Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64071 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The main cause of mortality among Indonesian pilgrims was circulatory diseases. The death was common among old pilgrims, especiallly due to heart failure...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christophorus Simadibrata
"Penyakit jantung adalah penyebab no. 1 kematian di Indonesia. Salah satu masalah utama dalam penyakit jantung adalah hipertrigliseridemia. Ekstrak kulit buah Garcinia dioica dapat menjadi salah satu terapi alternatif bagi peningkatan kadar trigliserida. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen desain paralel dengan metode matching. Ada 5 kelompok uji, tikus normal, tikus dengan kelebihan asupan lemak, dan pemberian 3 dosis yang berbeda dari ekstrak. Tikus diinduksi dengan kadar trigliserida yang tinggi. Sampel darah diambil di laboratorium setelah 21 hari pada tikus dengan lemak tinggi dan tanpa asupan lemak, dan 3 dosis ekstrak diambil setelah 21 hari kemudian.
Hasil dari percobaannya yaitu: (1) tikus normal (29,6), (2) tikus dengan kelebihan asupan lemak (36,4), (3) 10 mg (66,2), (4) 20 mg (72,9) dan (5) 30 mg (67,6). Hasil dianalisis dengan uji T untuk tikus normal dan tikus yang diberi asupan lemak lebih dan hasilnya adalah p = 0,255. 3 dosis hasil Garcinia dianalisis dengan One Way ANOVA-dan hasilnya adalah p = 0,947. Pemberian ekstrak Garcinia dioica strain Wistar tidak menurunkan kadar trigliserida secara signifikan.

Cardiovascular disease is the no. 1 cause of death in Indonesia. One of the main problem in cardiovascular disease is hypertriglyceridemia. Garcinia dioica skin extract can be an alternative therapy for elevated triglyceride levels. The research was carried out experimentally the parallel design with matching methods. There are 5 test group; normal rat, rat with excess fat intake, and the administration of 3 different doses of the extract. The rat was inducted with high trigygliceride orally. Blood samples were taken in the laboratory after 21 days on the rat with and without fat intake, and 3 doses of the extract were taken after the next 21 days.
The results of each treatment are: (1) normal rat (29.6), (2) rat with excess fat intake (36.4), (3) 10 mg (66.2), (4) 20 mg (72.9) and (5) 30 mg (67.6). The results were analysed with T test for normal rat and rat that were given excess fat intake and the result is p = 0.255. 3 dose of garcinia results were analysed with One-Way ANOVA and the result is p= 0.947. The administration of extract of Garcinia dioica Wistar strain does not lower triglyceride levels significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Elyn Dohar Idarin
"Infeksi protozoa usus pada kelompok usia anak masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Di Indonesia dilaporkan prevalensinya berkisar antara 6,1-57,0%. Namun, infeksi protozoa usus pada anak seringkali tidak terdiagnosis karena gejala seringkali sudah tidak khas akibat berbagai pengobatan yang diberikan, terutama di rumah sakit tersier. Hasil negatif palsu juga dapat ditemukan pada kelompok pasien ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi terkait profil klinis pasien anak dengan kecurigaan diagnosis infeksi parasit usus serta hubungannya dengan hasil pemeriksaan spesimen feses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi infeksi protozoa usus pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo serta mengetahui karakteristik klinis dan faktor yang berhubungan dengan deteksi protozoa usus. Penelitian dilakukan secara potong lintang retrospektif, menggunakan data rekam medis pasien anak usia <18 tahun dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang diperiksa fesesnya di Laboratorium Parasitologi FKUI. Data demografi, status gizi, riwayat penyakit, riwayat pemberian obat antiparasit, status HIV dan nilai CD4, dan hasil pemeriksaan feses diekstraksi dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antarvariabel terhadap deteksi protozoa usus. Dari total 251 rekam medis pasien yang tercatat pada tahun 2018 hingga 2020, terdapat 97 sampel yang memenuhi kriteria eligibilitas penelitian dan dilakukan analisis. Hasil penelitian menunjukkan proporsi infeksi protozoa usus sebesar 10,3% (10/97). Infeksi Blastocystis hominis paling banyak ditemukan (6/10), diikuti Cryptosporidium spp. (3/10), Giardia duodenalis (2/10), Cyclospora sp. (1/10) dan Entamoeba histolytica (1/10). Kelompok usia sekolah, status HIV positif, dan nilai CD4 <200 sel/μl merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi protozoa usus pada studi ini.

Intestinal protozoa infection in the child age group is still a health problem in developing countries, one of which is in Indonesia. In Indonesia, the reported prevalence ranges from 6.1% to 57.0%. These infections tended to be undiagnosed due to nonspecific clinical and laboratory findings, as the patients might have been exposed to various antimicrobial treatments prior to examination. Thus, a study on the relationship between patients’ clinical profiles and stool specimen results needs to be performed. The current study aimed to identify the proportion of intestinal protozoan infection in pediatric patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and the associated factors of the infection. The research was a retrospective, cross-sectional study on patients aged <18 years. Data on patients’ medical records were retrieved: demography, nutritional status, past medical history, treatment history, HIV status, CD4 levels, and results of the fecal examination. Bivariate analysis was performed to identify the associated factors of intestinal protozoan infection. A total of 251 medical records from patients admitted in years 2018 through 2020 were obtained, among which 97 fulfilled the eligibility criteria and underwent final analysis. The proportion of intestinal protozoan infection was 10.3% (10/97), the most prevalent being Blastocystis hominis (6/10), followed by Cryptosporidium spp. (3/10), Giardia duodenalis (2/10), Cyclospora sp. (1/10) and Entamoeba histolytica (1/10). Current study results demonstrated that being school-age children, being HIV-positive, and having CD4 <200 cells/μl contributed to intestinal protozoan infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deshinta Rosalina Puspitasari
"Kesehatan jantung merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang perlu untuk memeriksakan kesehatan jantungnya secara regular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan jantung mahasiswa reguler FIK UI angkatan 2013 berdasarkan indikator tekanan darah, indeks massa tubuh, dan frekuensi nadi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan metode total sampling. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler FIK UI angkatan 2013. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden yang memiliki faktor risiko masalah kesehatan jantung berdasarkan indikator tekanan darah adalah 32,7%, proporsi responden yang berisiko mengalami masalah jantung berdasarkan indikator indeks massa tubuh adalah 25,5%, sedangkan 8,2% diantaranya berisiko mengalami masalah jantung berdasarkan indikator frekuensi nadi. Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan keperawatan, khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan UI untuk menyedikan program kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan jantung mahasiswanya.

Heart Health is the important component in human life. Therefore, every people need to check their heart health regularly. This study aimed to identify heart health status among regular nursing students at Universitas Indonesia based on blood pressure, body mass index, and pulse rate indicators. This study used descriptive cross-sectional design with total sampling method. Respondents in this study were all nursing students at Universitas Indonesia year 2013. Variable that used in this study are blood pressure, body mass index, and pulse rate. Data in this study were analyzed by using univariat analysis.
This study showed that the proportion of respondents who had a risk in heart problem based on blood pressure indicator were 32,07%. The proportion of respondents who had risk in heart problem based on body mass index indicator were 25,5%, whereas just 8,2% of them had a risk in heart problem based on pulse rate indicator. This study suggested educational nursing institution, and Faculty of Nursing UI in particular, to provide programs which can enhance their student?s heart health.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Arif
"Latar belakang: Penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) terusmeningkat jumlahnya di dunia maupun di Indonesia. Fistula arterio-venosa (FAV) masih menjadi standard emas aksesvaskular untuk hemodialisa dan untuk pasien diabetes melitusdirekomendasikan untuk membuat FAV di brakiosefalika. Steal Syndrome merupakan salah satu komplikasi FAV. Telah adapenelitian basal digital pressure (BDP), saturasi oksigen, dan change digital pressure (CDP) untuk diagnosa Steal Syndrome, namun belum pada pasien dengan diabetes melitus. Penelitianini bertujuan untuk mengukur akurasi BDP, saturasi oksigen, dan CDP untuk diagnosa Steal Syndrome pada pasien PGTA dengandiabetes melitus.
Metode: Penelitian ini merupakan kohort prospektif yang melibatkan 69 pasien PGTA dengan diabetes melitus tipe 2 yang melakukan kontruksi FAV brakiosefalika pada 3 senter vaskulardi Jakarta. Pemeriksaan BDP, CDP, dan saturasi oksigendilakukan minimal 4 minggu setelah proses pembuatan FAV dan setelah FAV dinyatakan matur serta telah digunakan untukhemodialisa. Analisis statistic menggunakan SPSS versi 25.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada CDP, BDP, maupun saturasi oksigen antara pasien Steal Syndrome dan tidak Steal Syndrome (p<0,001). Nilai area under curve (AUC) BDP, CDP, dan Saturasi oksigen untuk memprediksi Steal Syndrome adalah 95,9% (IK95%: 90,1%-100%), 93,8% (IK95%: 87,6%-99,9%), dan 97,5% (IK95%: 93,8%-100%). Dan nilai ambang batasBDP, CDP, dan saturasi oksigen yang optimal untukmemprediksi Steal Syndrome adalah <85 mmHg (sensitivitas: 80%, Spesifisitas 100%) untuk BDP, >35 mmHg (sensitivitas: 80%, Spesifisitas 90,74%) untuk CDP, dan 94,5% (sensitivitas80%, spesifisitas 100%) untuk saturasi oksigen.
Kesimpulan: BDP, CDP, dan saturasi oksigen meski dengansensitivitas dan spesifisitas yang masih terbatas terbukti dapatdigunakan untuk mendiagnosa Steal Syndrome pada pasienPGTA dengan diabetes melitus.

Background: The number of end-stage renal disease patient keep increasing globally. Arteriovenous Fistula (AVF) is still the golden standard vascular access for hemodialysis and the recommended site for AVF construction in diabetic patient is at brachiocephalic. Steal Syndrome is one of AVF complication.There have been studies that used basal digital pressure (BDP), oxygen saturation, and change digital pressure (CDP) for Steal Syndrome diagnosis. However, there is no study in diabetic patient. This study aims to measure the accuracy of BDP, CDP, and oxygen saturation to diagnose Steal Syndrome in end-stage renal disease patient with type 2 diabeters mellitus.
Methods: This is a prospective cohort study with 69 end-stage renal disease patient with type 2 diabetes mellitus that have braciocephalic AVF construction in 3 vascular centers in Jakarta. BDP, CDP, and oxygen saturation examination was performed after AVF was considered mature and being use for hemodialysis, the earliest being 4 weeks after AVF construction.SPSS version 25 was used for statictical analysis.
Result: There was significant association between CDP, BDP,and oxygen saturation with Steal Syndrome (p<0,001). Area Under Curve (AUC) value of BDP, CDP, and oxygen saturation to predict Steal Syndrome was 95,9% (90,1%-100%), 93,8% (87,6%-99,9%), and 97,5% (93,8%-100%) consecutively. The optimal threshold of BDP, CDP, and oxygen saturation for predicting steal syndrome was <85 mmHg (sensitivity: 80%, Spesificity 100%) for BDP, >35 mmHg (sensitivity: 80%, Spesificity 90,74%) for CDP, dan 94,5% (sensitivity 80%, spesificity 100%) for oxygen saturation.
Conclusion: BDP, CDP, and oxygen saturation can be used to diagnose Steal Syndrome in end-stage renal disease patient with diabetes mellitus. However, BDP, CDP, and oxygen saturation still have limited sensitivity and specificity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Chandra
"Latar Belakang: Penelitian mengenai petanda inflamasi akut terkait pajanan uap las pada pekerja las sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, tidak semua penelitian tersebut sepakat terjadi perbedaan jumlah petanda inflamasi akut sesudah terpajan uap las. Penelitian ini ingin mengetahui apakah terjadi perbedaan jumlah petanda inflamasi akut akibat pajanan uap las dengan sel netrofil mukosa hidung sebagai petanda inflamasinya.
Metode:Pada penelitian longitudinal ini, 110 pekerja di sebuah perusahaan pembuat knalpot diperiksa jumlah sel netrofil mukosa hidungnya sebelum dan sesudah terpajan uap las serta diukur kadar logam Kromium, Besi, Mangan, dan Aluminium dalam darah pada 40 pekerja diantaranya. Dilakukan pengukuran kadar logam Cr, Fe, Mn, dan Al di lingkungan kerja untuk menilai kadar pajanan.
Hasil:Pengukuran lingkungan menunjukkan kadar Kromium, Besi, Mangan, dan Aluminium udara berada di bawah Nilai Ambang Batas. Sel netrofil sediaan apus sebelum dan sesudah terpajan uap las 8 jam sama – sama berjumlah 2 sel/10 lpk (p = 0,233). Pada penelitian ini juga ditemukan kadar dalam darah logam Cr sebesar 1,03 µg/l; logam Fe sebesar 283.787,73 µg/l; logam Mn sebesar 14,96 µg/l; dan logam Al sebesar 25,68 µg/l.
Kesimpulan:Tidak ditemukan perbedaan jumlah sel netrofil mukosa hidung yang bermakna secara statistik akibat pajanan uap las.

Background and Objective: Many studies about acute inflammation marker regarding metal fume exposure have been conducted but not all agree that metal fume exposure will raise acute inflammation response. One of the acute inflammation markers is nasal mucous neutrophil and this study was conducted to investigate the difference of neutrophil count after being exposed to metal fume as acute inflammation response.
Methods: This study used a longitudinal design with 110 welders as subjects. Nasal mucous neutrophil data was collected before and after 8 hours metal fume exposure. Metal fume (i.e. Chromium, Iron, Manganese, and Aluminum) exposure in the work place was measured with AAS while blood metal level in 40 subjects among them was with ICP-MS.
Results: Chromium, Iron, Manganese, and Aluminum fume level in the work place was under Threshold Limit Value while Chromium, Iron, Manganese, and Aluminum blood level was 1,03 µg/l; 283.787,73 µg/l; 14,96 µg/l; and 25,68 µg/l respectively.Neutrophil count before and after 8 hours metal fume exposure didn’t show any difference with statistically significance (p = 0,233)
Conclusions: There was no statistical significant increase of nasal mucous neutrophil regarding metal fume exposure
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Sunny
"Latar belakang: MRCP merupakan teknik pencitraan tidak invasif untuk mengevaluasi anatomi dan mendeteksi kelainan sistem bilier. Cairan di saluran bilier akan memperlihatkan sinyal yang tinggi pada MRCP. Salah satu keterbatasan pemeriksaan MRCP ialah cairan di saluran gastrointestinal juga memberikan sinyal tinggi yang dapat mengganggu evaluasi saluran bilier. Sari buah nanas dapat menjadi kontras oral negatif untuk menurunkan sinyal di gastrointestinal. Belum terdapat penelitian penggunaan sari buah nanas pada pemeriksaan MRCP di Indonesia dan belum terdapat penelitian yang menilai visualisasi cabang-cabang duktus intrahepatikus setelah pemberian sari buah nanas. Tujuan: Mengukur perbedaan SNR gaster dan duodenum serta perubahan tingkat visualisasi cabang-cabang duktus bilier intrahepatikus sesudah pemberian sari buah nanas pada pemeriksaan MRCP. Metode: Dilakukan pemeriksaan MRCP sebelum dan sesudah pemberian sari buah nanas pada subjek penelitian. Mengukur perbedaan rerata SNR gaster dan duodenum serta mengukur perubahan tingkat visualisasi cabang-cabang duktus bilier intrahepatikus sebelum dan sesudah pemberian sari buah nanas. Perbedaan rerata SNR gaster dan duodenum dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan perubahan tingkat visualisasi dianalisis dengan uji McNemar untuk menilai diskordans. Hasil: Didapatkan 25 subjek penelitian yang menjalani pemeriksaan MRCP sebelum dan sesudah pemberian sari buah nanas. Terdapat penurunan bermakna SNR gaster dan duodenum setelah pemberian sari buah nanas, 127,1 (18,7-1194,6) menjadi 42.2 (4,2-377,1) untuk gaster dan 64,1 (3,8-613.4) menjadi 44,6 (6,5-310,3) untuk duodenum (p < 0,05). Terdapat perubahan bermakna tingkat visualisasi duktus bilier intrahepatikus (p < 0,05, diskordans >50%) dengan peningkatan tingkat visualisasi duktus intrahepatikus kanan segmen anterior pada 66% pengamatan, duktus intrahepatikus kanan segmen posterior pada 58% pengamatan, dan 70% pengamatan untuk duktus intrahepatikus kiri. Simpulan: Pemberian sari buah nanas dapat menurunkan sinyal gaster dan duodenum pada pemeriksaan MRCP dan mempengaruhi tingkat visualisasi cabang-cabang duktus bilier intrahepatikus.

Background: MRCP is a non-invasive imaging technique for evaluating anatomy and detecting abnormalities of the biliary system. Fluid in biliary tract will show high signal on MRCP. One of the limitations of MRCP is high signal in gastrointestinal fluid which can interfere biliary tract evaluation. Pineapple juice as negative oral contrast can reduce signal in gastrointestinal tract. There have been no studies on the use of pineapple juice for MRCP in Indonesia, and no studies assessed the visualization of intrahepatic ductal branches after administration of pineapple juice. Objective: Measuring difference in gastric and duodenal SNR and changes of visualization of intrahepatic biliary ductal branches after administration of pineapple juice on MRCP. Methods: MRCP before and after administration of pineapple juice were performed on subjects. Gastric and duodenal SNR mean difference were measured, and analysis were done with Wilcoxon test. Level of visualization of intrahepatic biliary ductal branches were also measured and analysed with McNemar test for discordances. Results: There were 25 subjects underwent MRCP. Gastric and duodenal SNR were statistically decreased after administration of pineapple juice, 127.1 (18.7-1194.6) vs 42.2 (4.2-377.1) and 64.1 (3.8-613.4) vs 44.6 (6.5-310.3) respectively (p <0.05). Statistically significant difference was observed in visualization of intrahepatic ductal branches (p<0,05), discordance >50%) with increase in visualization of right duct anterior segment in 66% observation, right duct posterior segment in 58% observation, and 70% observation in left intrahepatic bile duct. Conclusion: Use of pineapple juice as negative oral contrast significantly reduce gastric and duodenal signal in MRCP also affect visualization of the intrahepatic biliary duct branches."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wicaksono
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Low Density Lipoprotein (LDL) adalah salah satu profil lemak yang memengaruhi kejadian penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek buah Garcinia atroviridis sebagai alternatif terapi untuk menurunkan kadar LDL. Penelitian ini merupakan studi eksperimental, perlakuan terhadap hewan coba tikus, dibagi dalam kelompok propylthiouracil (PTU)+diet tinggi lemak, kelompok PTU, dan pemberian 3 kelompok ekstrak. Induksi dengan asupan tinggi lemak (0,375 ml gajih ayam dan 1,5 ml kuning telur puyuh) dan PTU pada kelompok PTU+diet tinggi lemak dan 3 kelompok ekstrak. Pengambilan sampel darah pada tikus PTU dan PTU+diet tinggi lemak setelah 21 hari, dan 42 hari pada kelompok ekstrak.
Data dianalisis menggunakan tes parametrik one way ANOVA dan uji T tidak berpasangan. Didapatkan rata-rata LDL tiap perlakuan: (1) PTU (24,8), (2) PTU+diet tinggi lemak (52,4), (3) dosis 10 mg (22,8), (4) dosis 20 mg (25,4), (5) dosis 30 mg (36,25). Pada uji T menunjukkan kenaikan LDL yang signifikan pasca induksi, pada uji ANOVA menunjukkan penurunan LDL pasca pemberian ekstrak buah Garcinia atroviridis yang berbeda bermakna. Analisis Post Hoc menunjukkan penurunan LDL paling signifikan pada dosis 10 mg. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak buah Garcinia atroviridis pada tikus strain Wistar secara signifikan menurukan kadar LDL.

Cardiovascular disease is one of the leading cause of death in Indonesia. Low Density Lipoprotein (LDL) is one of lipid profile that has effect on cardiovascular disease. This research is aimed to discover the effect of Garcinia atroviridis fruit extract to lower LDL level. This is an experimental study, intervention was given differently to laboratory rats: propylthiouracil (PTU)+high lipid diet, PTU, and 3 extract groups. Induction is conducted with high lipid diet (0,375 ml chicken fat and 1,5 ml quail egg yolk) and PTU, in PTU with high lipid diet and 3 extract groups. Rats blood was extracted, PTU and PTU+high lipid diet after 21 days, and 42 days for extract group.
Data was analysed using one way ANOVA parametric test and independent T test. Mean LDL value of each treatment: (1) PTU (24,8), (2) PTU+high lipid diet (52,4), (3) 10 mg (22,8), (4) 20 mg (25,4), (5) 30 mg (36,25). T test showed significant result in increasing LDL level after induction and ANOVA test showed significant result in lowering LDL level after given Garcinia atroviridis fruit extract. Post Hoc analysis shows the most significant result comes from 10 mg dose. In conclussion, Garcinia atroviridis fruit extract significantly lowers blood LDL of Wistar strain rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Rico Andrian
"Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dengan angka kejadian yang terus bertambah. Salah satu faktor resiko dari penyakit ini adalah hipertrigliserida. Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang ditujukan untuk mengetahui metode induksi peningkatan kadar trigliserida, dan efektifitas ekstrak buah Garcinia atroviridis sebagai antitrigliserida.
Penelitian terbagi menjadi 2, pertama untuk mencari metode induksi, untuk membuktikan efektifitas ekstrak buah Garcinia atroviridis. Penelitian pertama terdiri dari kelompok tinggi lemak diberikan diet tinggi lemak (0,375ml gajih ayam, 1,5ml kuning telur puyuh, dan 1ml PTU) dan kelompok tanpa lemak diberikan diet standar dan PTU. Penelitian kedua terdiri dari kelompok uji diberikan diet tinggi lemak dengan jumlah yang sama ditambah dengan ekstrak buah Garcinia atroviridis dalam 3 dosis (10mg, 20mg, 30mg). Setiap kelompok tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan kadar trigliserida darah.
Hasilnya diuji dengan tes parametrik t-test untuk menguji metode induksi, dan one way ANOVA untuk menguji efektifitas ekstrak. Terdapat perbedaan tidak signifikan (p=0,255). Pada kelompok ekstrak didapatkan perbedaan yang signifikan pada kelompok uji 1a, dan 1c (p=0,006). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat efek yang signifikan dari ekstrak buah Garcinia atroviridis untuk menurunkan kadar trigliserida berdasarkan dosis pada darah tikus strain Wistar yang diberi asupan lemak berlebih.

Cardiovascular diseases, the world?s number one cause of death has certainly keep increasing. One of the risk factor is hypertriglyceride. This study is an experimental based study which was conducted to learn induction method to increase triglyceride level, and the effect of extract Garcinia atroviridis fruit extract as antitriglyceride.
This study was separated into 2, first to look for induction method, second to prove the effect of Garcinia atroviridis fruit extract. The first study consists of high-fat group that was given high fat diet (0,375ml fatty portion of chicken meat; 1,5ml quail's egg yolk; and 1ml PTU) and non-fat group, that was given standard diet and 1ml PTU. The second study consists of group treatments, which were given high fat diet and extract of Garcinia atroviridis fruit in 3 doses (10mg, 20mg, 30mg). Each group then examined for their triglyceride level.
The results were analyzed using t-test for induction method and one-way ANOVA test for the effect of extract There are no significance different between groups without extract (p=0,255). In groups with extract, there?s a significance difference between groups (p=0,006). Therefore it concluded that there are significance effect of Garcinia atroviridis fruit extract in reducing triglyceride level in Wistar strain rats blood.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Eka Putra
"Latar belakang : Meningkatnya faktor-faktor penyebab dan kasus penyakit degeneratif dan kardiovaskular dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala selama 3 tahun (2009-2011) dan kurangnya respon pekerja terhadap program promosi kesehatan yang dilakukan sebelumnya di suatu perusahaan kimia di Cilegon mendorong dilakukannya suatu program wellness melibatkan keluarga selama 6 bulan yang diharapkan dapat menurunkan dan mengendalikan gula darah puasa, kolesterol total dan tekanan darah pada pekerja dengan obesitas sentral.Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang) komparatif dengan menggunakan data sekunder untuk membandingkan nilai beberapa parameter sindroma metabolik yaitu gula darah puasa, tekanan darah serta kolesterol total pada sebelum dan sesudah program wellness melibatkan keluarga selama 6 bulan terhadap pekerja dengan obesitas sentral.Hasil penelitian : Empat puluh pekerja dengan obesitas sentral mengikuti program wellness melibatkan keluarga selama 6 bulan. Terdapat perubahan signifikan gula darah puasa dan kolesterol total antara sebelum dan sesudah mengikuti program. Hal tersebut sudah dapat ditunjukkan setelah satu bulan mengikuti program.Sementara tekanan darah tetap berkisar normal.Kesimpulan : Ada perubahan bermakna gula darah puasa dan kolesterol total sebelum dan sesudah program wellness melibatkan keluarga selama 6 bulan terhadap pekerja dengan obesitas sentral. Kata Kunci : Obesitas Sentral, gula darah puasa, kolesterol total, tekanan darah ,Program Wellness melibatkan keluarga, 6 bulan.

Background : Numbers of degenerative and cardiovascular causal factors and cases from 3 years periodic medical examination (2009-2011) increased and workers showed lack of interest to site health promotion programs which have been done previously at a chemical manufacture in Cilegon. This leads to initiate a 6 month wellness program plus family interactions with the intention to decrease and control fasting blood sugar level, total cholesterol and blood pressure to workers with central obesity.Methods : The research design is a comparative cross sectional to determine whether the changes of several metabolic syndrome parameter values prior to and after 6 months wellness program plus family interactions to workers with central obesity. It used secondary data.Result : Forty workers with central obesity participated in the six months wellness program plus family interactions. There were significant changes of fasting blood sugar and total cholesterol, even after one month participation in the program. However, blood pressure did not significantly changed.Conclusion : There were changes on fasting blood sugar and total cholesterol significantly by partcipatin on pre and post 6 months wellness program plus family interactions to workers with central Key Word : Central obesity, fasting blood sugar, total cholesterol, blood pressure , wellness program with family interactions and 6 months"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>