapat bahwa proses ini merupakan
demokratisasi. Data-data menunjukkan bahwa yang tumbuh hanyalah belanja
iklan, sementara data lain seperti indeks kebebasan pers, kesejahteraan jurnalis,
serikat pekerja pers, memburuk. Data lain menunjukkan konvergensi kepemilikan media yang mungkin membawa Indonesia ke konglomerasi media. Penelitian ini
akan menunjukkan data-data tersebut.
Riset ini mencoba melihat dinamika ekonomi politik dalam situasi media
Indonesia kontemporer. Riset ini menggunakan pendekatan ekonomi politik
dengan paradigma kritis sebagai basis teoritik. Concern riset ini adalah kualitas
ruang publik di Indonesia sesudah kekuatan pasar terbukti mendominasi dinamika
media di Indonesia.

Abstract
This research tries to assess the situation of media democratization in Indonesia in
relation to industrial and economic aspects. The political background is the years
prior to the fall of New Order when civil society, media activists, and journalists
started consolidating their power for freedom of the press and freedom of
expression. The political trigger is the banning of three printed media, Tempo,
Editor, and Detik in 1994 due to their publications of the buying of ex East
Germany battle wagons by Indonesia. This triggered political obedience on one
hand, but also democratic consolidation among journalists and activists on the
other hand. Alinasi Jurnalis Independen (AJI) was then declared by Goenawan
Mohammad and other journalists in 1994 to provide alternative political
organization for journalist out of Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
They then continued consolidating their power by underground movements
including publishing Independen, an underground magazine, followed by the
imprisonment of three journalists. Since then, supported by foreign donor,
Goenawan Mohammad published Suara Independen to continue the struggle
against Soeharto. The struggle was successful. Following economic crisis,
Soeharto fell down, which was the momentum of many strategic legislations
under which Habibie supported much. Press Law No. 40/1999 was passed and
changed old authoritarian policies to become more liberal. Press Law guarantees
democratic expression by allowing citizens to publish information without
government permit (SIUPP). In global capitalism, such legal change is a crucial
structural adjustment of a state to integrate in global capitalism.
However, such democratic situation was the chance for market force to expand
their business. The absence of SIUPP made the bonanza of press industry without
precedent in Indonesian press history before. Media industry became more
powerful and concentrated. In broadcasting area, the history of erzats capitalism
created a unique relationship between broadcasting industry and bureaucrats.
Under democratic and capitalistic trajectories at the same time, the media
dynamics in Indonesia has been very interesting in terms of how democratic and
capitalistic power contested their interest and how public interest is violated in
such arena. The history shows that market force is the champion after the process,
while others may say that it is the democratization. Data shows that the only thing
increasing is advertorial expenditure, while other performance, including media
freedom index, journalist welfare, violence to journalists, press trade union,
worsen. Other data shows the convergence of media ownership which may lead
Indonesia media industry to media conglomeration. The paper will expose those
paradoxical data.
This paper tries to assess the political economy dynamics in contemporary media
situation in Indonesia. The research uses political economy approach with critical
paradigm as the bases of argument. The concern of the paper will be the public
sphere quality of contemporary Indonesia, after market-force is proven to
dominate media dynamics in Indonesia."
2012
T30859
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Adriandini
"ABSTRAK
Artikel jurnal ini bertujuan untuk membahas ARKIPEL ? Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival dan kaitannya dengan counter-hegemony terhadap industri film arus utama. Studi literatur atau studi kepustakaan adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data-data sekunder dalam jurnal ini.
Hasil menunjukkan bahwa ARKIPEL dapat dikategorikan sebagai bentuk counter-hegemony terhadap industri film arus utama dari kehadiran Forum Lenteng sebagai intelektual organik yang mengungkap keburukan sistem lama industri film dan memberikan kesadaran baru melalui rangkaian acara ARKIPEL. ARKIPEL menghadirkan ruang publik sebagai wadah untuk berwacana tentang sinema secara bebas dan menawarkan cara alternatif dalam mengonsumsi sinema. ARKIPEL juga membangkitkan kembali sinema avantgarde dengan memutarkan film-film yang mengandung ?semangat melanggar? atas bentuk-bentuk estetika yang sudah baku. Selain itu, isu lokalitas yang diangkat pada film-film yang diputar dalam ARKIPEL menunjukan ekspresi masing-masing budaya yang mampu membangkitkan semangat lokal.

ABSTRACT
The objective of this journal article is to explore how ARKIPEL - Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival relates to the form of counter-hegemony of mainstream film industry. The literature study is used in this journal to collect secondary data.
The result shows that ARKIPEL can be categorized as a form of counter-hegemony from Forum Lenteng?s role as organic intellectuals to uncover the evil systems of film industry and providing new awareness through a series of events in ARKIPEL. ARKIPEL also presents public spaces as a forum to discuss on cinema and provides an alternative way to consume cinema. ARKIPEL resurrects avant-garde cinema by choosing films that contain "spirit to violate" over the standard aestethic forms of film. In addition, locality issues that found in the choosen films can evoke the local spirit by showing the expression of each culture.
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>