Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zainal Abdi
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
384 ZAI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marsaulina Andaristi P.H.
"ABSTRAK
Skripsi ini berisikan tentang adanya potensi persaingan usaha tidak sehat pada Rancangan Peraturan Menteri mengenai Tata Cara Seleksi Pengguna Pita Frekuensi 2,1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler. Pita frekuensi radio merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang menjadi penghubung adanya satu media dengan media lainnya. Suatu pita frekuensi radio terdiri atas spektrum frekuensi radio yang mempunyai lebar tertentu. Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas. Sebagai sumber daya alam yang terbatas, diadakan lelang untuk penggunaan spektrum frekuensi tersebut. Lelang tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika, salah satunya dalam Rancangan Peraturan Menteri mengenai Tata Cara Seleksi Pengguna Pita Frekuensi 2,1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler. Namun, dalam Pasal 7 Rancangan Peraturan Menteri tersebut dijelaskan bahwa adanya pembatasan terhadap pelaku usaha yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak sehat. Selain itu, skripsi ini juga membahas mengenai perbandingan antara pengaturan lelang spektrum frekuensi di Indonesia dan di Amerika Serikat. Dimana dalam perbandingan tersebut, di Indonesia, diperlukan adanya ketentuan hukum yang mengakomodir edukasi kepada Peserta Seleksi terkait mekanisme lelang pada tahap pra lelang agar Peserta Seleksi lebih dapat memahami lebih baik mengenai lelang tersebut. Edukasi ini dapat dilakukan melalui Online Tutorials and Training agar lebih efektif dan efisien secara waktu dan biaya seperti yang sudah diterapkan di Amerika Serikat.

ABSTRACT
This thesis contains about the potential of unfair business competition in the Ministerial Regulation Draft on the Procedures of Selection of 2.1 GHz Frequency Band User and 2.3 GHz Radio Frequency Band for the Implementation of Mobile Cellular Network. The radio frequency band is an electromagnetic wave that connects the presence of one medium with other media. A radio frequency band comprises a radio frequency spectrum that has a certain width. The radio frequency spectrum is a limited natural resource. As a limited natural resource, an auction is held for the use of the frequency spectrum. The auction is regulated in the Minister of Communication and Informatics Regulation, one of which is in the Ministerial Regulation Draft of 2.1 GHz Frequency Users Selection Procedure and 2.3 GHz Radio Frequency Band for the Provision of Mobile Cellular Network. However, in Article 7 of the Ministerial Decree, it is explained that there are restrictions on business actors that have the potential to create unfair business competition. In addition, this thesis also discusses the comparison between a frequency spectrum auction arrangement in Indonesia and in the United States. Where in the comparison, in Indonesia, there is a need for legal provisions that accommodate education to the Selection Participants regarding auction mechanism in the pre auction phase so that the Selection Participant can understand better about the auction. This education can be done through Online Tutorials and Training to be more effective and efficient in time and cost as already applied in the United States."
2017
S69321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Maharanideborah
"Persaingan usaha yang semakin berkembang membuat para pelaku usaha terus berinovasi dalam bersaing memasarkan produknya. Salah satunya dengan menggunakan strategi bundling sebagaimana yang diterapkan dalam penjualan iPhone. Strategi bundling ini diduga melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU No 5/1999, khususnya pada pasal 15 ayat (2) mengenai tying agreement, pasal 17 mengenai monopoli, dan pasal 25 mengenai posisi dominan. Melalui penelitian normative dan studi kepustakaan yang penulis lakukan ditemukan bahwa walaupun Telkomsel telah memenuhi semua unsur, namun dalam pelaksanaanya berdasarkan rule of reason Telkomsel mempunyai alasanalasan yang dapat membenarkan perbuatannya. Hasil penulisan menyarankan bahwa berkembangnya persaingan usaha haruslah diikuti oleh hukum yang mengatur tentang persaingan usaha tersebut.

The growth of an increasingly competitive business makes the business players never stop innovating in the market competing products. One of them is by using bundling strategy as applied in iPhone marketing. This bundling strategy allegedly violated the provisions of Law Number 5/1999, especially in article 15 paragraph (2) as for tying agreement, article 17 concerning monopoly, and article 25 in the matter of dominant position. Through normative research and literature study that the author does, it found that despite Telkomsel having complied with all the elements, but in its implementation based on the rule of reason, Telkomsel have reasons that could justify his actions. This result suggests that the development of business competition must be followed by the development of law governing business competition."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S24899
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
August Bualazaro Hulu
"Penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1882, yaitu saat didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Tetapi sampai saat ini, setelah lebih dari satu abad, sangat sulit mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan korelasi antara pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia dengan pertumbuhan ekonominya.
Studi ini dirasa penting mengingat (1) Investasi pada sektor telekomunikasi adalah merupakan investasi yang cukup mahal mengingat umumnya barang modal yang digunakan di Indonesia masih diimpor dari Negara produsennya di luar negeri; (2) Penyelenggaraan telekomunikasi menggunakan beberapa sumber daya terbatas milik negara yang harus digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat antara lain alokasi frekuensi, kode akses, orbit satelit dan penomoran pelanggan; (3) Teledensitas efektif telepon di Indonesia masih sangat rendah yaitu 5,52 yang secara sederhana dapat diartikan bahwa diantara 100 penduduk Indonesia hanya 5,52 orang yang memiliki sambungan telepon tetap atau bergerak. Posisi ini sangat rendah dibanding Philippines (19,36), Singapore (79,56), Thailand (26,04) atau Malaysia (41,30); (4) Selain teledensitas, penyebaran sambungan telepon di Indonesia juga memiliki ketimpangan yang sangat tajam yaitu 11-25% di wilayah metropolis dan hanya sebesar 0,2% di wilayah pedesaan. Sebanyak 43.022 desa di Indonesia, yaitu setara dengan 64,4% dari 66178 desa, sama sekali belum memiliki akses telepon. Sementara di sisi lain, sejak diberlakukannya Undang-undang tentang telekomunikasi nomor 36 tahun 1999 penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia telah memasuki era kompetisi, yang menyebabkan seluruh penyelenggara telekomunikasi lebih berorientasi pada keuntungan yang umumnya diperoleh dari masyarakat di wilayah perkotaan. Fenomena ini juga berlaku bagi Badan Usaha Milik Negara PT Telkom, terlebih lagi sejak tahun 1995 sebagian saham PT Telkom telah diperdagangkan di bursa efek dalarn dan Iuar negeri. Dengan memperhatikan kondisi-kondisi di atas maka diperlukan suatu penelitian yang dapat dijadikan salah satu acuan dalam menetapkan kebijakan disektor penyelenggaraan telekomunikasi, agar pembangunan sektor telekomunikasi dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Dibeberapa Negara penelitian tentang korelasi antara pembangunan infrastruktur telekomunikasi dengan pertumbuhan ekonomi telah lama dilakukan antara lain, Cronin, Colleran, Herbert and Lewitsky (1993) yang melakukan penelitian pasar telekomunikasi di USA menggunakan metode ekonomi Input-Output (1-0) mencakup periode tahun 1963-1991. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi telekomunikasi mempunyai hubungan causal dengan total factor productivity nasional, dimana kontribusi sektor telekomunikasi pada pertumbuhan produktifitas sektoral maupun secara agregat dikuantifikasi sebesar 21,5% dari total produktifitas. Clarke and Laufenberg (1983) menunjukkan bahwa pertumbuhan densitas telepon juga memberikan berbagai manfaat sosial sebagai tambahan terhadap keuntungan ekonomi di wilayah pedesaan Sub-Sahara Afrika. Manfaat sosial antara lain menyangkut penyediaan layanan sosial dan kesehatan, pendidikan, proyek-proyek pembangunan, dan penanganan bencana sosial dan bencana alam. International Telecommunications Union (ITU) melaiui World Telecommunications Development Report - Access Indicators for the Information Society 2003, menyebutkan bahwa pada periode 1995 - 1999 kontribusi 1CT (Information and Communications Technologies) terhadap output ekonomi antara lain Negara Canada (12%), Australia (14%), Germany (20%) dan Japan sebesar 35%.
Pada studi ini, pendekatan atau model yang digunakan adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) karena selain sebagai perangkat analisis ekonomi yang memadai SNSE juga merupakan suatu sistem pendataan. Berdasarkan model dan proses pembuatannya sistem ini memiliki kelebihan antara lain : {1) SNSE sebagai suatu sistem data yang menyeluruh, konsisten dan Iengkap sehingga dapat menangkap keterkaitan antar pelaku ekonomi dalam kurun waktu tertentu; (2) mampu mengkaji pengaruh suatu kebijakan pada suatu sektor ekonomi yang berkaitan dengan kesempatan kerja dan distribusi pendapatan; dan (3) SNSE sebagai suatu alat analisis yang sederhana, karena penerapannya relatif mudah.
Dengan menggunakan pendekatan SNSE dan dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan di atas maka tesis ini disusun bertujuan untuk :
a. Menganalisis distribusi pendapatan institusi termasuk rumah tangga, distribusi pendapatan faktorial, dan keterkaitan sektor-sektor produksi lain dalam pembangunan satuan sambungan telepon tetap dan bergerak di Indonesia;
b. Memperkirakan pengaruh struktural pertumbuhan sambungan telepon di Indonesia terhadap kegiatan ekonomi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan karena adanya shock atau injeksi pengeluaran pemerintah dan atau penyelenggara telekomunikasi dalam membangun satuan sambungan telepon baru baik itu sambungan telepon tetap maupun telepon bergerak, dan sektor ekonomi mana yang paling besar akan merasakan dampak pembangunan jaringan telekomunikasi tersebut. Bagaimana distribusi pendapatan dari sambungan telepon pada kelompok (rumah tangga, perusahaan dan pemerintah) dalam blok institusi ?. Bagaimana kinerja perekonomian nasional yang ditunjukkan oleh nilai tambah faktorial yang ditimbulkan oleh perribangunan sambungan telepon di Indonesia.
Studi ini telah dapat menyusun suatu klasifikasi SNSE Indonesia 2000 berukuran 64x64 yang menguraikan sektor sistem komunikasi tetap dan bergerak untuk dijadikan sebagai data dan model dalam melakukan analisis perkembangan sektor telekomunikasi di Indonesia.
Nilai peningkatan ekonomi yang ditimbulkan oleh pertumbuhan sektor komunikasi tetap dan bergerak, yaitu peningkatan 1 unit output atau 1 sambungan telepon tetap atau bergerak dengan pendapatan sebesar Rp. 1.942.501 per-tahun pada tahun 2000 akan berdampak pada peningkatan pendapatan sektor produksi sebesar 2,9579 unit atau Rp. 5,75 juta, serta bertambahnya pendapatan faktor produksi (factorial income) sebesar 1,5797 unit atau Rp. 3,07 dan pendapatan institusi sebesar 1,8628 unit atau Rp. 3,62 juta. Jika diasumsikan pada kondisi harga tetap, jumlah total sambungan telepon tetap dan bergerak pada tahun 2005 adalah 50 juta sambungan aktif, maka peningkatan pendapatan total adalah Rp. 621 triliun.
Jika ditinjau dari aspek distribusi pendapatan, peningkatan pendapatan pada rumah tangga di desa, buruh tani dan pengusaha pertanian hanya memperoleh 26,9% dari total pengaruh yang terjadi pada blok institusi. Selebihnya dinikmati oleh perusahaan, pemerintah dan rumah tangga di kota. Hal ini dirasakan relevan, mengingat kebutuhan modal yang besar dan tenaga kerja yang terdidik oleh sektor komunikasi tetap dan bergerak umumnya disediakan oleh rumah tangga di kota, perusahaan dan pemerintah. Disamping itu, densitas telepon tetap dan bergerak sampai saat ini masih terkonsentrasi di daerah perkotaan (11-25%) sementara di rural area sebesar 0,2%.
Sektor produksi yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor komunikasi tetap dan bergerak adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat pembangunan infrastruktur telekomunikasi khususnya yang terkait dengan sarana transmisi umumnya masih dilakukan dengan melakukan penggelaran jaringan kabel tembaga maupun fibre optic di bawah tanah.
Melalui analisa jalur struktural yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jalur pengaruh pertumbuhan sektor komunikasi tetap dan bergerak secara dominan terkait dengan faktor modal, baik modal lain-lain di kota, modal swasta, modal pemerintah dan modal asing. Hal ini menunjukkan keterkaitan yang erat antara kegiatan di sektor komunikasi tetap dan bergerak dengan sektor-sektor yang berbasiskan finansial. Sebagaimana diketahui sesuai dengan barang modal yang digunakan, perangkat yang diinvestasikan dalam penyelenggaraan telekomunikasi berharga mahal sehingga membutuhkan modal yang besar, relatif terhadap kebutuhan faktor produksi lain berupa tenaga kerja."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Santoso
"Kajian daya saing sebagian besar cenderung bias pada perusahaan besar, padahal usaha kecil dan menengah dapat berperan meningkatkan daya saing nasional karena perannya dalam pembentukan modal manusia. Penelitian ini berusaha mengungkap karakteristik learning orientation dan market orientation dalam membentuk knerja perusahaan.
Ada fenomena yang cukup menggelitik untuk dieksplorasi lebih lanjut pada sentra industri logam di Batur, Caper, Sawa Tengah. Industri logam di daerah tersebut sudah ada sejak jaman Belanda tetapi dalam perjalanan waktu yang cukup lama ternyata belum mampu melakukan transformasi sehingga berubah menjadi suatu industri yang rnempunyai kapasitas dan kapabilitas menjadi bagian dari industrial chain yaitu berperan sebagai salah satu pemasok komponen strategis bagi industri besar atau multi nasional.
Penelitian ini berangkat dari model Baker & Sinkula yang diadaptasikan bahwa learaning orientation dan market orientation memiliki hubungan yang positif dengan kinerja perusahaan. Bila learning orientation itu rendah, maka sifat market orientation yang berhubungan dengan keberhasilan produk baru itu akan cenderung disikapi dengan melakukan imitasi. Sebaliknya bila market orientation itu rendah, dan learning orientation itu kuat maka keberhasilan produk baru itu disikapi dengan inovasi. Pada industri kecil dan rumah tangga di mana kegiatan riset dan pengembangan tidak terlembagakan sebaik perusahaan besar, mereka cenderung melakukan adaptasi kreatif yangmewujud ke dalam bentuk meniru. Hasil estimasi model kausal Learning Orientation (LO), Market Orientation (MO), dan Adaptasi Kreatif (AK) dengan Kinerja perusahaan (KP) adalah: KP = 1LO + IMO + 0,945 AK. RKp = 0,701 menunjukkan bahwa Learning Orientation, Market Orientation, dan Adaptasi Kreatif memberikan kontribusi 70,1% terhadap Kinerja Perusahaan. Derajat kecocokan model dengan menggunakan parameter GFI sebesar 0,656 dan RMR 0,296 dapat dikategorikan moderat. Artinya Learning Orientation dan Market Orientation mempunyai kontribusi yang positif bagi pembentukan Adaptasi Kreataif dan Kinerja Perusahaan.
Kelemahan utama pelaku industri logam di Batur dalam Learning Orientation belum memiliki komitmen belajar yang kuat (yi i - 0,31) mereka belum menganggap belajar sebagai kunci keberhasilan, meskipun meyakini bahwa kemampuan belajar menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Berbeda dengan Market Orientation mereka, terutama dalam segi Responsiveness yang sangat tinggi tetapi relatif lemah dalam mewaspadai tindakan pesaing. Ini menjadi nyata dalam Adaptasi Kreatif, yaitu kemampuan mereka menambahkan fungsi tambahan/fungsi baru dari produk yang sama yang dihasilkan pesaing belum cukup berkembang, meskipun demikian Kinerja Perusahaan mereka cukup baik ini ditunjukkan oleh pengakuan mereka bahwa keuntungan dan pangsa pasar meningkat saat penelitian ini dilakukan."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Bahri
"Dalam proses liberalisasi perdagangan dunia baik secara regional maupun internasional yang berlangsung hingga saat ini, dimana persaingan menjadi semakin ketat, memaksa tiap perusahaan / negara untuk dapat menemukan suatu strategi yang tepat berupa perencanaan dan kegiatan operasinal yang terpadu yang mengkaitkan Iingkungan eksternal dan internal sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan keunggulan daya saing berkelanjutan. Demikian pula untuk industri kertas nasional untuk dapat menangkap peluang yang ada tersebut dalam kondisi persaingan yang cukup ketat maka diperlukan daya saing industri kertas nasional yang kuat melalui peningkatan produktifitas sehingga dapat mengatasi pesaing dunia lainnya. Untuk mendapatkan gambaran daya saing industri kertas
nasional sehingga dapat diterapkan suatu strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan maka perlu dilakukan suatu ?studi daya saing industri kertas nasional".
Untuk melihat posisi daya saing industri kertas nasional digunakan metoda Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) yang akan menggambarkan tahapan perkembangan industri kertas nasional, dan revealed comparative advantage (RCA) yang akan memberikan gambaran keunggulan komparatif industri kertas nasional. Sedangkan untuk melihat adanya efek daya saing dalam pertumbuhan ekspor kertas nasional digunakan metode Constant Market Share Analysis (CMSA).
Sementara untuk menentukan Faktor-faktor yang berpegaruh terhadap daya saing industri kertas nasional dengan pendekatan model diamond Poorter?s, sedangkan alaternatif starteginya juga menggunakan alternatif strategi yang ditawarkan oleh Porter yaitu strategi generik keunggulan biaya menyeluruh, strategi generik differensiasi dan strategi generik fokus.
Dari hasil perhitungan ISP menunjukkan bahwa industri kertas terbagi dalam dalam empat tahap perkembangan industri. Sedangkan dari perhltungan RCAnya menunjukkan bahwa daya saing kertas dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu industri kertas yang berdaya saing kuat, sedang dan Iemah. Sementara hasil analisis CMS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor kertas disebabkan karena
efek pertumbuhan permintaan dunia dan efek daya saing.
Sedangkan dari hasil pengolahan hirarki didapatkan bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi daya saing nasional adalah faktor dalam negeri baik kondisi permintaan dalam negeri maupun Iingkungan internal perusahaan seperti kondisi faktor produksi dan tingkat persaingan yang ada. Faktor peranan pemerintah dan adanya kesempatan/peluang tidak terlalu mempengaruhi daya saing kertas nasional. Kondisi ini lebih disebabkan karena industri kertas sudah tidak dilindungi lagi dalam arti hambatan persaingan. Hambatan tarif sudah dihapuskan sehingga peranan pemerintah hanya sebagai fasilitator semata.
Dari hasil pengolahan alternatif strategi, berdasarkan pengolahan vertikal maka urutan prioritas pertama adalah keunggulan biaya menyeluruh yang dapat dilakukan melalui peningkatan pemanfaatan kapasitas terpasang industri kertas nasional, kemudian diikuti oleh strategi fokus, dimana diharapkan industri kertas dapat mengisi peluang pasar di belahan dunia yang tidak mengaitkan perdagangan
kertas dengan isu-isu Iingkungan. Alternatif strategi terakhir yang merupakan prioritas paling bawah adalah dengan melakukan differensiasi, yaitu membuat kertas yang unik yang membedakan dari produk sejenis sehingga didapatkan nilai tambah yang cukup besar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivky Rasjid
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia dan melihat hubungannya ke tingkat profitabilitas perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat konsentrasi di industri perbankan di Indonesia cukup tinggi jika dilihat dengan menggunakan concentration ratio namun dengan menggunakan HHI dapat dilihat bahwa tingkat kompetisinya masih cenderung rendah. Tingkat profitabilitas pada perbankan konvensional secara rata rata lebih tinggi dibandingkan perbankan syariah jika dihitung menggunakan ROA namun tingkat profitabilitas perbankan syariah akan lebih tinggi jika dibandingkan perbankan konvensional dengan menggunakan NIM sebagai proksi sebagai tingkat profitabilitas. Jika menggunakan ROA sebagai variabel dependen tingkat kompetisi memiliki hubungan negatif dan tingkat konsentrasi akan memiliki hubungan positif kepada tingkat profitabilitas selain itu ukuran dan BOPO perusahaan juga memiliki hubungan negatif terhadap tingkaty profitabilitas. Tingkat profitabilitas perbankan syariah juga lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional dengan menggunakan ROA sebagai proksi profitabilitas. Dengan menggunakan NIM sebagai proksi dari tingkat profitabilitas terjadi perbedaan reaksi pada HHI yang bisa juga melihat tingkat konsentrasi dan PRH yang melihat tingkat kompetisi , tingkat konsentrasi memiliki hubungan positif dengan NIM dan tingkat kompetisi juga memiliki hubungan positif dengan NIM sementara ukuran, market share dan BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap NIM.

The study aims to examine the degree of competition in the banking industry in Indonesia and see the relationship with the level of profitability of Islamic banking and conventional banking in Indonesia. In this study it was found that the level of concentration in the banking industry in Indonesia is quite high when assesed using the concentration ratio but by using the HHI, it can be seen that the level of competition is still likely to be low. The level of profitability in conventional banking is higher than the average of the Islamic banking if calculated using ROA but Islamic banking profitability will be higher when compared to conventional banking by using NIM as a proxy for the level of profitability. By using ROA as the dependent variable, level of competition has a negative relationship and the level of concentration will be positively related to the level of profitability. The firm size and BOPO also negatively related to profitability level. Islamic banking profitability levels are also lower than conventional banking by using ROA as a proxy for profitability. By using NIM as a proxy of the level of profitability there is some difference. The HHI which assesed the concentration levels and PRH which see the level of competition, the level of concentration has a positive relationship with NIM and the level of competition also has a positive relationship with NIM as size, meanwhile market share and BOPO and Size of the bank have negative effect on NIM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S52990
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sujitno Affandi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan strategi bersaing PT Makindo Tbk dalam industri Pasar Modal. Menurut Michael E. Porter, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan strategi bersaing suatu perusahaan dalam industri tertentu tergantung pada 5 kekuatan persaingan, yaitu : (1) ancaman kekuatan pendatang baru, (2) ancaman kekuatan tawar menawar pemasok, (3) ancaman kekuatan tawar menawar pembeli, (4) intensitas persaingan antara para pesaing, dan (5) ancaman kekuatan produk pengganti.
Dalam menghadapi kelima ancaman kekuatan persaingan tersebut, Porter menawarkan alternatif penggunaan strategi bersaing generik yang terdiri atas 3 elernen yaitu (a) keunggulan biaya, (b) diferensiasi, dan (c) fokus Berta strategi bersaing lainnya, diantaranya adalah meningkatkan pelayanan, meningkatkan mutu produk/jasa, memperluas jaringan atau cabang, meningkatkan reputasi dan meningkatkan permodalan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 187 orang dari PT Makindo Tbk. Responden yang diambil sebagai sample sebanyak 100 orang dan ditentukan secara purposive masing-masing untuk direksi 7 orang, manajer menengah 11 orang dan staf profesional 82 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan strategi bersaing PT Makindo Tbk dipengarhi oleh ancaman kekuatan pendatang bare (kuat), ancaman kekuatan tawar menawar pemasok (sangat kuat), ancaman kekuatan tawar menawar pembeli (kuat), intensitas persaingan antara perusahaan efek (kuat), dan ancaman kekuatan produk pengganti (kuat).
Berdasarkan kondisi tingkat ancaman kelima kekuatan tersebut, prioritas pengembangan strategi bersaing (generik dan lainnya) yang dilakukan secara berurutan adalah perluasan jaringan atau cabang dan peningkatan mutu pelayanan (skor rata-rata 16,13%), peningkatan reputasi dan fokus (skor rata-rata 15,15%) dan keunggulan biaya (skor rata-rata 14,6%).16,13%), peningkatan reputasi dan fokus (skor rata-rata 15,15%) dan keunggulan biaya (skor rata-rata 14,6%).
Berdasarkan analisis rangkai atau jaring nilai (value chain), diketahui bahwa sumber-sumber keuggulan bersaing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) yang dimiliki oleh PT Makindo Tbk yang dapat meningkatkan nilai dan menciptakan cash generating income adalah kurva belajar (pengalaman), tim analisis keuangan yang handal, jaringan atau cabang yang luas, dan reputasi perusahaan.
Disarankan agar pengalaman perusahaan, luasnya jaringan, hubungan antara eksekutif puncak dengan beberapa find manager luar negeri yang sifatnya interpersonal, dan reputasi perusahaan yang selama beberapa tahun menjadi salah satu kunci sukses (key succes factor) dan keunggulan perusahaan tetap dijaga dan ditingkatkan. "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Iman
"Sebagai negara yang menganut sistem dual banking, maka penting untuk mengetahui tingkat persaingan perbankan di Indonesia, khususnya perbankan syariah. Apalagi dengan jumlah perbankan syariah yang relatif sedikit, kuat dugaan terjadi pola persaingan yang kolutif. Oleh sebab itu digunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Panzar dan Rosse (1987) untuk data perbankan syariah dan konvensional Indonesia periode tahun 2003-2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun jumlah perbankan syariah relatif sedikit, namun struktur pasar yang ada adalah monopolistik dan tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa persaingan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional berbeda. Untuk menunjang perkembangan perbankan syariah, bank syariah perlu untuk memperhatikan pengelolaan dalam manajemen aset dan liabilitas yang baik. Selain itu, otoritas perbankan perlu memcermati bentuk persaingan yang terjadi.

Indonesia has dual banking system in its banking industry. Therefore it is important to know competition amongs banking especially syariah banking. Moreover with the small number of syariah banking that exists in Indonesia it is reasonable to guess that there are colutif competition among them. In order to investigate the degree of competition in Indonesia banking's industry, we apply Panzar-Rosse model with the period of estimation between 2003 to 2008.
In conclusion, it is suggested that there is monopolistic competition. Moreover, there is no strong evidence to assert that syariah and konvensional banking are difference in their competition conduct. In order to reinforce the growth of Syariah banking, it is important for syariah banking to manage carefully its asset and liability management. In addition, banking authority have to notice competition that exist in banking industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6522
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"Salah satu industri yang memiliki keunggulan komparatif di Indonesia adalah industri kerajinan rotan, di mana keunggulan dalam industri kerajinan rotan ini terletak pada berlimpahnya bahan mentah rotan di Indonesia. Namun faktor keunggulan komparatif tersebut tidak sepenuhnya dapat mendorong laju pertumbuhan ekspor, mengingat lingkungan persaingan yang kompetitif.
Dalam tulisan ini penulis ingin meneliti mengenai salah satu industri kerajinan rotan Indonesia yaitu CV.TIC. Permasalahan yang terjadi adalah kecenderungan untuk kurang memfokuskan diri kepada kompetensi yang dimiliki, aktor yang berperan, skenario yang akan dicapai, persoalan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan, serta strategi dalam mencapai keunggulan bersaing yang menjadi tujuan utama.
Untuk dapat menjawab permasalahan yang ada dalam tujuannya mencapai keunggulan bersaing CV.TIC, analisis dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchical Process (AHP). Responden penelitian terdiri dari 6 orang dari jajaran manajemen CV.TIC, dengan maksud mencapai kesepakatan melalui suatu konsensus dalam menjawab permasalahan yang ada dalam bentuk suatu hirarki keputusan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian mutu merupakan kompetensi yang paling berpengaruh terhadap keunggulan bersaing CV.TIC dengan bobot nilai 40,73%. Pelaku yang paling berperan dalam meningkatkan daya saing CV.TIC adalah pemilik I pimpinan perusahaan CV.TIC (46,60%). Prioritas skenario yang akan dicapai oleh CV.TIC adalah peningkatan produksi (45,25°%). Persoalan yang paling berpengaruh adalah persoalan kualitas sumber daya manusia (57,71%). Persoalan kualitas sumberdaya manusia yang menjadi sorotan utama adalah kurang tersedianya tenaga-tenaga yang handal dan berkualitas dalam kegiatan pemasaran dan pengembangan desain. Alternatif strategi yang lebih diprioritaskan adalah mengadakan pelatihan pemasaran (46,09%).
Pilihan strategi ini didasari kepentingan untuk menutup kelemahan yang ada di CV.TIC, dimana untuk mendukung keunggulan CV.TIC dalam pengendalian mutu perlu ditunjang oleh kegiatan pemasaran yang handal.
Sedangkan rekomendasi yang diberikan kepada CV.TIC adalah melakukan pengembangan terhadap desain produknya melalui strategi aliansi dalam upaya membangun kompetensi dalam pengembangan desain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>