Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retnowati
"Penelitian ini merupakan penelitian Antropologi, berjudul Kethoprak sebagai identitas, dengan mengkaji kelompok kesenian tradisional kethoprak Arum Budoyo, di Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Kethoprak sebagai salah satu pentas kesenian tradisional kerakyatan, pada dasarnya adalah sebuah gagasan budaya - dengan simbol, mitos dan upacaranya - untuk membayangkan sesuatu yang tidak terjadi pada masa kini dan di sini pada saat pementasan berlangsung. Sebagaimana cirikhas dari penelitian Antropologi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara mendalam terhadap komunitas (penonton dan pemain) kethoprak pesisiran, khususnya di Pati Jawa Tengah.
Tujuan penelitian untuk memberikan pemahaman mengenai identitas sosial budaya (kebudayaan) masyarakat Jawa pesisiran melalui kethoprak. Manfaat penelitian, turut menyumbang tentang identitas sosial - budaya. Bahwa identitas sosial-budaya diperlukan seseorang atau kelompok untuk bereaksi menghadapi perubahan dan perkembangan dunia sekitarnya.
Hasil penelitian menunjukkan, komunitas kethoprak pesisiran nampaknya melakukan sebuah dekonstruksi terhadap modernisasi (dengan melakukan aksi "mimikri") dan globalisasi (menghasilkan perekonomian yang terasa ironis dan parodis terhadap cara produksi kapitalistik). Kethoprak menciptakan solidaritas sosial dan sebuah "bahasa bersama", tidak adiluhung yang menghasilkan nasionalisme. Dalam kethoprak pesisiran ditunjukkan bahwa budaya kerakyatan dan demokratisasi tetap bernyala dan masih ditengarai dan dihargai masyarakat kecil. Kethoprak telah memberi pemahaman bahwa sejarah seharusnya memberi ruang pada keseharian, kemanusiaan dan sesuatu yang terpinggirkan, dan bagaimana seharusnya menghadirkan sisi kemanusiaan dalam sejarah. Dengan demikian kethoprak juga memberi pemahaman yang berlainan dengan anggapan sempit bahwa people without history dan bahkan "history without people".

Kethoprak as an Identity is an Anthropological study conducted in a kethoprak traditional art group of Arum Budoyo in Juwana, Pati regency, Central Java. Kethoprak as one of the people`s traditional art performances is basically a cultural insight - with semiotic symbols, myths and ceremonies - to fantasize something which is not currently happening here and then during the performance. As characteristic of any Anthropological study, this research is a qualitative case study, using participant observation and indepth interview methods to approach spectators and actors of northern coastal area kethoprak, in Pati region of Central Java, in particular.
The study aims at elevating socio-cultural identity awareness among the coastal area Javanese through kethoprak which is necessary for individuals or groups to cope with the changing and developing world around them.
The result of the study shows that coastal area kethoprak communities have deconstructed modernization (by means of "mimicry" acts) and globalization (which results in an irony and a parody of economic attitudes towards capitalization means of production). Kethoprak does create social solidarity and a "common language", and not adiluhung which results in nationalism. Northern coastal area kethoprak shows that people`s culture and democratization are still upheld and respected by the community of ordinary people. Kethoprak reveals the understanding that history should give room to daily life, humanity and the marginalized to grow and how humanity should be presented. Thus kethoprak can expose a much different understanding than the narrow assumption of "people without history" and even "history without people"."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
D980
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dega Syamsu Nur Adhiyat
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai rekacipta kesenian Kuntulan di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia, yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Tirto Arum. Pengertian rekacipta yang digunakan merujuk pada Hobsbawn 1987:1 , yakni sebuah upaya untuk memunculkan kembali suatu kesenian dengan wajah dan fungsi yang baru. Gambaran mengenai proses rekacipta yang terjadi pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara secara mendalam. Proses observasi dilakukan dengan mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Kuntulan Tirto Arum dalam kurun waktu enam bulan, sedangkan wawancara secara mendalam dilakukan kepada dua informan kunci dan beberapa informan pendukung. Secara garis besar, proses rekacipta pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi dilakukan agar kesenian Kuntulan dapat tetap bertahan dan diterima masyarakat, walaupun proses rekacipta ini ternyata juga mengakibatkan adanya fungsi kesenian Kuntulan yang awalnya digunakan sebagai media dakwah berubah menjadi fungsi hiburan.

ABSTRACT
This study is a qualitative research with ethnography approach that aims to describe about the reinvention of Kuntulan art in Banyuwangi, East Java, Indonesia, spesifically who conducted by Tirto Arum Kuntulan Art Group. The definition used is referred to Hobsbawn 1987 1 , an attempt to bring back an art with a new face and function. The description of Kuntulan art reinvention in Banyuwangi is obtained by using the method of observation and indepth interview. The observation process was done by observing various activities from Tirto Arum Kuntulan Arts Group within six months, while indepth interviews were conducted to two key informants and some supporting informants. In general, this study suggest that the process of Kuntulan art reinvention is done for get the accepted from society, so Kuntulan art can be survive, although the process of this invention of tradition also resulted in a Kuntulan art function that was originally used as a medium of da 39 wah turned into a function of entertainment."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursamsiah Asharini
"Dalam karangan ini saya telah mencoba menguraikan berbagai usaha yang dilakukan oleh kelompok kesenian Srimulat agar mereka dapat bertahan terus dan lebih berkembang. Sebagai sebuah teater profesional yang mengantungkan penghasilan mereka semata-mata pada pertujujukan yang diselenggarakan, penonton bagi kelompok ini merupakan faktor terpenting karena dari penontonloah mereka memperoleh uang..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S12682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemalang adalah sebuah kabupaten yang secara admistratif termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Di sana ada sebuah kesenian yang disebut sebagai terbang kencer...."
PATRA 10(1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S7579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
"Islam masuk ke Indonesia sebelum abad ke 13 M telah banyak memberikan sumbangan pada kebudayaan Indonesia. Peninggalan yang penting bagi Arkeologi adalah berupa mesjid, Situs perkotaan, kompleks makam dan keraton. Dari beberapa makam kuno yang ada di Jawa dan Sumatera diketahui ada sebuah motif, yaitu motif Mihrab dengan lampu yang menggantung ditengahnya. Motif ini menghiasi bagian jirat dan juga nisan. Masalah dalam karya tulis ini adalah apakah ada fungsi atau makna tertentu dari motif ini, sehingga begitu banyak dipakai sebagai hiasan pada makam-makam.
Hasil penelitian ini mempƩrlihatkan bahwa mihrab dalam Islam memiliki peran yang sangat panting dan manjadi elemen yang paling istimewa pada setiap mesjid. Beberapa ahli berpendapat bahwa fungsi Mihrab adalah sebagai penunujuk arah Kiblat ketika melakukan Shalat. Sebagian lagi berbandapat Mihfab adalah lambang atau wakil dari penguasa atau kalifah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Mihrab adalah simbol dari kehadiran Nabi Muhammad S.A.W.
Apapun yang menjadi tafsiran para ahli, pada kenyataannya Mihrab yang berbentuk ralung menjadi sebuah motif yang sangat dikenal di dalam dunia Islam. Motif Mihrab dengan lampu yang menggantung di tengahnya oleh baberapa ahli diterjemahkan sebagai lambang dari Surah An-Nuur ayat 35, yaitu Surah yang berisi tentang Cahaya Illahi. Penggunaannya motif ini pada makam barangkali juga sabagai lambang penerang alam kubur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irva Yunita
"Wayang beber merupakan sebuah pertunjukkan seni Indonesia. Kesenian wayang beber ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kesenian wayang lainnya. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang saat ini menampilkan berbagai hiburan dengan kemasan modern dan menari, kesenian wayang beber ini menjadi kurang diminati, khususnya oleh para generasi muda. Sebagai kesenian ash Indonesia, wayang beber perlu dilestarikan. Terkait hal itu, penelitian ini membahas bagaimana upaya pelestarian wayang beber di Kabupaten Pacitan sebagai asal perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dan warga Kabupaten Pacitan untuk melestarikan kesenian wayang beber. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif. Informan yang digunakan berjumlah tiga orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi non-partisipan, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitan ini adalah penjelasan tentang keberadaan wayang beber yang masih cukup eksis karena masih sering muncul di berbagai peristiwa, baik di Kabupaten Pacitan maupun luar daerah Pacitan. Untuk pelestarian fisik wayang beber tidak ada perawatan khusus dan masih terbilang tradisional. Sementara itu, pelestarian kesenian dilakukan dengan cara menbentuk atau menciptakan dalang-dalang baru, melakukan work shop wayang beber, membuat berbagai kegiatan pengenalan wayang beber kepada generasi muda melalui komunitas guru sastra, menampilkan kesenian wayang beber ke beberapa media lain seperti penampilan dalam seni lukis, seni tari, dan media seni lainnya yang modern dan kontemporer. Selain itu, pihak Perpustakaan Kabupaten Pacitan juga berusaha untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan wayang beber dalam bentuk koleksi cetak meskipun informasi yang disediakan masih terbatas. Perpustakaanjuga berencana untuk menyediakan informasi wayang beber dari bentuk lain seperti rekaman pementasan wayang beber dan kisahnya dalam format CD. Dengan demikian, diharapkan para generasi muda lebih tertarik untuk menikmati kesenian tradisional ini sehingga wayang beber tetap bisa dijaga kelestariannya sebagai kesenian Indonesia."
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2015
020 VIS 17:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Soepandi
Bandung : Pelita Mas, 1977
745 ATI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini terdiri atas bagian I. cerita-cerita lakon kethoprak: 1. Kresna Nguntal Raga; 2. Merang Resmi; 3. Tambang Sukesi; 4. Demang Pancal Pugung; 5. Agung pingit; 6. Sri Tanjung; 7. Batak koba; 8. Panji pulang jiwa; 9. Prabu Adidarma, limpating putri; 10. Demang Surya Ngalam; 11. Lelana Ngakerat; 12. Prabu Pastapa, Gilingwesi; 13. Rara Blorong. Bagian II. Pakem Balungan ringgit purwa sebanyak 46 buah, diawali dengan 1. Prabu Wiramba, diakhiri dengan no.46. lakon Semar Papa."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.15-KS 62
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>