Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sara Sofia Jennifer Idapola
"Produktifitas seseorang dalam melakukan pekerjaannya akan berkurang apabila tidak ditunjang dengan kondisi kesehatan yang baik. Seseorang dengan berat badan kurang dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi, sementara orang dengan berat badan berlebih akan meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Keadaan gizi lebih pada orang dewasa selama ini ditentukan dengan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT lebih sebagai salah satu indikator status gizi lebih juga meningkatkan risiko peningkatan kolesterol darah dan diabetes mellitus. Selain itu, peningkatan trigliserida juga terjadi dalam sirkulasi penderita gizi lebih yang berhubungan dengan penurunan kadar kolesterol HDL, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan IMT terhadap keadaan biokimia darah pada karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, Jakarta tahun 2008. Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang akan melihat hubungan IMT dengan gambaran biokimia darah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dalam hal ini seluruh karyawan yang memenuhi kriteria sampel diikutsertakan dalam penelitian. PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya memiliki 149 karyawan tetap yang melakukan pemeriksaan kesehatan, 135 orang diikutsertakan dalam penelitian karena memiliki data medis yang lengkap yaitu pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Prevalensi IMT kurang 4.4%, normal 45.2% dan lebih 50.4%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar kolesterol dan kadar glukosa puasa. Terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar trigliserida karyawana PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Hampir sebagian besar karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya memiliki status gizi lebih. IMT tidak berhubungan dengan kadar kolesterol dan glukosa darah puasa, akan tetapi berhubungan dengan kadar trigliserida karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2003
612.3 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Megawaty
"Masalah gizi timbul akibat terjadinya ketidakseimbangan energi yang dikonsumsi (asupan) dengan energi yang dikeluarkan (kebutuhan). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi pada orang dewasa (usia lebih dari 18 tahun) merupakan masalah penting. Selain mempengaruhi produktivitas kerja juga memiliki risiko terhadap penyakit penyakit tertentu. Makanan yang dikonsumsi setiap orang akan terefleksi pada status gizi dan hal ini dapat diketahui melalui pengukuran IMT. Dari hasil penelitian di beberapa negara diketahui bahwa proporsi vegetarian yang mengalami masalah gizi lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak vegetarian. Di Indonesia khususnya kota Jambi penelitian Indeks Massa Tubuh pada vegetarian dewasa belum pemah dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran umum maupun faktor- faktor yang berhubungan dengan IMT pada vegetarian dewasa di Pusdiklat Budhis Putra Maitreya dan Avaloketasvara kota Jambi. Penelitian dengan desain cross sectional ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari tahun 2008 dengan sampel 51 orang vegetarian dewasa. Untuk mengetahui gambaran umum karakteristik, asupan energi, konsumsi suplemen, tipe vegetarian, Iama menjadi vegetarian di kota Jambi, persentase status gizi kurang, baik, lebih berdasarkan IMT, dan hubungan antara karakteristik responden (usia, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, pendidikan) dengan IMT, hubungan antara asupan energi dengan IMT, hubungan antara lama menjadi vegetarian dengan IMT, hubungan antara pengetahuan gizi dengan IMT, hubungan status kesehatan dengan IMT pada vegetarian dewasa di pusdiklat Putra Maitreya dan Avaloketasvara kota Jambi maka dilakukan pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan. Kemudian data dianalisa melalui tahapan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan antara jenis kelamin (OR = O,3I3), status perkawinan (OR = 0,42l) dan asupan energi (OR == 6,5). Setelah dilakukan analisis multivariat, maka variabel yang berhubungan dengan indeks massa tubuh adalah asupan energi setelah dikontrol status perkawinan dan status perkawinan setelah dikontrol asupan energi. Variabel paling dorninan yang berhubungan dengan IMT adalah asupan energi dengan OR = 8,915. Vegetarian dewasa di kota Jambi dengan asupan energi yang tidak baik akan berisiko mengalami 8,9 kali kegemukan setelah dikontrol status perkawinan.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan bagi vegetarian agar membatasi asupan energi yang berasal dari lemak agar tidak mengalami kelebihan berat badan atau gemuk tingkat ringan maupun tingkat berat. Melakukan pemeriksaan rutin indeks massa tubuh untuk mengetahui status gizi. Mempertahankan berat badan normal menurut klasifikasi indeks massa tubuh.

Nutritional problem are arised due to energy imbalance of intake consumed and energy released. Insutiiciencies and excess nutrition problems that incured in adult (age more than 18 years old) are important problems; They influence productivity and also give risk to such kind of disease. Food consume by people is reflected in nutritional status and it's can be known by measuring BMI. Studies from some states showed that proportion of nutritional problem incured in vegetarian more than that in non vegetarian. In Indonesia especially in Jambi, the research of Body Masslndex of adult vegetarian is not available yet.
This research was aimed to tind description and factors related to BMI of adult vegetarian in Buddhis Center of Education and Practice (Pusdiklat) namely Putra Maitreya and Avaloketasvara in Jambi town. Research design was cross sectional. Itis done in January to February in 2008 with 51 samples of adult vegetarians. To find the description of characteristic, energy intake, supplement consmrred, vegetarian type, periods of being a vegetarian, percentage of nutritional status (underweight, normal and overweight) measured by BMI, and to tind relationship between respondent characteristics (age, gender, marriage status, work status, education) and BMI, the relationship between energy intake with BMI, the relationship between periods of being a vegetarian with BMI, relationship between nutritional knowledge with BMI, relationship between health status with BMI in adult vegetarian in Center of Education and Practice of Buddhis Putra Maitreya and Avaloketasvara in Jambi. Data collected by interviewing and measuring body weight and body height. Data was analized by univariate, bivariate and multivariate steps.
Bivariate analysis showed that there were relationship between gender (OR = 0,313), marriage status (OR = 0,42I) and energy intake (OR = 6,5) with BMI. Multivariat analysis showed that variables that related to energy intake after it was controlled by marriage status and marriage status was controlled by energy intake. The most dominant variable which is closely related to BMI is energy intake by OR = 8,915. Adult vegetarian with bad energy intake in Center of Education and Practice of Buddhis Putra Maitreya and Avaloketasvarain Jambi, had risk of 8,9 times to be overweight after controlled by marriage status.
From result of the study, we recommended vegetarians to restrict energy intake that contain much fat in order to not becoming mild to severe overweight and to do routine examination measuring BMI to know the nutritional status, and to maintain normal body weight according to BMI classification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ganisya Septry Hardinda
"Pubertas adalah fase penting dalam perkembangan remaja, dan menarche merupakan tanda utama pada remaja perempuan. Menarche dini dapat berdampak negatif pada kesehatan, baik jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, remaja dapat mengalami stres, sementara dampak jangka panjang seperti penyakit metabolik. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 114 siswa SD dan SMP X di Pondok Aren, Tangerang Selatan, usia 9-14 tahun. Data dikumpulkan secara primer melalui pengukuran status gizi, wawancara food recall, kuesioner aktivitas fisik, usia menarche ibu, dan konsumsi ultra-processed food. Hasil menunjukkan 48,2% responden telah mengalami menarche. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi, aktivitas fisik, dan konsumsi ultra-processed food dengan menarche dini (p value < 0.05). Sementara tidak ada hubungan antara asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, dan usia menarche ibu terhadap kejadian menarche dini. Penelitian ini merekomendasikan penambahan variabel keterpaparan media sosial dan peran aktif pemerintah serta sekolah dalam program kesehatan reproduksi.

Puberty is a critical phase in adolescent development, with menarche being a primary milestone in girls. Early menarche can negatively impact health, both in the short and long term. Short-term effects include stress among adolescents, while long-term effects may lead to metabolic diseases. This cross-sectional study involved 114 students from elementary and middle schools in X Pondok Aren, South Tangerang, aged 9-14 years. Primary data collection methods included nutritional status measurements, food recall interviews, physical activity questionnaires, maternal menarche age, and ultra-processed food consumption. Results indicated that 48.2% of respondents had experienced menarche. Significant relationships were found between nutritional status, physical activity, and ultra-processed food consumption with early menarche (p value < 0.05). However, no associations were observed between energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, and maternal menarche age with early menarche occurrence. The study recommends incorporating variables related to social media exposure and emphasizes the active roles of government and schools in reproductive health programs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.

Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwaratu Syafira
"Indeks Massa Tubuh IMT memiliki banyak manfaat, termasuk untuk memberikan gambaran obesitas suatu populasi maupun untuk merancang diet pasien di rumah sakit. Namun orang yang memiliki kesulitan menopang berat badannya atau tidak dapat berdiri tegak belum tentu dapat diukur IMT-nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan metode alternatif menghitung IMT berdasarkan ukuran ekskremitas tubuh pada mahasiswa usia dewasa muda di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 132 responden.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara rasio LiLA/ radic;Panjang Ulna dengan IMT r = 0,926 pada laki-laki dan r = 0,886 pada perempuan dan juga antara LiLA dengan IMT r = 0,913 pada laki-laki dan r = 0,877 pada perempuan . Model prediksi yang paling ideal digunakan adalah IMT laki-laki kg/m2 =1,109 LiLA cm ndash; 9,202 dan IMT perempuan kg/m2 = 0,236 0,825 LiLA cm dengan pertimbangan akurasi yang tinggi serta kemudahan pengaplikasian di lapangan.

Body Mass Index BMI serves various purposes, including to measure the prevalence of obesity in a population, and also in formulating a patient rsquo s diet at a hospital. However, the BMI of an individual with difficulties in carrying their own weight or standing up straight can not necessarily be measured. The aim of this study was to form a prediction model for the BMI of young adult students of Public Health Faculty of University of Indonesia. This study used a cross sectional design, with a total sample of 132 respondents.
Results of this study showed that there is a very strong correlation between MUAC radic Ulna Length and BMI r 0,926 for males and r 0,886 for females, and also between MUAC and BMI r 0,913 for males and r 0,877 for females. The prediction model considered most ideal to be used is Male BMI kg m2 1,109 MUAC cm ndash 9,202 and Female BMI kg m2 0,236 0,825 MUAC cm, based on the high accuracy levels and the convinience of application on the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Rizki Amelia
"Tujuan penelitian membahas hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan faktor-faktor lain dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan Gizi Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A RSCM Jakarta. Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, pengambilan sampel secara purposive sampling. Data antropometri didapatkan dengan pengukuran langsung saat penelitian. Analisis data meliputi crosstabs dan chi-square, menggunakan SPSS versi 13.0.
Hasil penelitian, 88.9% dan 38.9% orang berstatus gizi lebih masing-masing memiliki persen lemak tubuh mendekati tinggi/tinggi dan lemak viseral tinggi(p<0.05). Disarankan kepada pramusaji untuk membiasakan sarapan pagi, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan sering beraktivitas fisik.

The aim of this study is how Body Mass Index and Other Factors Related to Body Fat Status on Waitress at Nutrition Service of Integrated Admission Unit Building A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. This is a quantitative study with cross sectional approach, samples are collected by purposive sampling. Anthtopometry data are collected directly by measurement. Analysis included crosstabs dan chisquare, by using SPSS version 13.0.
The result, 88.9% dan 38.9% are overweight with each of them have slightly high/high body fat percentage and high visceral level(p<0.05). The researcher sugested that waitress should have breakfast gradually, consume foods containing high dietary fiber, frequent physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Body mass index is commonly used as a measure of nutritional status. Changes in body mass index is not only be associated with normal growth and development but also associated with individual health risk. Autistic child suffer from a self-centered mental state from which reality tent to be excluded. All aspect associated with health maintenance in autistic children are mostly depending on other. This study is aimed to assess body mass index and nutrients consumption of autistic children who study in special school in Malang which is specially designed for autistic child. All students were recruited for the study. Height was measured using a digital scale while microtoise was used to determine body weight. A 24 hour recall food consumption method was applied in this study by interviewing their teachers, parents and other individual who involved in nursing the child. Sibling with the nearest age and living in the same house is used as control population. Data collected was analyzed using the student t'test or chi-square if necessary. This study found that the autistic children showed to have a higher body mass index, consumed higher high energy food and drink more water compare to that of the control population."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Journal of Dentistry Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siallagan, Grace Adriani
"Defisiensi besi selama kehamilan adalah salah satu defisiensi gizi yang prevalensinya tetap tinggi di dunia yaitu mencapai 70%. Berat badan kurang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi besi selama kehamilan. Feritin adalah protein cadangan zat besi yang disintesis oleh hati dan dapat meningkat selama peradangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar feritin serum dengan indeks massa tubuh pada perempuan hamil trimester 1. Disain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Penelitian dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat Kramat Jati, Jakarta selama bulan Oktober 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling. Empat puluh tujuh perempuan hamil trimester 1 didapatkan memenuhi kriteria penelitian. Didapatkan rerata usia 27,79±4,85 tahun, diantara subyek penelitian 5 orang (10,6%) memiliki berat badan kurang, 25 orang (53,2%) berat badan normal dan 17 berat badan lebih (36,2%). Nilai tengah asupan zat besi 23,21 (8,4 ̶ 36,80) mg/hari. Asupan zat besi menunjukkan 66% subyek memiliki asupan zat besi kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia. Nilai tengah kadar feritin serum 58,1 (4,9 ̶ 139,8) μg/L dan 6,4% subyek tergolong status feritin rendah. Hasil penelitian ini diperoleh korelasi positif tidak bermakna antara kadar feritin serum dengan indeks massa tubuh pada perempuan hamil trimester 1 (r=0,097, p=0,52).

Iron deficiency during pregnancy is one of nutritional deficiency with high prevalence in the world, reaching up to 70%. Underweight is one of the main risk factors for iron deficiency during pregnancy. Ferritin is an iron storage protein which synthesized in the liver and can be increased during inflammation. The aim of this study was to find out the correlation between serum ferritin levels and body mass index (BMI) in pregnant woman in their first trimester. The design of the study is cross-sectional. Data collection was conducted at Kramat Jati Primary Health Care, Jakarta during October 2013. Subjects were obtained by consecutive sampling method. A total of 47 pregnant women in their first trimester subjects had met the sudy criteria. The mean of maternal age was 27,79±4,85 years, among them are 5 underweight (10,6%), 25 normal weight (53,2%) and 17 overweight (36,2%). Median of iron intake was 23,21 (8,4 ̶ 36,80) mg/day. Intake of iron showed 66% of the subjects had intake of iron less than Indonesian recomended dietary allowance (RDA). Median of serum ferritin levels was 58,1 (4,9 ̶ 139,8) μg/L, while 6,4% of the subjects were catagorized as low ferritin status. No significant correlation was found between serum ferritin levels and BMI in pregnant women in their first trimester (r=0,097, p=0,52)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi di negara maju maupun negara berkembang menyebabkan terjadinya transisi pola gaya hidup termasuk pola makan. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya masalah gizi lebih yang pada akhimya akan semakin meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Riana (2004) pada- siswi Jakarta memperlihatkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 25,3%. Hasil yang harnpir sama juga diperoleh oleh Arnaliah (2005) pada siswa SMA di Jakarta yang rnenunjukkan angka prevalensi gizi lebih sebesar 25,5%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran IMT (Indeks Massa Tubuh/Body Mass Index) pada remaja SMA sebagai variabel dependen _dan variabel independen seperti jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, banyalawa jenis konsumsi fast food, konsumsi sayur, konsumsi energi dan lemak, dan aktifitas fisik. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara IMT dengan variabel-variabel independen tersebut dan mencari variabel yang paling dominan berhubungan dengan INTT menurut umur.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Labschool Rawamangun Jakarta Tirnur dengan sampel sebesar 204 responden. pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Mei 2007. Analisis yang digunakan yaitu analisis uvariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih (overweight) di SMA Labschool Rawarnangun Jakarta Timur sebesar 27.9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food, konsumsi energi dan lemak dengan 11VIT menurut umur. Setelah dilakukan analisis multivariat, diperoleh hasil bahwa konsumsi energi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan 1MT menurut umur.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, disarankan untuk dilakukan pencegahan sercara dini dalam mengendalikan kecenderungan peningkatan kejadian gizi lebih pada remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya penilaian status gizi dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin sebulan sekali. Selain itu, pemberian pengetahuan gizi kepada siswa dan orang tua siswa mengenai konsumsi energi dan hubungannya dengan gizi lebih menjadi salah satu bentuk upaya pencegahan terjadinya gizi lebih.

The advancement of economy and technology within both developed and developing countries is resulting in life style alteration, which include meal pattern. This alteration also influences the escalation of malnutrition which finally lead to degenerative diseases. Riana's study (2004) shows 25% high school students are overweight. Similar result are shown by AmaIiah (2005) which prevaiens of
overweight is 25.3%.
This research aimed to capture the outline of IIVIT as dependent variable compare to independent variables; namely sex, fast food consumption, vegetables intake, fat intake, and physical activity. Besides that, we also want to observe the relation between [MT and all the independent variables and to find the most dominant independent variable to DAT according age group.
This is a quantitative research in which using cross sectional design study. The research, which was conducted in Labschool Senior High School Jakarta, is followed by 204 respondents. Data collection occurred in May 2007. As for data analysis, we employ univariate, bivariate, and multivariate.
This research documented that the prevalence of overweight amongst students of Labschool Senior High School is 27.9%. To be notice, most of our respondents are female students. Bivariate analysis showed that there is a significant relation between fast food intake, many of fast food, energy, and fat intake with IMT according age group. Afterward, multivariate analysis took place. It showed that energy intake is the most dominant factor that influences IMT.
Based on the result of this research, it is necessary to perform an early prevention from overweight status in order to reduce the event amongst young people. Nutritional assessment using MIT indicator can be taken as a committed routine action by school providers. Besides, nutritional education to students and their parents considers as mutual step of prevention deed of the event. We can provide information of the importance of controlling dietary intake on young people, notably energy intake to them. It is not the only responsibility of school providers to prevent the event from emerging, but it is our responsibility as parents and as part of education system also. Together we can help our young generation from outrageous nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>