Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bey, Astira
"Perawatan dengan gigi tiruan cekat merupakan perawatan yang cukup banyak dilakukan untuk mengatasi kasus kehilangan gigi. Salah satu perawatan dengan gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan jembatan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan dengan gigi tiruan jembatan. Preparasi gigi merupakan hal yang paling penting karena preparasi gigi akan menghasilkan bentuk untuk menjadi fondasi bagi gigi tiruan tersebut. Preparasi gigi penyangga yang optimal untuk pembuatan gigi tiruan jembatan sukar dilakukan dengan sempurna. Pada preparasi gigi penyangga, syarat mekanis untuk mendapatkan retensi dan resistensi yang baik adalah pembentukan dinding aksial dengan derajat kemiringan/konvergensi tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat derajat konvergensi mesiodistal pada preparasi gigi penyangga berdasarkan lokasi gigi di RSGMP FKG UI. Data diperoleh dari 20 model kerja yang didapat dari pasien gigi tiruan jembatan di klinik Prostodonsia RSGMP FKG UI secara konsekutif. Penelitian dilakukan terhadap 40 gigi penyangga yang telah dipreparasi dengan satu kali pengamatan terhadap sudut konvergensi mesiodistal menggunakan kamera digital. Setelah itu dihitung rata-rata sudut konvergensi mesiodistal yang dibentuk dan dikelompokkan berdasarkan lokasi gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut konvergensi mesiodistal yang paling kecil dibentuk adalah pada preparasi gigi anterior rahang atas kiri dan sudut konvergensi mesiodistal yang terbesar adalah pada preparasi gigi molar rahang atas kiri. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin posterior lokasi gigi yang dipreparasi, semakin besar derajat konvergensi mesiodistal yang dibentuk. Hal ini mungkin disebabkan karena akses untuk gigi posterior lebih sulit, yaitu berkaitan dengan visualisasi yang terbatas. Selain itu, gigi posterior memiliki bentuk anatomis dengan keliling/diameter permukaan yang lebih besar dibanding dengan gigi anterior sehingga sulit untuk mendeteksi sudut dengan derajat kecil.

Fixed prostheses is becoming more frequent and common treatment in field of dentistry for replacing a missing tooth. An example of such treatment is by utilizing a bridge. There are a number of factors that influences the successful outcome of bridge work treatment. Tooth preparation is considered as the most important stage in any dental restoration because it serves as the foundation in any restoration procedure. Optimal abutment tooth preparation in bridge construction is usually difficult and is rarely achieved perfectly. During abutment tooth preparation, mechanical requirements for good retention and resistance can be obtained by a form of convergence angle/taper. The objective of this study is to investigate the degree of mesiodistal convergence in abutment tooth preparation based on tooth location in Dental Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia. The data used are extracted consecutively from 20 working models developed for bridge patients in the hospital, and with 40 abutment teeth already prepared from a single observation of mesiodistal convergence angle using a digital camera. Mesiodistal convergence angle are measured in order to derive average values and, than, to be grouped based on teeth locations. This study reveals that the smallest mesiodistal convergence angle is formed in left upper jaw anterior tooth preparation, while left upper jaw molar tooth preparation produced the largest mesiodistal convergence angle. Based on the analysis derived in this study, it can be concluded that when the location of the treated tooth is more posterior, the angle of mesiodistal convergence will become larger. This may be due to the fact that posterior teeth are normally more difficult to be reached since visually it is more limited. In addition, posterior teeth have larger surface area due to wider circumference or diameter compared to anterior teeth and, hence, causing more difficulties in detecting angle with less degrees."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Widyarini
"Jika sebuah atau beberapa gigi hilang, maka dibutuhkan perawatan untuk menggantikan gigi-gigi tersebut. Salah satu perawatannya adalah dengan Gigi Tiruan Jembatan. Untuk mendapatkan Gigi Tiruan Jembatan yang optimal dibutuhkan preparasi gigi penyangga yang optimal pula yang sesuai dengan prinsip preparasi, tanpa membahayakan pulpa dan jaringan sekitar. Salah satu prinsip yang harus diketahui adalah mengenai banyaknya pengambilan jaringan mahkota gigi penyangga. Mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia diharapkan dapat menerapkan pemahaman teori mengenai prinsip preparasi gigi penyangga pada perawatan dengan Gigi Tiruan Jembatan pada aplikasi klinis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hal ini dapat tercapai dengan melihat banyaknya pengambilan jaringan gigi penyangga. Data dikumpulkan dari 11 model studi dan 11 model kerja secara konsekutif, sehingga terdapat 21 elemen gigi penyangga yang dievaluasi. Penelitian dilakukan dengan satu kali pengamatan dan oleh satu orang peneliti. Hasil yang didapat adalah rata-rata pengambilan jaringan mahkota gigi posterior atas pada aspek aksial yaitu berkisar antara 0,6 sampai 1,4 mm; dan pada aspek oklusal berkisar antara 1,3 sampai 1,7 mm, sedangkan rata-rata pengambilan jaringan mahkota gigi posterior bawah pada aspek aksial berkisar antara 0,5 sampai 2,0 mm; dan pada aspek oklusal berkisar antara 1,5 sampai 1,8 mm. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi belum mengaplikasikan prinsip dan teknik preparasi dengan benar, terutama mengenai banyaknya pengambilan jaringan gigi penyangga pada aspek aksial.

When a tooth was missing in dental arch, treatment to replace that condition is needed. Fixed Partial Dentures is considered as one of the most popular treatment of choice in order to replace a missing tooth or teeth. To have a success Fixed Partial Dentures, an optimal abutment teeth preparation should meet the principal of tooth preparation, without dangering pulp and surrounding tissues. One of the principles that must be known is the depth reduction of abutment teeth. Dental student are expected to have the ability in implementation of their knowledge to the real clinical work. This study was conducted to investigate how much the depth of an abutment tooth/ teeth reduction done by dental student at Prosthodontics Departement of Faculty of Dentistry University of Indonesia. The data were collected from 11 study models and 11 working models concecutively, hence 21 abutment teeth were evaluated. The research was done by one time evaluation and by one researcher. From the data evaluated, it can be reported that the average depth of axial reduction of posterior maxillary abutment teeth is 0,6 - 1,4 mm and occclusal reduction ranged between 1,3 - 1,7 mm in comparison to the axial reduction of posterior mandibulary abutment teeth that ranged between 0,5 - 2,0 mm and occlusal reduction ranged between 1,5 - 1,8 mm. Therefore, it can be concluded that the knowledge they mastered for Fixed Partial Dentures regarding abutment teeth preparation has not been implemented optimally, especially for axial reduction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiatul Muflih
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi pasien yang telah dirawat dengan gigi tiruan jembatan di klinik integrasi RSGMP FKG UI pada periode 2008 berdasarkan gigi yang digantikan, gigi penyangga, tipe GTJ, jenis kelamin pasien, dan usia. Manfaat penelitian ini adalah sebagai data base tentang distribusi dan frekuensi untuk penelitian lainnya dan sebagai bekal persiapan mahasiswa sebelum menjalani program profesi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dalam bentuk survei. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari rekam medik pasien yang telah dirawat oleh mahasiswa program profesi pesrta ujian di Departemen Prostodosia tahun 2008.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: dari 32 kartu status pasien GTJ 65% adalah perempuan dan 35% laki-laki dengan jenjang usia terbanyak 20- 39 tahun pada perempuan dan 20-29 tahun pada laki-laki. GTJ paling banyak digunakan untuk menggantikan kehilangan gigi pada region posterior rahang bawah (55%), sedangkan tipe GTJ yang paling sering digunakan adalah fixed bridge (88%). Molar pertama rahang bawah merupakan gigi yang paling sering digantikan dengan GTJ, sedangkan gigi yang paling sering dijadikan sebagai gigi peenyangga adalah gigi premolar kedua dan molar kedua rahang bawah. Sembilan puluh empat persen gigi penyangga merupakan gigi vital.

The objective of the study was to find out the frequency and distribution of patients with Fixed Partial Denture (FPD) at the Teaching Hospital Faculty of Dentistry, University of Indonesia (RSGMP). The study done in period of 2008 referring to the missing teeth, abutment, type of FPD patient?s gender and age. The result is expected to be beneficial as data base for other study as well as information needed for student going to start their profesional education program. It was a descriptive study with secondary data obtained from patient record collected from students that were registered for formal assessment at Prosthodontics Departement.
The result showed that 65% of patients with FPD were women with range of age is 20-39 years old. The type of FPD mostly used is Rigid Fixed Bridge and the mandible was the region mostly found with FPD to replace the first molar. Therefore second premolar and second molar were the most abutment teeth used. Ninety-four percent of the abutment were vital teeth."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Novita Setiamy
"Perawatan dengan gigi tiruan jembatan yang merupakan restorasi cekat dapat menjadi sebuah pilihan tepat dalam mengatasi masalah kehilangan gigi. Keberhasilan perawatan dengan gigi tiruan jembatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain desain preparasi gigi penyangga. Desain preparasi gigi penyangga harus memenuhi pertimbangan mekanis, biologis, dan estetis. Salah satu hal dari pertimbangan mekanis yang penting adalah retensi dan resistensi. Hal ini dapat diperoleh dengan cara membentuk gigi penyangga sedemikian rupa agar menghasilkan bentuk geometri morfologi sirkumferensial hasil preparasi yang serupa dengan morfologi alami gigi asli. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi bentuk geometri morfologi sirkumferensial hasil preparasi gigi penyangga posterior pada perawatan dengan gigi tiruan jembatan di klinik Prostodonsia RSGMP FKG UI. Data diperoleh dari 20 buah model kerja dengan 34 hasil preparasi gigi penyangga posterior pada pasien yang telah dibuatkan gigi tiruan jembatan di klinik Prostodonsia RSGMP FKG UI periode Januari 2006 - September 2007 secara konsekutif dan hanya dilakukan oleh satu orang peneliti. Pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan secara visual pada bentuk geometri sirkumferensial hasil preparasi gigi penyangga. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar hasil preparasi gigi-gigi penyangga premolar dan molar memiliki bentuk spesifik geometri morfologi sirkumferensial yang serupa dengan morfologi alami gigi asli. Maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa profesi FKG UI telah menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan preparasi gigi penyangga posterior dengan bentuk spesifik geometri morfologi sirkumferensial yang sesuai dengan morfologi alami gigi asli.

Fixed partial denture or Bridge work is a common treatment in replacement of missing teeth. One factor that influence the success rate of fixed partial denture or bridge work is abutment teeth preparation design. The teeth preparation design should fulfill the mechanical, biological, and esthetical considerations. Retention and resistance forms play an important role mechanically in supporting the bridge work optimally. These are achieved by such preparation of the abutment teeth that are resulted in a geometrically retentive form. This study was conducted to evaluate geometric forms as a result of abutment teeth preparation done by dental students of Faculty of Dentistry at the University of Indonesia from January 2006 - September 2007. Data were collected from 20 working models with 34 posterior abutment teeth prepared for bridge work. Evaluation done visually and found that most of premolar and molar abutment teeth prepared showed its geometrical form that similar to its natural teeth morphology. Therefore it could be concluded that the dental students showed their ability to gain the geometric forms of the posterior abutment teeth that they prepared in accordance with the natural teeth morphology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purposes of this study were to establish normative data for mesiodistal tooth crown diameters and arch dimensions in Mongolian adults and to compare them with those of Japanese adults. The study materials comprised dental casts of 100 modern Mongolian and 100 Japanese subjects (50 males, 50 females for each) with Angle Class I normal occlusion. The mean ages were 20 years 8 months for the Mongolian subjects and 20 years 0 months for the Japanese subjects. On the dental casts, the mesiodistal tooth crown diameters (excluding wisdom teeth) and dental arch dimensions were measured. The following arch dimensions were measured: inter-canine lingual, inter-premolar lingual, inter-molar lingual, inter-molar central, coronal arch length, basal arch length, and basal arch width. In the Mongolian samples, significant sex differences were noted, and most of the items were significantly larger in males than in females. Significant differences between the Mongolian and Japanese samples were mainly noted in the premolar and moral regions, rather than in the anterior region, and were significantly smaller in the Mongolian samples. In the Mongolian samples, the molar section widths and basal arch width and length were significantly larger in males and females compared with the Japanese samples. These results suggest that the tooth crown size and arch dimensions in the Mongolian samples differed from those in the Japanese samples, and that establishment of the clinical norm for Mongolian adults might be helpful in formulating treatment plans for Mongolian patients, given that these parameters are the basic tools for diagnosis."
ODO 102:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Enamela Denta
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Faktor anatomis yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah adalah kedalaman ruang retromylohyoid. Kedalaman ruang retromylohyoid dapat diasumsikan sebagai ketinggian tulang alveolar bagian posterior rahang bawah. Berkurangnya ketinggian tulang alveolar berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar yang dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 70 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan kedalaman ruang retromylohyoid. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid serta perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 0,334 dan 1,000 (p> 0,05). Kesimpulan: (1) Kondisi yang paling banyak ditemukan pada pasien GTP rahang bawah adalah ruang retromylohyoid dalam. (2) Kondisi ruang retromylohyoid dangkal lebih banyak ditemukan pada kelompok perempuan dibandingkan laki-laki. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid. (3) Tidak terdapat perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan lakilaki.

Anatomic factor that influences the retention and stability of the mandibular denture is the depth of retromylohyoid space. The depth of retromylohyoid space can be assumed as the height of alveolar ridge in posterior region of the mandible. The decrease of the height of alveolar ridge caused by alveolar ridge resorption that is influenced by age and sex. This test used 70 medical records of mandibular complete denture patients who came to Prosthodontic Clinic of Dental Hospital Faculty of Dentistry University of Indonesia within January 2005 - June 2007 period that fulfilled the criteria. Univariate statistical analysis is presented in the frequency distribution of age, sex, and the depth of retromylohyoid space. Bivariate statistical analysis using Chi-Square test and Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test was done to analyze the relationship between age and the height of retromylohyoid space, also the difference of the depth of retromylohyoid space in female and male. The result showed that significance values are 0,334 and 1,000 (p > 0,005). It was concluded that (1) A deep retromylohyoid space is the most condition occurred between the patients (2) A shallow retromylohyoid space is occured more in female than male. (3) There is no relationship between age and the depth of retromylohyoid space. (4) There is no difference of the depth of retromylohyoid space in female and male."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutama Epkamarsa
"Perkembangan konvergensi media merupakan perkembangan yang didasari oleh perkembangan teknologi dalam menyokong komunikasi. Oleh itu pembicaraan masa depan konvergensi media sendiri tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang ada untuk menyokong proses komunikasi yang lebih baik dan efisien. Selain itu pengaruh dari perubahan bentuk penyampaian pesan (dari print menjadi siaran dan kini internet) juga akan berdampak kepada bentuk organisasi yang ada. Dampak organisasi ini tentunya juga menjadi satu bagian tersendiri yang tidak terlepas dari perbincangan masa depan konvergensi media, terutama dalam manajemen media massa dan struktur dari news room. Konvergensi media terjadi di Amerika Serikat sudah sejak lama sebelum Indonesia memulainya. Namun bukan berarti konvergensi yang terjadi di Indonesia sama persis seperti di Amerikat Serikat. Perbedaaan ini tidak hanya dalam bentuk penyampaian pesan, tetapi juga dalam industri media yang menjalankannya. Di Amerika, perusahaan media akan membentuk divisi baru untuk menangani bentuk media yang baru. Hal tersebut berbeda dengan di Indonesia, untuk menangani bentuk media yang baru perusahaan media bukan membuat divisi baru melainkan membuat atau membeli perusahaan lain. Oleh karenanya media-media ini tidak terintegrasi sehingga dapat mengorbankan kualitas pesan yang diberikan oleh media tersebut. Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah agar perusahaan media dapat memaksimalkan konvergensi media.

The development of media convergence is governed by technology development in support of communication. Thus the talk of the future of media convergence is inseperable from the devolopment of technology that exists to support the process of better communication and more efficient. In addition to the influence of the change of the form of delivery of messages (from print to broadcast and now internet) also will affect to form organization. The impact of these organizations would also be one part which is inseparable from the future of media convergence discussion, particularly in the management and structure of mass media news room. Media convergence occuring in United States had long before Indonesia start it. But that doesn’t mean media convengence that occured in indonesia exactly the same as in United States. A distinction is not only in the delivery of a message, but also in industry media who run it. In United States, the media company will establish a new division to deal with new form of media. It is different in Indonesia, to deal with new forms of media, company not create new divisions but make or buy another company. Therefore this media not integrated so as to be sacrificing quality message given by the media. For that it needs the role of Goverment so that media companies can maximize the convergence of media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Kurniawansyah
"ABSTRAK
Sebuah algoritma yang baik diberikan untuk perhitungan tekanan gelembung dan tekanan embung dengan menggunakan persamaan keadaan (EOS/Equation of Srate ) untuk sistem campuran Algoritma ini dimulai dengan menghitung estimasi awal dengan prosedur yang diusulkan. Estimasi awal yang baik akan memberikan solusi yang baik, dengan dengan demikian masalah solusi trivial yang sering timbul l-:arena estimasi awal yang buruk dapat diatasi_ Setelah estimasi awal yang baik, kemudian dilanjutlcan dengan mennbelilgnny kqndini konvergensi rnengatasi masalah konvergensi berilkutnya yaitu konvergen pada solusi yang salah. Tanpa kondisi konvergensi yang diusulkan kerap perhitugan tekanan gelembung dan tekanan emhun menghasilkan solusi yang salah walaupun konvergensi tercapai.
Algoritma ini membuktikan bahwa dengan estimasi awal yang baik dan kondisi konvergensi yang baik maka hasil perhinmgan yang dihasilkan pun akan balk. Ini bisa dilihat dari perbandingan algoritma perhitungan tekanan gelembung dan tekanan embun yang diusulkan dengan algoritma umum perhitungna tekanan gelembung dan tekanan embun yang diberikan di Skripsi ini.
Persamaan Keadaan Peng-Robinson dan Soave digunalcan dalam penulisan Sknpsi ini, tetapi algoritma perhitungan yang diusulkan cukup umum untuk digunakan dengan persamaan keadaan lainnya.

"
2001
S49015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Lutfia Craffitasari
"Seiring dengan kehadiran konvergensi media di segala aspek kehidupan manusia, maka banyak pula aspek-aspek kehidupan manusia yang terkena pengaruh dan berubah sehingga memunculkan budaya baru, yaitu budaya konvergensi. Budaya konvergensi sendiri dapat ditinjau dari tiga buah aspek yang tidak dapat saling dilepaskan: konvergensi media, kecerdasan kolektif, dan budaya partisipasi. Dalam perkembangannya, situs internet Wikipedia.org merupakan salah satu contoh artefak nyata dari budaya konvergensi sendiri. Karakteristik Wikipedia.org menjadi salah satu contoh terbaik dalam melihat cara budaya konvergensi hadir dan bekerja dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan dari tahun ke tahun, Wikipedia.org menjadi salah satu ensiklopedia dalam jaringan (daring) yang paling lengkap. Wikipedia.org pun menghadirkan berbagai pilihan bahasa di dalamnya, salah satunya Wikipedia Bahasa Indonesia. Berangkat dari hal ini, peneliti ingin melihat seberapa jauh penetrasi dan pembentukan budaya konvergensi di Indonesia dengan mengambil Wikipedia.org sebagai contoh kasus. Dengan menggunakan Wikipedia.org diharapkan hal ini dapat menjelaskan mengenai Indonesia mengadaptasi budaya konvergensi dalam aspek pengoptimalan penggunaan konten serta fungsi yang disediakan oleh internet.

As media convergence becoming part of human life, there are a lot of human aspects got influenced and changed. The changes often make a new culture: the convergence culture. The convergence culture itself can be seen from three point of views that is related to each other: media convergence, collective intelligence and participation culture. In later development, Wikipedia.org is a website of real artefacts of the convergence culture itself. The website itself is one of the best examples to see convergence culture in very daily basis. Years passed, Wikipedia.org becomes one of the most complete online encyclopaedias. Nowadays, Wikipedia has developed several language options; one of them is Wikipedia Indonesia. But there are still a lot of. Start from here, the researcher wants to know how deep the penetration of convergence culture in Indonesia by taking Wikipedia Indonesia as samples. Besides that, this research also hopes to find about Indonesian adapting convergence culture in optimalizing content use.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>