Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Drennen, Thomas E.
Amsterdam: Elsevier, 2007
333.794 DRE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Drennen, Thomas E.
"Hydrogen may someday fuel our cars and power and heat our homes and businesses and revolutionize the way we use energy. Moving to a hydrogen economy could help reduce our reliance on foreign oil, improve local air quality, and reduce the risk of climate change. Despite the potential of hydrogen, there is no guarantee that the hydrogen economy will happen as the obstacles are considerable and the competing visions are many. Pathways to a Hydrogen Future seeks to untangle the competing visions of a hydrogen economy, explain the trade-offs and obstacles and offer recommendations for a path forwar."
Amsterdam ; Boston ; London: Elsevier, 2007
333DREH001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rand, D.A.J.
Cambridge, UK: The Royal Society of Chemistry , 2008
333.794 RAN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bryan Afandy
"Kemajuan energi terbarukan akan mempengaruhi keseimbangan persediaan dan kebutuhan teknologi. Oleh karena itu, teknologi pendukung untuk infrastruktur energi sangat krusial untuk menjaga keseimbangan persediaan dan kebutuhan energi. Penyimpanan hidrogen bawah tanah pada ‘Lined Rock Cavern’ dapat menjadi solusinya dalam industry energi. Tesis ini meninjau teknologi yang telah diimplementasikan diluar negeri dan mengusulkan bagaimana teknologi tersebut dapat dibangun di Australia. Tesis ini membahas mengenai kematangan penyimpanan hidrogen bawah tanah yang telah dibangun di Swedia menunjukan adanya potensi untuk membangun fasilitas yang sama di Australia. Untuk lebih memahami mekanika bebatuan pada lokasi yang berpotensi di Australia, diperlukan proyek uji coba serupa degan ‘Grängesberg Pilot Plant’. Namun dengan adanya keterbatasan informasi, studi lebih lanjut mengenai analisa keuangan, dampak lingkungan, dan kondisi geologi diperlukan untuk kesuksesan proyek tersebut.

The current rise of renewable energy will influence the energy balance between supply and demand. Therefore, supporting technology in energy infrastructure is crucial to maintain the supply and demand balance. Underground hydrogen storage using lined rock cavern might be game changing in the energy industry. This paper reviews technologies that have been done overseas and proposes what can be done to construct an underground hydrogen storage using purpose-build lined rock cavern in Australia. This paper shows the maturity of an underground hydrogen storage built in Sweden and indicates the viability of potential of similar facility built in Australia. It is proposed that a pilot project similar with Grängesberg Pilot Plant is built and simulated to better understand the rock mechanics for potential sites located in Australia determined the viability of the project. However due to lack of information, further research including cost benefit, environmental impact and geological assessment is needed to run the facility successfully."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2009
665.81 HYD
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Konsumsi minyal untuk pembangkit listrik berbahan bakar minyak diesel akan menjadi amat besar, bila tidak ditemukan alternatifnya. Dengan menyusutnya bahan bakar minyak maka akan terjadi kelangkaan minyak diesel di masa mendatang. Satu solusi pilihan adalah mencari alternatif untuk mengurangi kebutuhan minyak diesel yaitu dengan melakukan subtitusi hidrogen. Produksi hidrogen dari air melalui proses elektrolisa, yang membutuhkan panas dan bahan kimia, telah dikembangkan.Disain alat elektrolisa amat penting karena akan digabungkan langsung ke mesin diesel. Hidrogen diinjeksikan masuk ke ruang pembakaran untuk meningkatkan efisiensi pembakaran. Percobaan awal dari percampuran hidrogen dan minyak diesel dalam ruang bakar suatu mesin diesel diuraikan dalam makalah ini. Juga pengukuran gas buangnya seperti misalnya: carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), sulfur dioxide (SO2) dan nitrogen dioxide (NO2)."
JITE 1:13 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Baina Iedai El Islami
"Pengembangan terhadap energi hidrogen tengah tumbuh pesat belakangan ini karena sumber energi hijau menjadi jauh lebih penting di berbagai industri dan mampu menggantikan natural gas dimasa mendatang. Negara - negara di berbagai belahan dunia telah mulai mengembangkan energi hidrogen secara masif seperti Jepang, Korea, Italia, Spanyol, Arab Saudi, Cina, Turki dan Maroko dengan metoda elektrolisis dari sumber energi terbarukan dengan biaya produksi yang cukup kompetitif. Biaya produksi hidrogen yang telah dikembangkan dengan metoda elektrolisis ini di Turki USD 3,1 $/kgH2, Korea Selatan USD 7,72 $/kgH2, Italy 6,9 €/kgH2, Arab Saudi 43,1 $/kgH2 dan Maroko 4,99 $/kgH2. Oleh karena itu, diperlukan penelitian pengembangan produksi green hydrogen di Indonesia dengan metoda elektrolisis dari floating solar photovoltaic di Waduk Cirata. Metoda penelitian dimulai dengan pemilihan teknologi green hydrogen plant dengan membandingkan spesifikasi elektroliser yang tersedia dipasaran melalui skema “scoring”. Selanjutnya dilakukan analisa keekonomian melalui tiga skema excess power yaitu 20%, 30% dan 40% dari energi listrik yang tersedia pada floating solar photovoltaic. Analisa keekonomian dilakukan dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period. Teknologi yang dipilih berdasarkan hasil scoring adalah PEM Electroliser dengan nilai scoring 8,32. Analisa keekonomian pengembangan green hydrogen plant yang paling optimum adalah skema excess power 40% dengan nilai NPV sebesar USD 74.152.302, IRR 18,92% dan Payback Period selama 4,76 tahun (4 tahun 10 bulan).

The development of hydrogen energy is growing rapidly in recent years as green energy sources have become much more important in various industries and can replace natural gas in the future. Countries in various parts of the world have started to develop hydrogen energy massively such as Japan, Korea, Italy, Spain, Saudi Arabia, China, Turkey and Morocco by using electrolysis method to produce hydrogen from renewable energy sources with competitive production costs. The cost of producing hydrogen which has been developed by the electrolysis method in Turkey USD 3.1 $/kgH2, South Korea USD 7.72 $/kgH2, Italy 6.9 €/kgH2, Saudi Arabia 43.1 $/kgH2 and Morocco 4.99 $/ kgH2. Therefore, it is necessary to research the development of green hydrogen production in Indonesia using the electrolysis method from floating solar photovoltaic in the Cirata Reservoir. The research method was carried out by selecting green hydrogen plant technology by comparing the specifications of the electrolyzer available in the market through a "scoring" scheme. Furthermore, an economic analysis is carried out through three excess power schemes, namely 20%, 30% and 40% of the electrical energy available in floating solar photovoltaic. Economic analysis is done by calculating the value of Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR) and Payback Period. The technology chosen based on the scoring results is PEM Electroliser with a scoring value of 8.32. The most optimum economic analysis of green hydrogen plant development is the 40% excess power scheme with an NPV value of USD 74,152,302, IRR 18.92% and a Payback Period of 4.76 years (4 years 10 months)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miko Satria
"Dibanding bahan bakar fosil, pemakaian hidrogen sebagai bahan bakar jauh lebih efektif dalam energy pembakaran hampir 3 kali lipat Keunggulan lain dari hidrogen adalah jumlahnya di alam ini sangat melimpah, 93 % dari seluruh atom yang ada di jagat raya ini adalah hidrogen. Tiga perempat dari massa jagat raya ini adalah hidrogen. Walaupun memiliki banyak keunggulan, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar juga memiliki kekurangan yaitu dalam hal penyimpanannya, hidrogen dalam suhu kamar dan tekanan atmosfir berbentuk fase gas sehingga memiliki rasio energi yang sangat rendah terhadap volumenya jika disimpan dalam bentuk gas. Penelitian berkaitan dengan metode dan material untuk menyimpan Hidrogen terus dilakukan, dengan hasil sejauh ini adalah kesimpulan bahwa penyimpanan hidrogen memakai prinsip adsorpsi dengan karbon aktif berbentuk granular sebagai adsorben sangat menjanjikan karena bisa menurunkan tekanan dalam tangki dengan kapasitas penyimpanan yang relatif sama. untuk meningkatkan daya adsorspsi dari karbon aktif dapat dilakukan dengan menjadikan partikelnya berukuran nano sehingga akan lebih banyak memiliki mikropori.
Dari data hasil eksperimen diketahui kapasitas adsorpsi tempurung kelapa dalam bentuk granular pada suhu -5°C sebesar 0.004214 kg/kg adsorben, untuk suhu 25°C sebesar 0.003428 kg/kg adsorben. Untuk tempurung kelapa hasil mechanical ball miling diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan bentuk granular yaitu sebesar 0.004187 kg/kg adsorben pada suhu -5°C dan sebesar 0.003694 kg/kg adsorben pada suhu 25°C. hal ini dikarenakan jumlah total volume pori dari karbon aktif tempurung kelapa hasil mechanical ball miling relative sama dengan karbon aktif granular, walaupun dari segi luas permukaan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Peningkatan kapasitas adsorpsi yang cukup siknifikan didapat pada karbon aktif tempurung kelapa yang telah dibentuk menjadi pellet dan mengalami reaktifasi secara kimia dengan menggunakan KOH pada suhu 700°C selama 1 jam yaitu sebesar 0.019434 kg/kg adsorben pada suhu -5°C dan sebesar 0.018756 kg/kg adsorben pada suhu 25°C.

Compared to fossil fuels, use of hydrogen as a fuel is much more effective at burning energy is almost three times as Another advantage is the amount of hydrogen is very abundant in nature, 93% of all the atoms in the universe are hydrogen. Three quarters of the mass of the universe are hydrogen. Although it has many advantages, the use of hydrogen as a fuel also has the disadvantage that in terms of storage, hydrogen at room temperature and atmospheric pressure so that the shape of the gas phase has a very low energy ratio of the volume if stored in gaseous form. Research related to methods and materials for storing hydrogen is ongoing, with results so far is the conclusion that the principle of hydrogen storage by adsorption in the form of granular activated carbon as adsorbent is very promising because it can decrease the pressure in the tank with a storage capacity of the same relative. to enhance adsorspsi of activated carbon can be done by making nano-sized particles that would have more micropore.
From the results of experimental data known to the adsorption capacity of coconut shell in granular form at a temperature of -5°C of 0.004214 kg / kg adsorbent, at temperature of 25°C at 0.003428 kg / kg adsorbent. For the coconut shell mechanical ball miling results obtained with the results are not much different from the granular form that is equal to 0.004187 kg / kg adsorbent at a temperature of -5°C and amounted to 0.003694 kg / kg adsorbent at 25°C. this is because the total pore volume of activated carbon coconut shell with the results of mechanical ball miling is relatively similar to granular activated carbon, although in terms of surface area decreased significantly. The increase is quite significant adsorption capacity obtained on activated carbon coconut shell which has been formed into pellets and had reactivation of chemically using KOH at a temperature of 700°C for 1 hour is equal to 0.019434 kg / kg adsorbent at a temperature of -5°C and amounted to 0.018756 kg / kg adsorbent at 25°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29921
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurafni Setiawati
"Bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang sering digunakan hingga saat ini. Namun, penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus akan menyebabkan krisis energi dan kerusakan lingkungan akibat gas rumah kaca yang dihasilkan. Hal tersebut mendorong para peneliti untuk mengembangkan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Hidrogen merupakan kandidat terkuat untuk dijadikan energi terbarukan karena memiliki densitas energi yang tinggi dan hasil pembakaran hidrogen hanya air, sehingga tidak menghasilkan gas polutan. Hidrogen dapat diproduksi dengan proses pemecahan air menggunakan air asin yang ketersediaannya berlimpah di alam. Teknologi pemecahan air banyak dikembangkan saat ini melalui fotokatalisis dengan memanfaatkan cahaya matahari menggunakan sel fotoelektrokimia dengan fotoelektroda berbasis bahan semikonduktor. Penelitian inimelakukan sintesis R-TiO2 nanotubes/BiVO4/Co-Pi sebagai fotoanoda pada sel fotoelektrokimia untuk produksi hidrogen (H2) dari air berkadar garam tinggi. Sintesis TiO2 nanotubes dilakukan dengan metode anodisasi, kemudian direduksi dengan reduksi elektrokimia untuk menghasilkan R-TiO2 nanotubes. Waktu reduksi divariasikan dengan 90, 180, dan 300 detik. Semakin lama waktu reduksi, energi celah pita semakin kecil dan densitas arus yang dihasilkan semakin besar. Sehingga, waktu reduksi optimum R-TNA berada pada 300 detik dengan energi celah pita sebesar 2,82 eV dan densitas arus sebesar 0,0017 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Modifikasi R-TNA dengan BiVO4 dilakukan dengan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) yang menghasilkan energi celah pita lebih kecil sebesar 2,53 eV dan densitas arus yang lebih besar sebesar 0,0035 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Modifikasi R-TNA/BiVO4 dengan Co-Pi dilakukan dengan metode elektrodeposisi yang menghasilkan densitas arus lebih besar sebesar 0,0071 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Rangkaian sel fotoelektrokimia menggunakan R-TNA/BiVO4/Co-Pi sebagai fotoanoda dan R-TNA/Pt sebagai katoda dengan waktu pengujian 3 jam menghasilkan hidrogen dengan konsentrasi sebesar 0,0826% dari air berkadar garam tinggi.

Fossil fuel is an energy source that is often used today. However, the continuous use of fossil fuels will cause an energy crisis and environmental damage due to the greenhouse gases produced. This encourages researchers to develop alternative energy more eco-friendly. Hydrogen is the strongest candidate to use as renewable energy because it has high energy density and the product of hydrogen combustion is only water, so it doesn’t produce pollutants. Hydrogen can be produced by the process of water splitting from salty water, which is abundantly available in nature. Water splitting is currently being developed through photocatalysis by utilizing sunlight using photoelectrochemical cells with photoelectrodes based on semiconductor material. This study synthesized R-TiO2 nanotubes/BiVO4/Co-Pi as a photoanode in a photoelectrochemical cell for hydrogen production from salty water. TiO2 nanotubes were synthesized by anodizing method, then reduced by electrochemical reduction to produce R-TiO2 nanotubes. The reduction time was varied by 90, 180, and 300 seconds. The longer reduction time gives the smaller band gap energy and the larger photocurrent. Thus, the optimum reduction time of R-TNA is 300 seconds with a band gap energy of 2.82 eV and photocurrent of 0,0017 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Modification of R-TNA with BiVO4 was carried out using the Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method has smaller band gap energy of 2.54 eV and larger photocurrent of 0,0035 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Modification of R-TNA/BiVO4 with Co-Pi was carried out by electrodeposition method has the largest photocurrent of 0,0071 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Photoelectrochemical cell using R-TNA/BiVO4/Co-Pi as photoanode and R-TNA/Pt as cathode for 3 hours produced hydrogen with a concentration of 0,0826% from salty water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>