Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160816 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
616.951 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
616.5 EKS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
616.5 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah Boediardja
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011
616.54 SIT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Inge Ade Krisanty
"Gupta dkk (2000) melakukan uji in vitro suseptibilitas spesies Malassezia terhadap obat antijamur ketokonazol, itrakonazol, vorikonazol dan terbinafin. Hasil uji memperlihatkan adanya varfasi suseptibiilitas spesies Malassezia terhadap antijamur tersebut. Walaupun masih harus dibuktikan lebih lanjut dengan pengamatan in vivo, data ini mungkin dapat menjelaskan perbedaan rata-rata kesembuhan mikofogis pada pasien PV dengan terapi antijamur. Savin di New york dan Budimulja di Jakarta melakukan penelitian efektivitas pengobatan solusio terbinafin 1% yang digunakan 2 kali sehari seiama 1 minggu pada pasien PV. Budimulja dkk melaporkan angka kesembuhan sebesar 65%, sedangkan Savin 70-80%. Belum diketahui secara pasti apakah perbedaan ini semata-mata terkait dengan faktor geografik atau melibatkan faktor-faktor lain.
Selain menggunakan metode biomolekular, identifikasi spesies Malassezia dapat dilakukan dengan teknik biokimia. Guillot memperkenalkan metode biokimia praktis dengan memanfaatkan perbedaan morfologi, toleransi terhadap suhu tinggi, kemampuan aktivitas katalase, serta kemampuan tumbuh pada berbagai media Tweenn. Faergemann melakukan modifikasi metoda Guillot dengan cara menghilangkan tahapan biakan pada media Tween®, dan menggantikannya dengan pemeriksaan difusi Cremophor EL® dan pengamatan aktivitas 13 - g l u kos idase.
Sejauh pengetahuan peneliti, di Indonesia belum pernah dilakukan identifikasi spesies Malassezia pada pasien PV. Hal tersebut menjadikan dorongan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
RUMUSAN MASALAH
Di antara tujuh spesies Malassezia, spesies manakah yang ditemukan pada Iesi PV di Poliklinik Divisi Dermatomikologi 1KKK FKUI 1 RSCM ?
TUJUAN PENELITIAN
Identifikasi spesies Malassezia pada pasien PV yang berobat di Poliklinik Divisi Dermatomikologi 1KKK FKUI 1 RSCM."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Siska Virgayanti
"Latar belakang. Rekomendasi Global Alliance dalam penanganan AVS meliput antibiotik, asam retinoat, dengan atau tanpa BPO. Resistensi obat menjadi perhatian utama pada penggunaan antibiotik jangka panjang dalam terapi akne vulgaris sedang. Kombinasi antibiotik dan BPO direkomendasikan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tipe kulit IV-V hiperpigmentasi pasca akne merupakan masalah yang sering dikeluhkan.
Tujuan. Membandingkan efektivitas, efek samping dan kejadian hiperpigmentasi pasca inflamasi penggunaan BPO sebagai paduan terapi lini pertama AVS pada tipe kulit IV-V Fitzpatrick.
Metode. Penelitian analitik dengan desaain uji klinis acak tersamar ganda membandingkan dua sisi wajah. Subyek diberikan paduan terapi lini pertama. Sisi wajah perlakuan diberikan gel BPO 2,5% sedangkan kelompok kontrol gel plasebo.
Hasil. Pada minggu ke-2,4,6,8 didapatkan penurunan persentase total lesi sebesar 51,47%, 71%, 75%, 82,84% pada kelompok BPO dan 30%, 53,75%, 62,28, 71% pada kelompok plasebo (p<0,001 .) Efek samping dan kejadian HPI pada minggu ke 2,4,6 dan 8 tidak berbeda bermakna.
Kesimpulan. Penggunaan BPO sebagai bagian dari paduan terapi lini pertama AVS lebih efektif, tidak meningkatkan efek samping ataupun kejadian HPI.

Background. Global alliance recommendation for moderate acne treatment are antibiotic, retinoic acid with or without benzoyl peroxide. Drug resistance become the most common problem due to longterm use of antibiotic in acne treatment. Combination of antibiotic and BPO is recommeded to overcome this problem. In patient with skin type IV-V post acne hyperpigmentation is one of the most significant complaint.
Aim. To compare efectivity, side effect and post inflammatory hyperpigmentation of BPO 2,5% gel as a part of first line therapy regiment in patient with skin type IV-V.
Method. This is an analytic study with randomized control trial design comparing both half-face (split-face). Subjects were given first line therapy regiment. Half-face was given BPO 2,5% gel twice daily while other half face with placebo.
Result. Total lesions reduction in BPO group on week 2,4,6,8 were 51,47%, 71%, 75%, 82,84% respectively and 30%, 53,75%, 62,28, 71% in placebo group respectively.
Conclusion. BPO as a part of first line therapy regiment for moderate acne is more effective, with no increase of side effect nor post inflammatory hyperpigmentation compared to placebo.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Taruli Olivia Agustina
"Latar belakang. Kulit kering merupakan keluhan yang sering dihadapi pasien kusta, akibat kerusakan saraf otonom atau terapi yang didapat.
Tujuan. Membandingkan efikasi vaselin album dengan urea 10% sebagai terapi kulit kering pasien kusta.
Metode. Uji klinis acak tersamar ganda. Subjek penelitian dibagi dua kelompok, yaitu kelompok urea 10% dan kelompok vaselin album. Evaluasi dilakukan dalam 2 dan 4 minggu terapi dengan mengukur transepidermal waterloss (TEWL) dan skor kulit kering (SRRC) pada tungkai bawah.
Hasil. Sebanyak 48 subjek penelitian (SP) mengikuti penelitian, 24 SP mendapat vaselin album dan 24 SP mendapat krim urea 10%. Nilai TEWL pada kedua kelompok menurun secara bermakna sebelum dan sesudah terapi. Penurunan tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok, (6,53 kelompok vaselin album versus 6,45 kelompok urea 10%). Skor SRRC menurun secara bermakna pada kedua kelompok sebelum dan sesudah terapi 2 dan 4 minggu. Penurunan skor SRRC tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok, (2,5 dan 3,5 pada kelompok vaselin album versus 3 dan 3 pada kelompok urea).
Kesimpulan. Kedua pelembab mampu menurunkan TEWL dan SRRC pasien kusta secara bermakna. Tetapi perubahan nilai tersebut tidak berbeda bermakna antara kelompok pengguna salap vaselin album ataupun krim urea 10%.

Background. Dry skin is a common problem in leprosy patient, due to destruction of autonom nerve or side effect of therapy.
Aim. Compare the efficacy of urea 10% cream versus petrolatum ointment on leprosy patient with dry skin.
Method. Double blinded randomnized controlled study participant were divided into two group, either received petrolatum ointment or urea 10% cream. Evaluation was done after 2 and 4 weeks treatment by measuring transepidermal waterloss (TEWL) and dry skin score (SRRC).
Result. 48 participant enrolled in the study, 24 received urea 10% cream while 24 received petrolatum.TEWL value in both groups were reduced significantly before and after medication. The difference was not significant in both groups (6.53 in vaselin group and 6.45 in urea group). SRRC score in both groups were reduced significantly before and after 2 and 4 weeks medication. The difference was also not significant in both groups (2,5 and 3,5 in vaselin group versus 3 and 3 in urea group).
Conclusion. Both moisturizers significantly reduce TEWL and dry skin score. There was no significantly difference in reduction between vaselin album ointment and urea 10% cream.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Rustiyaningsih
"Ruam popok dapat meningkatkan ketidaknyamanan pada bayi baru lahir, bahkan bisa menjadi masalah yang serius. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktorfaktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ruam popok pada bayi baru lahir dan prevalensinya, di ruang perinatologi salah satu rumah sakit rujukan di Jakarta, Indonesia. Penelitian menggunakan metode survey dengan desain cross sectional restrospective study. Sampel (n=95) dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling. Ruam popok ditentukan menggunakan instrumen DDSIS (Diaper Dermatitis Severity Intensity Score). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ruam popok 26,3 %. Analisis multivariat regresi logistik menunjukkan dua faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ruam popok: infeksi mikroorganisme dan lama hari rawat.

Besides increasing infant's discomfort, diaper rash could cause other serious problems. This study aimed to investigate the risk factors of infant's diaper rash and its prevalence in a perinatology ward at a recommended hospital in Jakarta, Indonesia. This study used a survey method with cross-sectional retrospective design. The respondents (n=95) were chosen based on consecutive sampling. Diaper rash was identified using DDSIS (Diaper Dermatitis Severity Intensity Score). The results showed that the prevalence of diaper rash was 26.3%. The multivariate logistic regression analysis showed that there were two risk factors related to diaper rash prevalence: microorganism infection and inpatient time."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isman Jafar
"Latar belakang: Dampak Dermatitis Atopik DA terhadap kualitas hidup seorang anak di Amerika dan Negara-negara eropa relatif telah dikenal dengan baik, namun belum pernah di evaluasi di Indonesia. Terlebih lagi hubungan antara derajat dermatitis atopik dan biaya obat belum pernah diteliti, walaupun beberapa penelitian mendeteksi perburukan dan biaya pengobatan yang lebih tinggi pada bayi/anak yang lebih muda dengan DA.
Tujuan: Mengetahui kualitas hidup dan biaya pengobatan pada bayi/anak dermatitis atopik DA .
Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross sectional pada 60 bayi/anak berusia 0 ndash; 4 tahun menjalani pemeriksaan objective SCORAD dan orang tua mereka diwawancara dengan kuesioner kualitas hidup dermatologis bayi dan biaya pengobatan.
Hasil: Terdapat korelasi sedang antara keparahan SCORAD obyektif dengan IDQOL r = 0,431, p = 0,001 , sedangkan korelasi sedang juga terjadi antara SCORAD obyektif dan biaya pengobatan r = 0,367, P = 0,004 . Setelah diklasifikasikan menjadi dermatitis ringan, sedang, dan berat , hubungan antara beratnya DA dan rendahnya kualitas hidup serta tingginya biaya obat juga berkorelasi sedang r = 0,545, P = 0,01 .
Kesimpulan: Terdapat korelasi sedang antara keparahan DA dengan gangguan kualitas hidup, sesuai dengan yang ditampakkan oleh banyak literatur internasional dan terdapat korelasi sedang antara derajat dermatitis dengan biaya pengobatan dalam manajemen DA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>