Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39707 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyono Martowikrido
Depok: Masup Jakarta, 2006
069.5 WAH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia M. N. D
"Artefak adalah salah satu data arkeologi yang sangat penting peranannya dalam usaha merekonstruksi Kebudayaan masa lalu manusia melalui suatu penelitian. Untuk dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut, harus dilakukan tiga tahapan penelitian arkeologi, yaitu observasi (pengumpulan data), deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi (penafsiran data). Untuk penelitian ini digunakan sampel berupa cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari pulau Jawa. Selain menggunakan cermin perunggu sebagai data utama penelitian ini, digunakan juga Karangan-karangan yang membahas tentang cermin, baik cermin-cermin dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, seperti dari Cina dan Eropa. Setelah melakukan pendataan atas cermin-cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta, yang secara kwantitatif maupun kwalitatif telah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai data penelitian, hasil dari pendataan ini kemudian diolah. Pada pengolahan data dilakukan pemilahan untuk menetapkan data-data yang akan diteliti. Data-data ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok cermin dan kelompok tangkai. Masing-masing kelompok kemudian dipilah lagi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya. Dari basil pemilahan ini didapatkan ciri-ciri cermin dan tangkai. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri cermin perunggu, digunakan metode klasifikasi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, dimana penggolongan atas kelas dan tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Dalam penelitian ini, ciri-ciri dari hasil pemilahan yang dilakukan terhadap cermin perunggu dimaksudkan untuk membentuk tipe, karena tipe artefak sekurang-kurangnya harus menunjukkan perkaitan antara dua ciri. Pada cermin-cermin ini, ciri-ciri tersebut adalah atribut bentuk dan atribut hiasan. Setelah berhasil membentuk tipe-tipe serta variasinya, dapatlah diamati tipe dan variasi yang paling banyak muncul. Dengan melihat hubungan antara hiasan, ukuran serta berat cermin perunggu dengan bukti-bukti yang ada mengenai kegunaan cermin sebagai obyek yang berkaitan dengan kecantikan dan keagamaan, dapatlah kiranya disimpulkan bahwa cermin perunggu di pulau Jawa memang digunakan oleh wanita sebagai obyek kecantikan dan juga digunakan oleh para pendeta dan pertapa untuk upacara-upacara keagamaan maupun sebagai bekal kubur."
1989
S11784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11899
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldo Zoro
"Skripsi ini membahas tentang identifikasi 17 batu-batu berelief cerita yang dikoleksi oleh Museum Nasional Jakarta. Data diperoleh melalui studi kepustakaan dan lapangan. Data kepustakaan berupa daftar katalog/label (caption) yang memuat informasi umum batu berelief dan sumber bacaan lain yang berhubungan dengan batu berelief koleksi Museum Nasional. Sedangkan data lapangan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek benda untuk kegunaan dalam melakukan deskripsi. Data tersebut dikumpulkan dan kemudian diolah menggunakan analisis khusus, analisis khusus dilakukan terhadap bentuk masing-masing komponen relief untuk selanjutnya dikaitkan hubungan antara satu sama lain komponen-komponen batu berelief tersebut melalui analisis konteks. Analisis yang diperhatikan dalam analisis khusus, yaitu memisahkan masingmasing bentuk komponen antara lain adalah tokoh, lingkungan alam dan benda budaya. Komponen-komponen tersebut kemudian dipersatukan melalui analisis konteks untuk mendapatkan suatu adegan tertentu. Setelah itu hasil dari adegan tersebut dibandingkan dengan sumber bacaan yang memuat cerita karya sastra Jawa Kuno maupun dengan relief lain yang memiliki penggambaran sejenis. Hasil dari perbandingan tersebut berupa batu berelief yang dapat diidentifiksi ceritanya seperti Ramayana, Mahabarata, Panji dan lain-lain. Sementara hasil yang lainnya yaitu batu berelief yang tidak dapat diidentifikasi ceritanya.

This thesis study about the narrative identification of 17 relief stone collection in Jakarta National Museum. The reference data is acquired through the study of literature and examination on the site. Reference data consist of catalog/label lists (caption) which provide information about the origin of relief stone and another source of reference is books related with relief stone collected by the Jakarta National Museum. On site data is acquired by examining the object for description purpose. The data is collected and then processed with specific analysis on the shape of each relief components to further finding the relation of each component through context analysis. Specific analysis is separating each component, for example is figure, environment, and man-made object. The components then mixed with context analysis to obtain certain scene. One of the results of the scene then compared with literature reference that is originated from Ancient Javanese literature as well as with another relief with similar scene. The result of the comparison is identified relief stone such as Ramayana, Mahabarata Panji etc. Another result is relief stone that remain unidentified."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gangges Gasaskhaa
"This research aimed at evaluating the application of building?s fire safety using a software of Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES) on National Museum Building, Jakarta, located on Jalan Merdeka Barat 12, Central Jakarta. Based on the research on two buildings, Building A and B, none of the two buildings that meet the standards of NFPA 101: Life Safety Code ®. None of the 12 parameters evaluated meets the standards.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan keselamatan kebakaran gedung dengan menggunakan perangkat lunak / software Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES) di Gedung Museum Nasional Jakarta yang beralamat di Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat. Berdasarkan hasil penelitian pada 2 gedung yaitu Gedung A dan B, tidak ada satupun gedung yang memenuhi standar NFPA 101: Life Safety Code ®. Tidak ada satupun dari 12 parameter yang dievaluasi memenuhi standar."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Prasetyanti Lydia
"Selain sebagai sumber daya pangan, kerang ternyata juga dimanfaatkan sebagai salah satu alat atau sarana untuk melakukan suatu pekerjaan bagi manusia pada masa lalu. Hal inidibuktikan dengan adanya benda-benda peninggalan masa lalu yang berupa artefak alat kerang dari banyak situs-situs bersejarah, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Artefak alat kerang yang dibahas dalam penelitian ini adalah berasal dari situs-situs gua Prasejarah di daerah Jawa Timur, dan yang menjadi koleksi dari Museum Nasional Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti, serta jenis-jenis kerang yang dipakai; (2) menjelaskan fungsi dari masing-masing jenis alat kerang tersebut, serta teknik buat dan cara penggunaannya (3) menjelaskan hubungan antara jenis dan bentuk-bentuk alat kerang yang dihasilkan dengan kondisi lingkungan sekitar situs tempat penemuan alat-alat kerang tersebut. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tahap pertama, dilakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Kemudian pada tahap selanjutnya, yaitu tahap pengolahan data, data yang telah dikumpulkan dicatat dan dianalisis melalui analisis khusus. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis kerang yang dipakai, ukuran, pola pecah, serta ciri-ciri khsuus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti. Sedangkan untuk mengetahui fungsi, teknik buat, dan cara yang memuat data etnografi tentang kehidupan beberapa masyarakat tradisional yang masih memanfaatkan sumber daya kerang dalam kehidupannya. Karena masih sangat terbatasnya data kepustakaan yang ada maka untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih jauh tentang penggunaan alat-alat kerang pad amasa lalu, dilakukan beberapa percobaan dengan menggunakan kerang-kerang dari jenis yang sama dengan kerang-kerang yang diteliti. Selain itu, juga dilakukan kajian terhadap sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada tahap akhir dari penelitian ini, yaitu tahap penafsiran data, dibuat suatu rangkuman dari analisis yang telah dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: artefak alat kerang koleksi Musium Nasional Jakarta yang berasal dari situs-situs gua Prasejarah di Jawa Timur, memiliki ciri-ciri khusus tertentu yang membedakannya dengan pecahan-pecahan kerang biasa pada umumnya, (2) kerang-kerang yang dipakai sebagai alat dari masa lalu tersebut, hanya berasal dari satu jenis kerang saja, yaitu: Polymesoda sp., (3) keseluruhan artefak alat kerang yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis alat, yaitu: kelompok Penyerut, serta kelompok Penusuk dan Penyerut. Masing-masing jenis alat kerang ini memiliki teknik buat yang pada dasarnya adalah sama, yaitu teknik pukul (teknik pecah) dengan menggunakan bantuan alat-alat lainnya. Sedangkan fungsi dan cara pakai dari masing-masing jenisalat kerang tersebut bila dikaji lebih jauh, ternyata berkaitan erat dengan kondisi flora dan fauna serta keadaan lingkungan dari situs-situs yang bersangkutan. Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah bersifat sementara, karen masih dibutuhkan pengujian dan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khozin
"ABSTRAK
Tesis ini membahas penerapan konsep museologi baru dan museum sejarah di
Museum Kebangkitan Nasional. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini
adalah menjadikan Museum Kebangkitan Nasional sebagai museum sejarah ideal
dan merumuskan konsep komunikasi yang tepat untuk memudahkan proses
penyampaian pesan. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasikan bahwa Museum
Kebangkitan Nasional merupakan museum sejarah yang dalam pengelolaannya
belum menggunakan konsep museologi baru, karena belum menerapkan konsep
komunikasi timbal balik.

ABSTRACT
The object of this research was to discuss the application of the new museology
and the historical museum concepts. This research is a descriptive study which
used qualitative approach. The aim of the study is to perform ?National
Awakening Museum? as the ideal historical museum and formulate the
appropriate communication concept to facilitate the process of delivering
messages. The result of the research identified that National Awakening Museum
is a historical museum which its management has not used the new museology
concept, due to the fact of lacking the using of reciprocal communication concept."
2013
T35378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sarkoro Boedi Santoso
"Beliung Persegi merupakan salah satu alat batu dari tradisi Neolitik atau masa bercocok tanam yang banyak di-temukan tersebar di kepulauan Indonesia, terutama di Indonesia bagian barat. Sebagai suatu peralatan batu yang dipakai untuk bekerja, beliung persegi tampak memperlihatkan keanekaragaman dalam hal bentuk, ukuran, bahan dan kekerasannya, besarnya sudut tajaman, jenis kerusakan, dan letak keru sakan. Adanya keanekaragaman itu merupakan masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini. Masalah lain yang menjadi perhatian adalah mengenai fungsi beliung dilihat atas dasar bentuk jejak pakai yang ditinggalkan, sehingga akan jelas bagaimana hubungan antara jejak pakai pada be_liung dengan teknik (cara) pemakaiannya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah beliung persegi koleksi Museum Nasional Jakarta dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang kesemuanya merupakan temuan lepas (bukan basil ekskavasi) berasal dari daerah Bogor, dengan jumlah temuan sebanyak 225 buah yang dapat diidentifikasikan.
Analisis dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri bentuk, ukuran, bahan dan kekerasan, besarnya sudut tajaman, jenis kerusakan dan keletakannya pada mata tajaman. Untuk dapat menganalisis fungsi beliung, harus diketahui terlebih dahulu beberapa macam fungsi alat batu dengan masing-masing ciri-ciri kerusakannya yang digunakan oleh beberapa suku bangsa, di samping itu juga dari beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh beberapa ahli, melalui kajian kepustakaan yang digunakan sebagai data banding. Setelah terkumpulnya data banding tahap selanjutnya adalah. milakukan analogi etnografi berdasarkan kajian kepusta_kaan, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam fungsi beliung.
Hasil analisis tentang fungsi beliung persegi, menunjukkan bahwa beliung persegi digunakan sebagai alat untuk mengerat/meraut (whittling), penarah/pengetam/penyerut (planning), menggergaji (sawing), memotong/mengiris (cutting/slicing), membelah (chopping), mengampak (axing), mengikis/mengerik (scraping), baji (wedging)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Penelitian ini mengkaji arca dewa yang masih diragukan identitasnya, namun diduga merupakan perwujudan dewa Wisnu yang dikenal dengan nama Wisnu Adimurti dan Wisnu Anantasayana. Arca yang diduga merupakan arca Wisnu Adimurti berasal dari Museum Nasional Jakarta, dan arca yang diduga merupakan arca Wisnu Anantasayana berasal dari Museum Radya Pustaka Solo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kesesuaian ikonografi arca Wisnu Adimurti dan Wisnu Anantasayana dengan ketentuan Hindu India. Metode yang digunakan adalah perbandingan ciri-ciri ikonografi baik antara arca MNJ dengan MRS maupun antara kedua arca tersebut dengan ketentuan India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh arca dari Museum Nasional Jakarta memiliki kecocokan dengan dengan ketentuan India Wisnu Adimurti, dan tokoh arca dari Museum Radya Pustaka memiliki kecocokan dengan ketentuan India Wisnu Anantasayana. Kedua tokoh arca itu berbeda satu sama lain karena ciri utama yang dimiliki oleh arca MNJ dan ciri yang dimiliki arca Museum MRS tidak sama. Arca MNJ digambarkan dengan posisi duduk memegang cakra dengan ular naga Ananta di bawahnya, sedangkan arca MRS digambarkan dengan posisi berbaring di atas padma dengan ular naga yang terletak di belakang tokoh utama. Demikian pula arca MNJ dan arca MRS memiliki perbedaan dengan ketentuan India karena faktor imajinasi dan pengalaman seniman lokal, dan memiliki kesamaan karena faktor pedoman atau acuan penggambaran sosok dewa Wisnu dalam agama Hindu

This research examines statues of deities whose identity is still doubtful, but which are thought to be the embodiment of the god Vishnu, known as Wisnu Adimurti and Wisnu Anantasayana. The statue which is thought to be the statue of Wisnu Adimurti comes from the Jakarta National Museum, and the statue which is suspected to be the statue of Wisnu Anantasayana is from the Solo Radya Pustaka Museum. This study aims to identify and reveal the suitability of the iconographic statues of Wisnu Adimurti and Wisnu Anantasayana with the provisions of Hindu India. The method used is a comparison of the iconographic features between the MNJ and MRS statues and between the two statues with Indian regulations. The results showed that the figures from the Jakarta National Museum match the provisions of India Wisnu Adimurti, and the figures from the Radya Pustaka Museum match the provisions of India Wisnu Anantasayana. The two figures of the statues are different from each other because the main characteristics of the MNJ statue and the characteristics of the MRS Museum statue are not the same. The MNJ statue is depicted in a sitting position holding the chakra with the dragon snake Ananta underneath, while the MRS statue is depicted lying on a lotus position with the dragon snake behind the main character. Likewise, the MNJ statue has differences with the Indian provisions due to the imagination and experience of local artists, and has similarities due to the guideline or reference for the depiction of the figure of Lord Vishnu in Hinduism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanto Soegiarto
"Dewanto Soegiarto. Klasifikasi Hata Tombak Koleksi Museum Nasional Jakarta. (Di bawah bimbingan Bambang Sumadio). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Mata tombak adalah salah satu benda hasil buatan manusia, yang sudah dikenal sejak jaman prasejarah hingga kini. Beberapa mata tombak dapat dijumpai sebagai koleksi Museum Nasional Jakarta, yang menunjukan keanekaragaman bentuk, ukuran, dan hiasan yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan bahan pustaka yang berkaitan dengan tombak dan yang berkaitan dengan metodologis penelitian artefak, maka disusun suatu metode untuk meneliti mata tombak kolek_si Museum Nasional Jakarta. Mengingat hanya dimensi bentuk yang cukup lengkap, maka penelitian ini lebih diarahkan untuk mengungkapkan masalah-masalah berdasarkan dimensi bentuk. Termasuk masalah dimensi waktu yang sudah tidak diketahui, namun diusahakan untuk dilengkapi. Data artefaktual berupa 28 mata tombak. Juga dipakai data bantu dari berbagai sumber sejarah, yaitu prasasti Pangumulan, Rukam, Lintakan, dan Wukajana, naskah Serat Centhini, relief Karmawibhangga candi Borobudur, arca Ardhanarisvara, dan arca Siva Mahaguru. Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan metode klasifikasi, yaitu klasifikasi taksonomi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan_-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, di mana penggolongan atas kelas atau tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Klasifikasi dilakukan dengan mula-mula melakukan pemilahan terhadap atribut-atribut mata tombak, yaitu bentuk dasar bilah, bentuk metuk, hentuk pesi, hiasan, dan ukuran. Bentuk dasar bilah masih dapat diperinci lagi menjadi bagian pangkal bilah, badan bilah, dan pucuk bilah. Lalu ditentukan atribut kuat dan atribut lemah. Atribut kuat, yaitu bentuk dasar bilah, bentuk metuk, dan bentuk pesi dipakai untuk menghasilkan tipe-tipe. Tipe-tipe ini selanjutnya dianalogikan dengan berbagai sumber sejarah dalam usaha untuk melengkapi dimensi waktu dari mata tombak tersebut. Setelah dilakukan perbandingan bentuk, maka terdapat 3 tipe dapat diberi dimensi waktu secara relatif"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>