Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Napoleon fishes, cheilinus undulatus, is the largest member of family labridae, with a maximum size exceeding up to 2 m and 190 kgs. The geographical distribution covers of Indo-Pacific region. Napoleon fish is not common, recorded maximum adult densities rarely more than 20 fish /10.000m2. Small individuals are typically associated with high coral cover and seagrasses, while larger fishes are mainly found on outer or deep reefs, steep slopes and passes,solitary or in a small group...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Napoleon fish (Cheilinus undulatus) is one of wrasses that has a high value in the worlds market. This paper present the existence of Napoleon fish of Maratua Island, East Borneo as one of its habitat in Indonesia and current records influencing the social-economic conditions there. The existence of Napoleon fish were detected by GPS (Global Positioning System) using Density Survey Method at six station of three different island i.e. Maratua, Kakaban, and Atol of Karang Muaras. During the observation, four Napoleon fish were found successfully in the northern coastal area of Kakaban Island. Unsustainable fishing activities such as using the potassium cyanide, fish bomb, and illegal fishing suggested as reasons of dramatic declining in the fishery production"
575 OSEANA 39 (4) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Marthin Hadiwinata
"[Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai situasi umum nelayan skala kecil di dunia dan Indonesia, ketentuan hukum internasional mengenai tanggung jawab negara dalam perlindungan terhadap nelayan skala kecil serta kebijakan dan praktek Indonesia dalam perlindungan terhadap nelayan skala kecil. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif atau doktrinal dengan tiga pendekatan penelitian hukum yaitu pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan perbandingan (comparative approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Berdasarkan hasil penelitian Nelayan Skala Kecil berada di dalam situasi yang sulit dengan tidak dianggap sebagai bagian penting dari sektor perikanan. Padahal nelayan skala kecil memiliki berbagai keunggulan yang dimiliki seperti lapangan kerja, penyedia pangan murah dan ketahanan pangan, ramah lingkungan,
hingga pemberantasan kemiskinan. Di sisi lain, ada situasi buruk yang dihadapi oleh nelayan skala kecil dari masalah kemiskinan, tata kelola tenurial, masalah akses terhadap jaminan sosial hingga ancaman perubahan iklim. Hukum internasional telah memberikan tanggung jawab kepada negara untuk melindungi nelayan skala kecil mulai dari hukum keras seperti UNCLOS 1982, UNFSA 1995, Konvensi ILO 188 Tahun 2007 hingga hukum lunak seperti Agenda 21 Tahun 1992, CCRF Tahun 1995, Pedoman Teknis FAO No. 10 serta Voluntary Guideline Securing Sustainable Small Scale Fisheries (VGSSF) Tahun 2014. VGSSF yang terbit pada Juni 2014 menggunakan pendekatan hak asasi
manusia terhadap perikanan dapat menjadi pedoman negara-negara dalam melindungi perikanan skala kecil mulai dari aspek tata kelola tenurial dan pengelolaan sumber daya alam, peningkatan kapasitas hingga jaminan sosial. Dalam konteks Indonesia, dengan telah menjadi anggota pihak dari UNCLOS 1982, UNFSA 1995 serta telah meratifikasi berbagai konvensi seperti Konvensi Hak Ekosob, Hak Sipol dapat menerapkan pendekatan HAM terhadap perikanan dan bertanggungjawab untuk melindungi nelayan skala kecil. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dengan menerapkan VGSSF 2014 di konteks nasional. Penerapan VGSSF dapat dilakukan dengan merevisi berbagai kebijakan yang dapat melanggar hak-hak nelayan skala kecil serta melalui rencana aksi nasional dan RUU Perlindungan Nelayan Skala Kecil;This study aims to identify and understand the general situation of small scale fisher in the world and Indonesia, the provisions of international law concerning the responsibility of the state in the protection of small-scale fisher as well as the policies and practices of Indonesia in the protection of small-scale fisher. The study was conducted by using the normative or doctrinal legal research
method with three legal research approach such as the statute approach, the comparative approach and conceptual approach.
Based on the research, small-scale fisher are in a difficult situation for being undervalued as important sector of the fisheries sector. Though small-scale fisher have various advantages such as employment, providing inexpensive food and food security, environment-friendly, also poverty eradication. On the other hand, there is a bad situation faced by small-scale fisher i.e the poverty, governance of tenure, problems of access to resources, social security and the threat of climate change. International law has given the responsibility to the state to protect smallscale fisher from the hard laws such as The 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA, The 2007 ILO Convention 188 to soft law such as The 1992 Agenda 21, The 1995 CCRF, The 2005 FAO Technical Guidelines No. 10 and the 2014 FAO Voluntary Guidelines Securing Sustainable Small Scale Fisheries (VGSSF). FAO VGSSF published in June 2014 using Human Rights approach in fisheries to guide States
in protecting small-scale fisheries ranging from Governance tenure and natural resource management, capacity building to social security. In the context of Indonesia, as being party member of the 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA as well as parties to ICCPR and ICESCR can implement human rights approach in fisheries has a duty to protect small-scale fisher. These duty can be implemented by applying The 2014 VGSSF in the national context. VGSSF implementation can be done through revising existing policies which may violate the small-scale
fisher rights also through policies such as national plan of action, Small-Scale Fisher Protection Bill, This study aims to identify and understand the general situation of smallscale
fisher in the world and Indonesia, the provisions of international law
concerning the responsibility of the state in the protection of small-scale fisher as
well as the policies and practices of Indonesia in the protection of small-scale
fisher. The study was conducted by using the normative or doctrinal legal research
method with three legal research approach such as the statute approach, the
comparative approach and conceptual approach.
Based on the research, small-scale fisher are in a difficult situation for being
undervalued as important sector of the fisheries sector. Though small-scale fisher
have various advantages such as employment, providing inexpensive food and
food security, environment-friendly, also poverty eradication. On the other hand,
there is a bad situation faced by small-scale fisher i.e the poverty, governance of
tenure, problems of access to resources, social security and the threat of climate
change.
International law has given the responsibility to the state to protect smallscale
fisher from the hard laws such as The 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA,
The 2007 ILO Convention 188 to soft law such as The 1992 Agenda 21, The 1995
CCRF, The 2005 FAO Technical Guidelines No. 10 and the 2014 FAO Voluntary
Guidelines Securing Sustainable Small Scale Fisheries (VGSSF). FAO VGSSF
published in June 2014 using Human Rights approach in fisheries to guide States
in protecting small-scale fisheries ranging from Governance tenure and natural
resource management, capacity building to social security. In the context of
Indonesia, as being party member of the 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA as
well as parties to ICCPR and ICESCR can implement human rights approach in
fisheries has a duty to protect small-scale fisher. These duty can be implemented
by applying The 2014 VGSSF in the national context. VGSSF implementation
can be done through revising existing policies which may violate the small-scale
fisher rights also through policies such as national plan of action, Small-Scale
Fisher Protection Bill]"
Universitas Indonesia, 2015
T44699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Danau Towuti adalah danau tektonik-oligotrofik, yang berada di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Danau ini memiliki ikan-ikan endemis namun ikan tersebut bernilai ekonomi untuk mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan sumber daya ikan di danau ini tampak ekspolitatif yang diindikasikan dengan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan (bagan)."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Razak Thaha
"Musim mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi persediaan makanan pada tingkat keluarga, yang menyebabkan terjadinya fluktuasi konsumsi makanan anggota keluarga. Musim juga mempunyai pengaruh terhadap faktor-faktor morbi diatas, beban kerja ibu (yang berakibat antara lain terhadap alokasi waktu ibu untuk merawat anak), keadaan sosial ekonomi serta perilaku masyarakat terhadap gizi dan kesehatan.
Dalam mencari gejala dini dampak musim terhadap keadaan kesehatan dan gizi masyarakat, kajian-kajian sebelumnya menyarankan mengamati kelompok anak sebagai anggota masyarakat yang paling rentan. Lebih jauh disarankan untuk melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan anak dengan alasan, pertumbuhan anak merupakan indikator yang peka dari keadaan kesehatan dan gizi.
Kajian-kajian mengenai pengaruh musim terhadap keadaan kesehatan dan gizi pada hakikatnya menegaskan bahwa pengetahuan dan pemahaman yang baik, benar dan cermat mengenai musim, mempunyai arti yang 'sangat strategik dalam penyusunan program-program gizi dan kesehatan masyarakat terutama bagi kelompok masyarakat miskin. Salah satu kelompok masyarakat di Indonesia yang masih menjadi kantong-kantong kemiskinan adalah kelompok nelayan. Masalahnya, sepanjang yang didokumentasikan, belum ditemukan kajian mengenai hubungan musim dengan gizi-kesehatan pada kelompok ini. Berdasarkan pertimbangan pentingnya kajian tersebut maka penelitian dengan tajuk, Pengaruh Musim Terhadap Pertumbuhan Anak Keluarga Malayan, ini dilakukan.
Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dipilih dengan sengaja sebagai lokasi penelitian karena memiliki AKB yang sangat tinggi {178 °/0q) dan proporsi KKP balita yang lebih tinggi dari rata-rata NTB. Kecamatan Keruak terpilih karena dihuni oleh 72% nelayan di Lombok Timur. Mereka memproduksi 92% total dari produksi perikanan laut di Lombok Timur.
Desain penelitian adalah desain panel dengan jumlah sampel 250 dari minimal jumlah sampel diperlukan sebesar 198 yang dihitung berdasarkan formula "hypothesis testing for two population means" (Lemeshow dkk., 1990), dan u = 228, alhpa=0,05, dan beta=0.10. Pemilihan sampel dilakukan dengan dengan cara 'proportional random sampling'.
Perubahan berat badan sebagai indikator pertumbuhan, diukur pada minggu terakhir setiap bulan. Penentuan besarnya asupan kalori anak dan alokasi waktu ibu dilakukan dengan metode Recall satu hari-24 jam. Data diare dan ISPA-A dikumpulkan dengan metode Recall dua minggu. Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga untuk pangan dan untuk kesehatan ditentukan dengan recall satu turo.
Masa satu tahun penelitian dibagi menjadi 3 periode waktu yakni, pertama, Periode Akhir Kemarau mulai Juli sampai Oktober 1992; kedua, Periode Musim Hujan mulai November 1992 sampai Februari 1993; dan ketiga, Periode Awal Kemarau, Maret sampai Juni 1993.
Selama penelitian, kontrol kualitas dilakukan dengan ketat antara lain dengan standarisasi petugas lapangan dan instrumen, standarisasi metode pengukuran, pengawasan realibilitas pengukuran antropometri, pengorganisasian dan supervisi, dan rotasi petugas lapangan antarkelompok subjek.
Penyuntingan dan pemasukan data dilakukan dengan program Epi-Info versi 5, pembersihan dan analisis data dilakukan dengan program SPSS versi 4. Metode analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat (analisis varian, analisis korelasi, analisis regresi sederhana), dan analisis multivariat (analisis varian repeated measures dan analisis regresi ganda).
Hasil analisis menunjukkan bahwa musim mempunyai efek yang bermakna terhadap tambahan' berat badan (weight gain) anak. Tambahan berat badan anak paling tinggi terjadi pada periode Awal Kemarau {210 gram), dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara periode Akhir Kemarau (140 gram) dengan Musim Hujan (130 gram).
Musim juga mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap asupan kalori, diare, ISPA-A, alokasi waktu ibu, serta pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk makanan. Tetapi tidak berpengaruh terhadap pengeluaran keluarga untuk kesehatan. Tambahan berat badan yang rendah pada periode Akhir Kemarau sesuai dengan rendahnya pendapatan keluarga, rendahnya pengeluaran keluarga untuk makanan dan kesehatan, rendahnya asupan kalori, tingginya infeksi diare dan ISPA tinggi, tetapi tidak sesuai dengan besarnya alokasi waktu ibu untuk anaknya.
Tambahan berat badan yang rendah pada periode Musim Hujan sesuai dengan sangat tingginya diare dan masih tingginya ISPA. Akan tetapi tidak sesuai dengan tingginya pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk makanan dan kesehatan, dan meningkatnya asupan kalori, serta alokasi waktu ibu untuk anaknya yang cukup.
Fenomena rendahnya tambahan berat badan pada Musim Hujan menunjukkan bahwa kenaikan asupan kalori tidak mempunyai pengaruh terhadap tambahan berat badan. Hal ini disebabkan oleh tingginya diare yang mengakibatkan terjadinya gangguan biovailabiliti dan bioutiliti zat gizi.
Alokasi waktu ibu untuk anaknya pada semua periode musim cukup besar tetapi tidak mempunyai korelasi dengan variabel-variabel infeksi, asupan kalori, dan tambahan berat badan yang secara teoritis mempunyai hubungan dengannya. Ini menunjukkan bahwa kualitas perawatan anak yang masih rendah.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengeluaran keluarga per kapita untuk makanan dengan asupan kalori. Demikian pula, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengeluaran keluarga per kapita untuk biaya kesehatan dengan episode diare, durasi diare, episode ISPA-A, dan durasi ISPA-A.
Kenyataan yang menarik dari hasil analisis pendapatan adalah, pendapatan keluarga per kapita pada Akhir Kemarau (mass jeleng) tidak berbeda bermakna dengan pendapatan keluarga pada periode Awal program gizi dan kesehatan seyogianya ditujukan pada pencegahan penularan diare dan ISPA yang terjadi melalu jalan pernapasan, pemenuhan kebutuhan kalori anak, dan penyediaan air bersih. Atas pertimbangan kedaruratan, maka pada periode ini perlu memasok bahan makanan pokok dan air bersih kepada kelompok-kelompok miskin; (3) pada periode Musim Hujan, program gizi dan kesehatan seyogianya berkonsentrasi pada pencegahan dan penanggulangan. diare yang menular terutama melalui mulut; (4) memberi peluang dan ketrampilan kepada ibu-ibu untuk dapat ikut membantu meningkatkan pendapatan keluarga; (5) dan program motorisasi adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan pendapatan nelayan dengan harapan mempunyai efek ganda untuk akhirnya berdampak positif terhadap keadaan gizi dan kesehatan. Belajar dari pengalaman dan kegagalan sebelumnya, maka perlu diperhatikan dua hal, pertama, sediakan perahu motor ukuran besar agar dapat digunakan pada masa angin kencang dan ombak yang besar yang merupakan masa jeleng; kedua, kembangkan suatu model pembinaan, kelompok kerja dengan cara mengkombinasikan prinsip-prinsip manajamen modern dengan dinamika sosio-kultural yang telah dimiliki pada hubungan Ponggawa-Sawi. Pemberi program motorisasi memberikan pembinaan ketrampilan penggunaan alat modern kepada sawi dan pembinaan manajemen kepada ponggawa. Pengelolaan kelompok sepenuhnya diserahkan kepada kelompok kerja di bawah pimpinan ponggawa. Pemberi program tidak perlu membentuk kelompok kerja baru apalagi mengganti peran ponggawa."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
D404
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper examines the manner in which the profesionalization of economics in the united states, which intensified in the late nineteenth century, affected the spread of marginal economics...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fisher, Irving Norton
New York N.Y. : Cornet Press Books, 1956
923.373 FIS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M.Ikhsan
"Kerusakan ekosistem terumbu karang menunjukkan trend yang terus meningkat, diperlukan metode yang generik untuk merehabilitasinya. Salah satu teknik yang telah banyak dikembangkan di dunia saat ini adalah terumbu karang buatan (artificial reef). Penelitian dilaksanakan di kawasan terumbu karang buatan perairan Gili Lawang dan bertujuan menganalisis benthic life form sebagai biota penempel dan keanekaragaman ikan karang di terumbu karang buatan. Terumbu karang buatan berbentuk stupa (reefball) dipasang di perairan Gili Lawang pada tahun 2003. Pengumpulan data benthic life form dan data ikan menggunakan metode sensus visual. Metode anal isis struktur komunitas ikan karang terdiri dari indeks keanekaragaman jenis, indeks kemerataan dan indeks dominasi. Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan dilakukan analisis data plankton. HasH identifikasi benthic life form menunjukan bahwa selama kurun waktu tahun 2004 sampai 2011 telah terjadinya proses penempelan hard coral pada permukaan terumbu karang dengan persentase tutupannya rata-rata di atas 25%, terutama pada kedalaman < 10 m, 25-20% pada kedalaman 10 - 15 m. Kedalaman > 15 tutupan hard coral hanya 5%.· Peningkatan jumlah ikan karang menjadi 51 jenis dengan kelimpahan 541 individu, dibanding tahun 2004 sebanyak 18 jenis dengan kelimpahan 196 individu. Indeks keanekaragaman (H') antara 3,44 - 3,55. Indeks keseragaman (e) berkisar antara 0,92 - 0,95 menunjukkan tingkat "dominasi rendah". Kepadatan ikan karang adalah "rendah" yakni 0,64 - 0,84 indvidu/m2. lumlahfish egg yang cukup dominan yakni antara 20.510 -124.450 butir/l.000 m3 dan fish larva yang berkisar antara 570 - 4.950 ekor/1.000m3 yang menggambarkan bahwa lingkungan tersebut merupakan perairan yang subur sebagi habitat ikan.

Coral reef ecosystems damaged an increasing trend, the generic methods are needed to rehabilitate them. One technique that has been developed in the world today is an artificial reef Research conducted in the area of artificial reefs and waters of Gili Lawang. It's aims to analyze benthic life forms as pasting and diversity of coral fish in artificial reefs. Artificial reefs shaped reefball installed in the waters of Gili Lawang in 2003. Benthic life form and fish data collected using underwater visual census method. The methods of fish community structure analysis include the Dominance index, Diversity Index Shannon, Eveness Index. Water abundance based on plankton data analysis. Benthic life form data analysis that hard corals growth by percent coverage up to 25% in < 10m, 25-20% in 10 - 15 m and only 5% in > 15 m deep levels of artificial reef Number of species is increase from 18 species until 51 species on 2011 both number offish abundances also increase from 196 until 541 individual on 2011. Diversity index Shannon (H) variedfrom 3.44 to 3.55. Eveness index (e) varied 0.92 to 0.95. It's "low dominance" criteria. Coral fish density is "low" from 0.64 to 0.84 individual/m2 . The number offish egg was dominance from 20,510 until 124,450 egg/1.000 m3 and fish larva varied 570 to 4,950 individual/I. 000 m3 which described that the environment is an abundance as a fish habitat."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaluddin
"Tesis ini membahas Karakteristik Oseanografi Perairan Indonesia dalam Upaya Mendukung Optimalisasi Perikanan Tangkap Ikan Pelagis. Parameter yang diamati terdiri dari parameter fisika laut, intensitas klorofil-a serta daerah potensial penangkapan ikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa puncak musim penangkapan ikan di perairan Indonesia fase pertama berlangsung dari bulan April sampai bulan Mei. Fase kedua berlangsung dari November sampai bulan Januari. Pengaruh utamanya adalah akibat produktifitas klorofil-a pada bulan-bulan tersebut yang cukup tinggi akibat dipengaruhi oleh dinamika parameter fisik sepanjang tahun. Sementara masa paceklik terjadi dari bulan Juli sampai bulan September.

This thesis discusses Oceanographic Characteristics of Indonesian Waters in Efforts to Support the Optimization of Pelagic Fish Fishing. The parameters observed consisted of physical parameters of the ocean, the intensity of chlorophyll-a and potential fishing areas. This research is a qualitative descriptive study. The results of this study found that the peak fishing season in Indonesian waters in the first phase lasted from April to May. The second phase runs from November to January. The main effect is that the productivity of chlorophyll-a in these months is also quite high which is influenced by the dynamics of physical parameters throughout the year. While famine occurs from July to September."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Peribahasa "hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri" tampaknya tidak berlaku bagi sebagian masyarakat Indonesia. Meski banyak masyarakat kita yang mengalami nasib buruk di luar negeri, tapi masih banyak juga yang "nekad" mengadu nasib di negeri orang. Yang jadi pertanyaan kenapa? Karena peluang kerja di dalam negeri sangat terbatas, upah kerja juga minim, dan musim paceklik yang menyebabkan kerugian fisik dan jiwa..."
JKKM 3:7 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>