Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Hidayat
"Gas burner memiliki fungsi untuk mencampur bahan bakar dengan udara untuk membentuk nyala api pembakaran. Gas burner yang ada saat ini belum berfungsi optimal dikarenakan belum adanya studi mengenai kualitas percampuran. Parameter dari kualitas percampuran adalah bilangan pusaran, energi kenetik turbulen dan intensitas turbulen. Dilakukan simulasi gas burner agar diketahui kualitas percampuran, yang ditandai dengan semakin homogen parameterparameter yang ada. Dari simulasi diketahui bahwa dengan semakin meningkatnya aliran udara tengensial di dalam gas burner maka proses percampuran yang terjadi semakin baik.

Gas burner works for mixing fuel with air to form the flame burning. Currently, gas burner is not on optimal use because there was no study on the quality of mixing. The parameters of mixing quality are swirl number, energy kinetic turbulent and turbulent intensity. Gas burner simulation is to conduct the quality of mixing, the good mixing sign by the more homogeny the parameters. That was obtained by increasing the flow of air tangential into the gas burner, the mixing that happens, the better."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50721
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Surjosatyo
"Dengan menipisnya cadangan minyak dunia dan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fossil, maka diperlukan energi alternatif dalam mengatasi hal tersebut. Bahan bakar gas dari proses gasifikasi biomassa (producer gas) adalah salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Pemanfaatan producer gas untuk aplikasi pengeringan dan pemanasan boiler memerlukan suatu sistem gas burner yang dapat menghasilkan panas tinggi dan polusi rendah. Pada penelitian ini sebuah model gas burner berbahan bakar producer gas dilakukan pemodelan simulasi secara 3D menggunakan CFD. Simulasi dilakukan dengan menggunakan swirl gas burner dengan menggunakan conical flame stabilizer dan tanpa menggunakan conical flame stabilizer pada variasi kecepatan udara masuk tangensial 3 m/s, 6 m/s dan 9 m/s. Hasil simulasi menunjukkan penambahan conical flame stabilizer menghasilkan api yang lebih pendek dan stabil. Penambahan kecepatan udara memendekkan panjang api dan menurunkan temperatur api. Validasi eksperimental dilakukan pada gas swirl burner yang menggunakan conical flame stabilizer. Simulasi dan eksperiment menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.

The depletion of worlwide energy reservation and environmental issue caused by fossil fuel pollution urge mankind to find a suitable alternative energy to overcome this problem. Producer gas from biomass gasification is an example of an alternative energy that could substitute fossil fuel in a certain combustion operation. Using producer gas to generate heat needs gas burner system that can produce an effective gas flame with low emission gas. This study is using modeling and simulation of gas flame using 3D-CFD method. The gas burner model has two condition, namely, using conical flame stabilizer and without conical flame stabilizer, and the velocity tangential air supply is varied into three speed of 3 m/s, 6 m/s and 9 m/s, respectively. The result of this simulation shows the additional of conical flame stabilizer produces a shorter flame, increases flames stability and reduces CO emission. The experimental result shows a similar pattern compared with that of the simulation result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ridho
"Siklon burner merupakan alat yang digunakan untuk mengubah bahan bakar padat menjadi gas yang kemudian energinya dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, seperti pembangkitan listrik, boiler, dan sebagainya. Sehubungan semua katup siklon burner harus selalu tertutup selama pengujian untuk menjamin kinerja burner yang maksimal, pengamatan fenomena turbulensi dalam ruang bakar tidak dimungkinkan. Oleh karena itu, Computatuonal Fluid Dynamics digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai Energi Kinetik Turbulensi dan Kecepatan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan seiring dengan jarak yang ditempuh setelah memasuki ruang bakar. Hasil Validasi kecepatan pada bagian outlet menunjukkan bahwa kecepatan hasil simulasi dan pengukuran tidak jauh berbeda dan saling berdekatan.

Cyclone Burner is a burner used in the purpose of converting solid fuel into gas whose energy is used for various applications such as power generation, boiler, et cetera. Direct observation of turbulence phenomenon is not possible since the combustion chamber must always be closed to ensure possible maximum performance achieved by the burner. Therefore, Computational Fluid Dynamics is used to solve those problems. The simulation results show that both Turbulent Kinetic Energy and Velocity tend to decrease in value by distance travelled by the flow upon entering the combustion chamber. Velocity Validation results show that both velocity curve and velocity point measured during experiment are in good agreement that their marginal results are not greatly different."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Riadhi
"Pemanasan pada ashpalt plants dilakukan dengan menggunakan burner sebagai alat pencampur bahan bakar dan udara sebagai oksidator pada proses pembakaran. Salah satu masalah yang ada pada burner ini adalah belum meratanya distribusi temperatur di dalam drum atau kiln sebagai alat pemanasan material pembuat aspal. Dilakukan simulasi menggunakan software fluent untuk mendapatkan distribusi temperatur yang terbaik dengan melakukan variasi pada bukaan kedua klep dan nilai equivalence ratio sebagai indikator banyaknya jumlah bahan bakar pada burner.
Parameter yang diasumsikan adalah temperatur udara dan bahan bakar 300,15 K, reaksi pembakaran yang terjadi adalah reaksi pembakaran sempurna, fraksi massa bahan bakar solar (C16H29) adalah 100%. Variasi dilakukan dengan mengubah nilai equivalence ratio pada burner yaitu 0,29, 0,385, 0,6 dan 1,2. Variasi juga dilakukan dengan merubah bukaan klep udara sekunder dan bukaan klep udara primer dengan konfigurasi 80°-20° , 70°-30°, 60°-50° dan 50°-60°.
Hasil yang didapatkan dari simulasi adalah distribusi temperatur akan semakin tinggi apabila konfigurasi dari bukaan klep lebih besar bukaan klep udara sekunder dibandingkan dengan bukaan klep udara primer dan nilai equivalence ratio yang baik untuk burner dengan dua buah swirl ini adalah mendekati nilai equivalence ratio 1,2.

Warming on ashpalt plants is done by using burner as a means of mixing fuel and air as an oxidant in the combustion process. One of the problems that exist in this burner is the uneven temperature distribution in the drum or kiln. So, the simulations using fluent software is done to obtain the best temperature distribution by variations on the two valve openings and the value of equivalence ratio as an indicator of the large number of fuel at the burner.
The parameters assumed are the air and fuel temperature is 300.15 K, the combustion reaction that occurs is the complete combustion reaction, the mass fraction of diesel fuel (C16H29) is 100%. Variations performed by changing the value of equivalence ratio at the burner is 0.25, 0.385, 0.6 and 1.2. Variation was also done by changing the secondary air valve opening and opening the primary air valve configuration with 80°-20°, 70°-30°, 60°-50° and 50°-60°.
Results obtained from the simulation are distribution of temperature will be higher if the configuration of the secondary air valve is larger than the opening of the primary air valve dan the equivalence ratio that is good for this two swirled burner is if the value of equivalence ratio is aproached 1,2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50895
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pratomo Setyadi
"Penelitian tentang biomass gasifier, mengenai pengaruh diameter venturi, letak inlet, jumlah inlet dalarn venture, dalam pembentukan gas semakin berkembang. Variasi-variasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan pembakaran tak sempuma yang dapat menghasilkan gas yang mudah terbakar. Bila penelitian dikerjakan secara eksperimental, maka biaya yang dibutuhkan akan sangat besar dan waldu yang cukup lama. Untuk menghemat biaya dan waktu, maka dilakukan simulasi sebelum dilakukan eksperimen sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang ada pada rancangan.
Simulasi biomass gasyier dilakukan dengan memvisualisasikan pola aliran udara di dalam reaktor, keeepatan, turbulensi, sehingga dapat diketahui apakah geometri dari reaktor sesuai dengan yang diharapkan. Analisa simulasi dilakukan dengan menggunakan computer yang dilengkapi dengan software analisis Fluent 5.3. Proses simulasi dimulai dengan penggambaran geometri sesuai perancangan awal menggunakan CAD Solidworks2001+, pembuatan grid/mesh dikerjakan menggunakan Gambit 1.2, dan simulasi aliran fluida di dalam reaktor menggunakan Fluent 5.3. Variasi yang dilakukan dalam simulasi ini adalah mengubah letak inlet berdasarkan ketinggian dari perrnukaan atas reaktor. Ketinggian yang digunakan adalah 350mm, 300mm, 250mrn.
Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa aliran, kecepatan, turbulensi membentuk pola-pola yang bermacam-macam untuk setiap inlet yang berbeda. Letak inlet yang berubah-ubah mempengaruhi bentuk aliran di dalam Venturi khususnya. Pergesekan fluida yang diharapkan terjadi, menimbulkan turbulensi dan dapat divisualisasikan. Arah aliran udara di dalam reaktor sudah sesuai yang diharapakan dari simulasi aliran ini. Hal ini menunjukkan bahwa visualisasi dangan simulasi CFD sangat ditentukan oleh nilai-nilai masukan yang didapatkan dari perhitungan perancangan sebelumnya ataupun nilai asumsi yang ditentukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Kautsar Lahia
"Biomass gasification is a process to convert biomass to be a combustible gas. That combustible gas named syngas later will be mixed with air or oxidator inside the gas burner to get appropiate mixing or air and fuel then could be produce optimum flame after being ignited. Gas burner that could mix the fuel and the air appropiately needed to get the optimum flame. Swirl vane is a part of gas burner that has a function to make a perfect mixing of air and fuel.The problem is the optimum number of swirl vane on gas burner still unknown. Experiment of three kinds of gas burner with different number of swirl vane; six ,eight , and ten swirl vanes done in this thesis with an objective to find out the most optimum number of swirl vane on gas burner.
The results of experiment on variation of swirl vane number on gas burner is gas burner with 8 swirl vanes has the highest average flame temperature (795°C), also the highest heat release rate (11,15 kJ/s). Higher the flame temperature result in higher heat release rate. Combustion efficiency on gas burner with 8 swirl vanes is the best with 85,5%, then gas burner with 10 swirl vanes with 85,1%, and the last gas burner with 6 swirl vanes with 83,1%. Those result indicate that gas burner with 8 swirl vanes could make the best internal recirculation zone (IRZ) so that the mixing of air and fuel in the gas burner with 8 swirl vanes becomes more perfect than the other gas burner result in the most perfect combustion process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nurrokhmat
"Penelitian ini ditunjukkan untuk melakukan investigasi aliran udara dan sebaran temperatur pada inkubator grashof tipe f. Analisis dilakukan dengan metode Computational Fluid Dynamics (CFD) menggunakan ANSYS CFX. Adapun standar yang digunakan yakni SNI IEC 60601-2-19:2014. Simulasi dilakukan dengan kriteria mesh independent sehingga hasilnya dapat mendekati dengan keadaan aktual. Simulasi menghasilkan data temperatur, densitas dan kecepatan udara. Pada simulasi dengan temperatur ambient 298K, hasil yang didapat tidak memenuhi standar yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena aliran udara masuk melalui outlet kabin bagian samping bawah. Masuknya udara disebabkan luasan inlet yang jauh lebih kecil dibandingkan outlet, sehingga menyebabkan backflow atau aliran balik dari outlet menuju heating chamber.

This research was shown to investigate the air flow and temperature distribution in the grashof incubator type f. The analysis was performed by the Computational Fluid Dynamics (CFD) method using ANSYS CFX. The standard used is SNI IEC 60601-2-19: 2014. The simulation is carried out with mesh independent criteria so the results can approach the actual situation. The simulation produces data on temperature, density and air velocity. In simulations with ambient temperatures of 298K, the results obtained do not meet the specified standards. This is caused by the flow of air entering through the cabin outlet at the bottom side. The entry of air is caused by the area of the inlet which is much smaller than the outlet, causing backflow from the outlet to the heating chamber."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David
"Pada penelitian ini disimulasikan burner industri non-premixed berbahan bakar metana. Burner memiliki konfigurasi wall-fired yang bertujuan untuk menghasilkan flat flame dengan luas penampang yang besar untuk meradiasikan panas secara efektif ke tube-tube yang terdapat dalam furnace pirolisis. Dalam simulasi ini divariasikan geometri dan kecepatan, variasi suhu, dan variasi rasio ekivalensi yang semuanya ini mempengaruhi profil nyala dan temperatur yang dihasilkan. Untuk mensimulasikan burner digunakan konsep pemodelan computational fluid dynamics (CFD) dengan menggunakan program COMSOL Multiphysics. Model menggunakan laju reaksi eddy dissipation model, neraca massa, neraca momentum aliran turbulen k-ɛ, dan neraca energi. Hasil penelitian masih perlu dikaji kesesuaiannya untuk proses pirolisis karena terdapat lebih dari satu pilihan geometri yang memungkinkan.

In this research, a non-premixed industrial burner fueled with methane was simulated. Configuration of burner is wall-fired in order to produce flat flame with broad parameter to radiate heat effectively to the tubes in pyrolysis furnace. This simulation variated geometry and velocity, temperature, and equivalence ratio of combustion that all of these are known to influenced flame profile and resulted temperature. The concept of computational fluid dynamics (CFD) is used with program COMSOL Multiphysics to simulate burner. Modelling is using rate of eddy dissipation model, mass balances, momentum balances of turbulent flow k-ɛ, and energy balance. The results of this research need to be evaluated again for real application in pyrolysis furnace for there are more than one suitable geometry founded."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Christian
"Modifikasi yang dilakukan bertujuan untuk memodifikasi fluidized bed incinerator UI yang sudah ada untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan lebih efisien. Permasalahan yang ada sebelumnya khususnya terdapat pada pemanasan awal yang melibatkan sistem burner, seperti metode penyalaan tidak aman, nyala api yang dihasilkan burner kurang panjang, nyala api yang dihasilkan burner tidak stabil, nyala api burner tidak terdeteksi dan mekanisme pemanasan awal tidak efisien. Kemudian dilakukan pengujian aliran dingin untuk melihat karakteristik fluidisasi fluidized bed incinerator UI ini apakah fluidisasi yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Proses fluidisasi sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen seperti pasir, distributor dan blower. Ketiga komponen ini memiliki pengaruh yang sangat signfikan terhadap proses fluidisasi dan saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.
Fluidisasi yang terjadi pada fluidized bed incinerator UI sudah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi fluidisasi minimum mulai terjadi pada kecepatan fluidisasi minimum, Umf, yakni berkisar pada 0,11 m/s pada kondisi ambien, T = 27 °C. Hal ini telah terbukti berdasarkan perhitungan dan secara eksperimental. Berdasarkan perhitungan kecepatan fluidisasi minimum yang telah dilakukan pada kondisi ambien, didapatkan bahwa kecepatan fluidisasi minimum sebesar 0,113 m/s. Sedangkan secara eksperimental cold flow didapatkan bahwa kecepatan fluidisasi minimum sebesar 0,119 m/s.
Modifikasi sistem burner meliputi burner yang digunakan yakni hi-temp premixed burner dan modifikasi mekanisme pemanasan awal dengan merancang lubang burner khusus. Sistem burner hasil modifikasi sudah dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapi pada sistem burner yang sebelumnya. Burner hasil modifikasi mampu memberikan kalor dengan kapasitas sampai 75000 kkal/jam. Kemudian untuk mendukung terjadinya fluidisasi yang baik pada fluidized bed incinerator UI menggunakan pasir silika dengan ukuran mesh 30 ? 50, distributor jenis perforated plate yang telah dirancang dengan 89 lubang orifis, masing-masing lubang orifis berdiameter 20 mm, dan sebuah blower jenis ring blower.

The objective of the modification is to modify the existing fluidized bed incinerator UI in order to produce results which are more optimum and more efficient. The problems are specially about pre-heating with a burner system, such as unsafe ignition method, not long enough burner flame, unstable burner flame, undetectable burner flame and inefficient pre-heating mechanism. Then, the cold flow experiment is run in order to get the fluidization characteristic of the fluidized bed incinerator UI whether the fluidization is working as expected. Fluidization process is very extremely influenced by components like sand, distributor, and blower which are used. Those three components have a very significant influence to fluidization process and have a really close correlation to each other.
Fluidization in fluidized bed incinerator UI has been achieved as expected. Fluidization minimum condition is starting to happen at fluidization minimum velocity, Umf, which is about 0,11 m/s at ambient condition, T = 27 °C. This has been proven based on calculation and by experimental. Minimum fluidization velocity based on calculation at ambient condition is 0,113 m/s. While minimum fluidization velocity based on experimental is 0,119 m/s.
Modification of burner system includes burner used, hi-temp premixed burner, and modification of pre-heating mechanism by designing a burner hole. Modified burner system can overcome all the problems of the previous burner system. This burner can give heat with capacity up to 75.000 kcal/hr. Then, to support good fluidization in fluidized bed incinerator UI, we use silica sand 30-50 mesh, perforated plate distributor which has designed with 89 orifices holes, diameter of each orifice hole 20 mm and a ring blower.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shanni Ardhana Herputra
"Laporan Praktik Keinsinyuran ini membahas metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai erosi khususnya pada peralatan komplesi sumur subsea yang berproduksi Gas dengan menggunakan metode CFD (Computational Fluid Dynamic). Resiko erosi berbanding lurus dengan nilai laju alir gas, sehingga semakin tinggi nilai laju alir gas maka semakin tinggi pula resiko erosi terjadi. Resiko erosi juga semakin tinggi khususnya jika terdapat perubahan geometri yang menyebabkan perubahan jenis aliran dari laminar menjadi turbulent. Pendekatan awal yang umum digunakan adalah dengan mengacu pada API RP 14E yang bergantung pada variable densitas fluida dan jenis material. Namun pendekatan ini dianggap kurang akurat dikarenakan tidak memperhitungkan variable lainnya yang menyebabkan terjadinya erosi. Sehingga simulasi menggunakan komputer dilakukan dengan memasukkan variable bentuk geoometri peralatan, solid concentration, kecepatan laju alir fluida, dan lain sebagainya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendekatan CFD dapat sebagai alternative untuk mengetahui nilai erosi pada suatu peralatan yang dikhawatirkan beresiko tinggi jika berkurang integritasnya.

This Engineering Practice Report discusses the methods used to estimate erosion values, particularly in the Completion equipment of subsea wells that produce Gas using the CFD (Computational Fluid Dynamic) method. The risk of erosion is proportional to the value of the gas flow rate, so the higher the value of the gas flow rate, the higher the erosion risk. The erosion risk increases with the complexity of geometry that changes flow type from laminar to turbulent. The initial approach commonly used is referring to API RP 14E which only use variables of fluid density and material type. However, this approach is considered inaccurate due to does not take into account the other variables that cause erosion. Further approached being done is by simulate the model with computers that are carried out by entering variables in the form of geometric equipment, solid concentration, velocity of fluid flow rate, and so on. The results show that the CFD approach can be an alternative to determine the erosion value of equipment that has high risk if its integrity is reduced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>