Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armalia Iriano
"Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri penyebab penyakit periodontal. Aloe vera memiliki khasiat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antibakteri Aloe vera terhadap Porphyromonas gingivalis. Dilakukan metode ekstraksi maserasi dan infundasi terhadap Aloe vera untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan difusi (zona hambat).
Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM sebesar 70% dan tidak terdapat nilai KBM. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 1,75 mm pada konsentrasi 90%. Kesimpulan, infusum lidah buaya mengandung senyawa aktif fenol, tanin dan antrakuinon serta memiliki sifat bakteriostatik dan tidak bersifat bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.

Porphyromonas gingivalis is the main etiologic agent of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial effect because of its phenolic compound. The aim of this study is to investigate the antibacterial effectivity of Aloe vera on Porphyromonas gingivalis. The study was performed by extracting Aloe vera using maceration and infusion extraction methods in order to attract the antibacterial active compounds. The test method of the antibacterial effect was carried out by dilution method (MIC and MBC) and diffusion method (inhibition zone).
The results of dilution method showed that MIC value was at 70% concentration while MBC value could not be determined. The largest inhibition zone of the diffusion method was 1,75 mm at 90% concentration. In summary, Aloe vera infuse contained antibacterial active compounds such as phenol, tannin and anthraquinone and showed bacteriostatic effect on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
R20-OB-446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Radiananda
"Porphyromonas gingivalis dalam plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Aloe vera memiliki sifat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek antibakteri kulit lidah buaya terhadap Porphyromonas gingivalis dengan metode ekstraksi terpilih. Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dan infundasi untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan metode difusi (zona hambatan). Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM dan KBM pada konsentrasi 70%. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 2.25 mm pada konsentrasi 80%. Dapat disimpulkan bahwa infusum kulit Aloe vera mengandung senyawa fenol, tanin, dan antrakuinon serta memiliki efek bakteriostatik dan bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.
Porphyromonas gingivalis in dental plaque has been the primary cause of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial properties because of its active compounds such as phenol. The aim of this study was to examine antibacterial effects of Aloe vera rind on Porphyromonas gingivalis using the chosen method. It was performed by doing xtraction with maceration and infusion methods to attract antibacterial active compounds. Antibacterial tests on Porphyromonas gingivalis were carried out using dilution (MIC and MBC)) and diffusion (inhibition zone) methods. The result of the dilution method showed MIC and MBC values at 70% concentration while the diffusion method showed the highest inhibition zone of 2.25 mm at 80% concentration. Hence, Aloe vera rind infuse revealed the presence of phenol, tannin, and anthraquinon and along with bacteriostatic and bacterisidal effects on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tara Prathita
"Aloe vera memiliki sifat antibakteri karena kandungan senyawa fenolnya. Porphyromonas gingivalis merupakan agen penyebab dominan pada penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek antibakteri infusum daging Aloe vera terhadap Porphyromonas gingivalis (in vitro). Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dan infundasi untuk menarik senyawa aktif antibakteri dalam Aloe vera. Uji antibakteri dilakukan melalui metode dilusi (KHM dan KBM) dan difusi (zona hambat). Infusum daging Aloe vera terbukti mengandung senyawa fenol dan tanin. Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM sebesar 80% dan nilai KBM tidak dapat ditentukan. Hasil metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 1,75 mm pada konsentrasi 50% dan 90%. Kesimpulan, infusum daging lidah buaya hanya memiliki sifat bakteriostatik terhadap Porphyromonas gingivalis strain standar ATCC 33277, in vitro.

Aloe vera has been known to possess antibacterial properties because of its phenolic compound. Porphyromonas gingivalis is a dominant etiological agent of periodontal disease. The aim of this study was to examine the antibacterial effect of Aloe vera leaf pulp on rphyromonas gingivalis (in vitro). Extraction of Aloe vera was performed using maceration and infusion method to attract antibacterial active compounds in Aloe vera. The antibacterial test was carried out by applying dilution technique (MIC and MBC values) and diffusion technique (inhibitory zones). Aloe vera leaf pulp infuse revealed the presence of phenol and tannin. The result of dilution method showed that MIC value was at 80% concentration and MBC value could not be determined. The largest inhibitory zone resulting from diffusion method was 1,75 mm at 50% and 90% concentrations. Conclusion, Aloe vera leaf pulp infuse has only bacteriostatic effect on Porphyromonas gingivalis standard strain ATCC 33277, invitro."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kelcy Theresia Gotama
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut utama di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 74,1% pada tahun 2018. Salah satu penyebab utama dari periodontitis merupakan akumulasi biofilm yang mengalami pematangan menjadi plak di daerah permukaan gigi, khususnya subgingiva yang kaya akan bakteri anaerobik seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hingga saat ini, agen antiplak gold standard di bidang kedokteran gigi ialah Chlorhexidine 0,2%. Namun, penggunaan Chlorhexidine dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, dicarilah alternatif dari Chlorhexidine sebagai agen antibakteri—salah satunya yaitu kulit semangka. Kulit semangka merupakan bagian buah semangka yang tinggi akan zat fitokimia yang memiliki kemampuan antibakteri, seperti saponin, tanin, alkanoid, flavonoid, dan terpenoid, namun khasiatnya belum banyak diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisa aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, dan membandingkannya dengan kemampuan antibakteri gold standard anti-plaque agent yaitu Chlorhexidine 0,2%.
Metode: aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) dan Treponema denticola (ATCC 35405) diamati melalui uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan mengukur Optical Density dari sampel menggunakan microplate reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan mengukur secara visual koloni bakteri yang terbentuk setelah dipaparkan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil dioleh secara statistik.
Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Uji komparatif secara statistik dengan uji One-Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dengan Chlorhexidine 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola sehingga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif agen antibakteri untuk mencegah penyakit periodontal.

Background: Periodontal disease is one of the main oral and dental health diseases in Indonesia, with a prevalence of 74,1% in 2018. The etiology of periodontal disease is multifactorial. One of the main causes is the accumulation of dental biofilm which matures, forming plaque on tooth surfaces, particularly the subgingival area that has an abundance of anaerobic bacteria such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola. Hence, preventive measures has to be implemented in order to preserve oral and dental health. One way to do so is by regular usage of oral rinses. Chlorhexidine 0,2% is considered to be the gold-standard antiplaque agent in today’s dental field. However, long-term use of Chlorhexidine may lead to several side effects. As a result, researchers have begun looking for alternatives to Chlorhexidine as an antibacterial and antiplaque agent—one of which is watermelon peel. Watermelon peel is rich in phytochemicals which possess antibacterial properties, such as saponin, tannin, alkanoid, flavonoid, and terpenoid; however, its benefits have not been studied much in Indonesia.
Goal: To analyze the antibacterial activity of watermelon (Citrullus lanatus) peel extract in preventing the growth and eliminating bacteria colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola as well as comparing them to the antibacterial activity of Chlorhexidine 0,2% as gold standard.
Method: the antibacterial activity of watermelon peel extract against the bacteria Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) and Treponema denticola (ATCC 35405) is observed through the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test by measuring the Optical Density (OD) of the studied samples through a microplate reader, as well as the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test by visually counting the number of colonies formed after being exposed to the extracts at 30%, 20%, and 10% concentration. Afterwards, the data collected is statistically.
Results: Watermelon peel extract is capable of inhibiting as well as eliminating bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola with MIC score of 10% and MBC score of 10%. Statistical comparative test reveals that there’s no significant difference between the antibacterial activity of all sample groups of watermelon peel extract and Chlorhexidine 0,2%.
Conclusion: Watermelon peel extract can inhibit the growth as well as eliminate bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, which makes it a considerable alternative as antibacterial agent in order to prevent periodontal diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
"Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus merupakan dua dari sekian banyak bakteri yang menginfeksi manusia. Infeksi bakteri tersebut menjadi semakin berbahaya akibat tingginya kejadian resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keterbatasan antibiotik yang tersedia menyebabkan perlunya penggunaan bahan alternatif sebagai antibiotik, antara lain tanaman herbal yang banyak djumpai di Indonesia sebagai kekayaan hayati. Kalanchoe pinnata merupakan salah satu tanaman herbal yang sering digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Daun Kalanchoe pinnata diekstraksi dengan etanol. Sampel bakteri diambil secara acak dari koleksi kultur bakteri yang diisolasi dari pasien. Uji kepekaan dilakukan dengan metode mikrodilusi. Kalanchoe pinnata mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum ekstrak daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii sebesar 144,9 mg/ml dan 289,8 mg/ml, sedangkan terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus sebesar 144,9 mg/ml; dengan Konsentrasi Bunuh Minimum yang tidak dapat ditentukan.

Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus are two out of many human infecting bacteria. These bacterial infections are becoming more threatening due to their high resistance towards antibiotics. This condition leads to a challenge in searching alternative substances that can be utilized as antibiotics. One way to obtain the substance is from herbs that are found all around Indonesia as its national plant heritage. Cocor Bebek Kalanchoe pinnata is one of the herbs that is often used to treat infections. The aim of this study is to investigate the antibacterial activity of leaves extract of Kalanchoe pinnata against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. This study was conducted at The Department of Microbiology and Pharmacy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Leaves of Kalanchoe pinnata were extracted using ethanol as solvent. Bacterial samples were selected randomly from a culture collection isolated from patients. Susceptibility test was done by broth microdilution method. Kalanchoe pinnata has antibacterial activity against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. The Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of Kalanchoe pinnata leaves extract against Acinetobacter baumannii are 144.9 mg ml and 289.8 mg ml, while for Methicillin Resistant Staphylococcus aureus is 144.9 mg ml unfortunately, its MBC cannot be determined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Nindya Lestari
"Infeksi bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Asia, khususnya Indonesia dengan kepadatan penduduk yang juga tinggi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit infeksi ini. Hingga saat ini, vankomisin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani infeksi MRSA. Untuk itu, perlu dikembangkan alternatif antibiotik agar dapat mencegah peningkatan penyakit infeksi akibat MRSA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri terhadap MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM.
Penelitian menggunakan metode makrodilusi ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri dan antibiotik vankomisin sebagai pembanding. Konsentrasi bakteri MRSA dalam penelitian ini sesuai dengan Mc Farland 0,5. Hasil penelitian menunjukkan terjadi kekeruhan pada tabung di setiap konsentrasi dan tumbuh koloni bakteri pada agar Mueller Hinton yang menunjukkan adanya bakteri MRSA. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri pada konsentrasi 1280 g/mL hingga 0,625 g/mL tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA.

Bacterial infection of Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of the health problem with high prevalence in Asia, especially Indonesia with high population density that influence the spread of this infectious disease. Until now, vancomycin is an antibiotic that can be used to treat MRSA infection. It is necessary to develop alternative antibiotic in order to prevent the increase of infection due to MRSA. This study was conducted to determine the antibacterial activity of ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract against MRSA to see the minimum inhibitory concentration MIC and the minimum bactericidal concentration MBC.
This research used macrodilution method with ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract and vancomycin as a comparison. Concentration of MRSA in this study based on Mc Farland 0,5. The results showed turbidity occured in tubes at each concentrations and bacterial colonies grown on Mueller Hinton Agar that indicate the presence of MRSA. Therefore, from this study we can conclude that the ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract at concentration of 1280 g mL until 0,625 g mL do not have antibacterial activity against MRSA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ghassani
"Lakase merupakan enzim ligninolitik yang dapat diekstrak dari tanaman, hewan, dan jamur. Lakase telah dilaporkan berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan enzim lakase yang dipurifikasi dari jamur Trametes versicolor dalam menghambat bakteri penyebab bau mulut. Enzim lakase diproduksi pada media kombinasi Potato Dextrose Broth (PDB 2.4% b/v), serbuk daun nanas (1% b/v), dan serbuk bonggol jagung (1% b/v). Crude enzyme diekstrak dari kultur yang diinkubasi selama 7 hari, kemudian dievaluasi aktivitas katalase dengan 2,2′-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) (ABTS) dan selanjutnya dipurifikasi secara parsial dengan presipitasi ammonium sulfat serta kromatografi pertukaran ion. Keberadaan enzim lakase yang terdapat pada ekstrak purifikasi dikonfirmasi menggunakan ABTS dan Sodium Dodecyl Sulfate–Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Kemudian dievaluasi aktivitasnya terhadap Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Hasil menunjukan bahwa terdapat kenaikan aktivitas spesifik enzim lakase setelah purifikasi dari 1372,091 U/mg menjadi 2409,123 U/mg, hasil SDS-PAGE menunjukan terdapat senyawa berbobot ~65 KDa yang sesuai dengan bobot molekul lakase. Uji aktivitas antibakteri dari lakase pada P. gingivalis dan S. aureus menunjukkan daya hambatan yang sedang pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat 6,682 mm dan 9,463 mm. Purifikasi berhasil memperoleh aktivitas lakase yang lebih tinggi dari crude extract serta potensi aktivitas sebagai antibakteri terhadap P. gingivalis dan S. aureus.

Laccase is a ligninolytic enzyme that can be extracted from plants, animals, and fungi. Laccase is reported to have antibacterial potential. This study aimed to analyze the ability of the laccase enzyme purified from the Trametes versicolor fungus to inhibit bacteria that cause halitosis. The laccase enzyme was produced in a combination medium of Potato Dextrose Broth (PDB 2.4% w/v), pineapple leaf powder (1% w/v), and corn cob powder (1% w/v). Crude enzyme was extracted from the culture which was incubated for 7 days, then evaluated for catalase activity with 2,2′-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) (ABTS) and then partially purified by ammonium sulfate precipitation and ion exchange chromatography. The presence of the laccase enzyme in the purification extract was confirmed using ABTS and Sodium Dodecyl Sulfate–Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Then its activity against Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus was evaluated. The results showed that there was an increase in the specific activity of the laccase enzyme after purification from 1372.091 U/mg to 2409.123 U/mg. The SDS-PAGE results showed that there was a compound weighing ~65 KDa which corresponded to the molecular weight of laccase. The antibacterial activity test of laccase on P. gingivalis and S. aureus showed moderate inhibitory power at a concentration of 100% with an inhibitory zone diameter of 6.682 mm and 9.463 mm. Purification succeeded in obtaining higher laccase activity from the crude extract as well as potential antibacterial activity against P. gingivalis and S. aureus."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rahma Shaharani
"Populasi bakteri di mulut adalah terbesar kedua setelah usus. Mereka dapat menghasilkan senyawa sulfur mudah menguap, yang merupakan tanda halitosis (bau mulut) dan dapat menyebabkan penyakit gusi karena bersifat toksik. Senyawa ini dapat terurai oleh enzim ligninolitik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh enzim ligninolitik, yaitu mangan peroksidase dari jamur Trametes versicolor dan uji hambatan pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Jamur pelapuk putih Trametes versicolor diremajakan menggunakan media PDA dan serbuk daun nanas. Crude enzim dipanen dengan cara memindahkan jamur yang telah diremajakan ke media PDB, serbuk daun nanas, dan trace element, kemudian disentrifus (13000 G, 15 menit, 4°C). Fraksi enzim diperoleh dengan fraksionasi garam amonium sulfat saturasi 65%, dialisis dengan membran cut-off 8-14 kDa. Purifikasi dilakukan dengan kromatografi penukar ion menggunakan resin DEAE selulosa. Hasil uji aktivitas enzim di setiap tahapan purifikasi menunjukkan aktivitas spesifik sebesar 3884,830, 3994,647, dan 4424,652 U/mg, masing-masing hasil dari crude enzim, fraksionasi amonium sulfat, dan purifikasi kromatografi penukar ion. Penghambatan enzim terhadap bakteri P. gingivalis dan S. aureus menunjukkan kekuatan hambat yang kuat dengan diameter zona hambat 10,80 dan 11,20 mm, serta hasil KHM sebesar 60% untuk P. gingivalis dengan aktivitas antibakteri 10,177 U/mL (aktivitas enzim), 0,0023 mg/mL (kadar protein), dan 442,465 U/mg (aktivitas spesifik), dan 50% untuk S. aureus dengan nilai 8,481 U/mL (aktivitas enzim), 0,0019 mg/mL (kadar protein), dan 368,721 U/mg (aktivitas spesifik).

The bacterial population in the mouth is the second largest after the gut. They can produce volatile sulfur compounds, which are a sign of halitosis (bad breath) and can cause gum disease as they are toxic. These compounds can be degraded by ligninolytic enzymes. The purpose of this study was to obtain ligninolytic enzymes, which is manganese peroxidase enzyme from Trametes versicolor mushroom and test the inhibition of bacterial growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. The white weathering mushroom Trametes versicolor was rejuvenated using PDA media and pineapple leaf powder. Crude enzyme was harvested by transferring the rejuvenated fungus to PDB media, pineapple leaf powder, and trace elements, then centrifuged (13000 G, 15 min, 4°C). Enzyme fractions were obtained by 65% saturation ammonium sulfate salt fractionation, dialyzed with 8-14 kDa cut-off membranes. Purification was performed by ion exchange chromatography using DEAE cellulose resin. The enzyme activity test results at each purification stage showed specific activities of 3884.830, 3994.647, and 4424.652 U/mg, respectively from crude enzyme, ammonium sulfate fractionation, and ion exchange chromatography purification. Enzyme inhibition against P. gingivalis and S. aureus bacteria showed strong inhibition strength with an inhibition zone diameter of 10,80 and 11,20 mm, as well as KHM results of 60% for P. gingivalis with antibacterial activity of 10.177 U/mL (enzyme activity), 0.0023 mg/mL (protein content), and 442.465 U/mg (specific activity), and 50% for S. aureus with values of 8.481 U/mL (enzyme activity), 0.0019 mg/mL (protein content), and 368.721 U/mg (specific activity)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Dwi Maharti
"Daging buah Avokad mengandung senyawa fenol (flavonoid, tannin), dan alkaloid yang secara teoritis dikatakan memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Mengetahui efek antibakteri ekstrak daging buah Avokad terhadap Streptococcus mutans.
Metode: Ekstrak daging buah Avokad diekstraksi dengan metode infundasi, kemudian dibuat menjadi 4 konsentrasi yaitu 80%, 90%, 95%, dan 100%. Ekstrak tersebut lalu diujicobakan kepada Streptococcus mutans yang diisolasi dari saliva 20 mahasiswa FKG UI. Efek antibakteri diuji dengan menggunakan metode difusi dan pengenceran, yang ditujukan untuk menentukan diameter zona hambatan, kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM).
Hasil: Nilai mean diameter zona hambatan yang dihasilkan ekstrak daging buah Avokad, yaitu: konsentrasi 80%: 1,368 mm; 90%: 1,391 mm; 95%: 1,171 mm; 100%: 1,800 mm. Ekstrak daging buah Avokad tidak memberikan nilai KHM dan KBM.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, efek antibakteri ekstrak daging buah Avokad belum terbukti efektif terhadap Streptococcus mutans.
Saran: Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antibakteri ekstrak daging buah Avokad menggunakan metode ekstraksi berbeda.

Nowadays, traditional plants are becoming more often to be used as an
alternative choice for healing mouth diseases, including tootache. One of them is Persea americana, which is known as Avocado, that is used to heal tootache. Avocado fruit contains phenol, flavonoid, alkaloid, and tannin which are studied having an antibacterial effect.
Objective: To determine the antibacterial effect of Avocado fruit extract on Streptococcus mutans.
Method: The bacteria used in this experiment was identified from 20 dental students in University of Indonesia. The experiment used infundasion method to extract the fruit. The extract concentration tested were 80%, 90%, 95%, 100%. The test method of the antibacterial effect were diffusion and dillution method, which were used to determine the inhibition zone, minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal oncentration (MBC).
Result: The inhibition zone of Avocado fruit extract were 80% concentration: 1,368 mm, 90%: 1,391 mm, 95%: 1,171 mm, 100%: 1,800 mm. Avocado fruit extract did not have MIC and MBC values.
Conclusion: On this research, Avocado fruit extract (infundasion method) had not been proven effective to give an antibacterial effect on Streptococcus mutans.
Suggestion: The next research will be about the antibacterial effect of Avocado fruit extract using a different extraction method.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Ulfiarakhma
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah terbesar di banyak negara, salah satunya infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA . Meskipun vankomisin merupakan antibiotik standar dalam mengobati infeksi MRSA, terdapat kekhawatiran munculnya galur yang resisten terhadap vankomisin, sehingga diperlukan pengembangan antibiotik alternatif untuk pengobatan MRSA yaitu dengan ekstrak daun sukun Artocarpus communis yang telah terbukti memiliki efek antibakteri berdasarkan penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun A. communis terhadap MRSA.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vitro menggunakan metode makrodilusi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak A. communis dilakukan dengan mencampurkan suspensi bakteri dan ekstrak kasar daun A. communis berkonsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2,5 ?g/mL, 1,25 ?g/mL, dan 0,625 ?g/mL, kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Uji diulang sebanyak dua kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tabung menghasilkan cairan yang keruh. Setelah larutan dari masing-masing tabung dikultur pada agar Mueller-Hinton, ditemukan pertumbuhan koloni bakteri pada seluruh agar. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun A. communis terhadap MRSA tidak ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL hingga 0,625 ?g/mL.

Infectious disease still remains a major problem in many countries, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA infection. Although vancomycin is used to treat MRSA infection, there is concern about vancomycin resistant strain. Thus, the development of new alternative antibiotic such as breadfruit Artocarpus communis leaf rsquo s extract, which has antibacterial effect according to previous researches, is needed for more effective MRSA treatment. This research aims to know the antibacterial activity of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA.
This in vivo experimental research uses macrodilution method which is performed by mixing bacterial suspension and A. communis leaf rsquo s crude extract with concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2,5 g mL, 1,25 g mL, and 0,625 g mL, then incubated at temperature of 37o C for 24 hours.
The result shows that all tubes give cloudy solution. After all of concentration from each tubes is cultivated in Mueller Hinton agar, the growth of bacteria colony was found in all agar. In conclusion, minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA cannot be obtained at the concentration range from 1280 g mL to 0,625 g mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>