Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Asyiyah
"Dampak dari Cedera medula spinalis (CMS) adalah perubahan fungsi saluran kemih bagian bawah. Untuk mengatasi masalah tersebut klien CMS mendapatkan penatalaksanaan kandung kemih dengan metoda intermittent self catheterization (ISC). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran 'pengalaman klien CMS yang menjalani ISC dalam konteks asuhan keperawatan di RSUP Fatmawati'. Metoda penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapat dengan rekaman wawancara mendalam menggunakan MP4 terhadap 6 partisipan, dengan karakteristik 5 partisipan laki-laki dan 1partisipan perempuan. Rentang usia 33 sampai dengan 51 tahun. Menderita CMS thorakal 12-Lumbal 1, ASIA Impaiment Scale (AIS) A 5 orang dan AIS B 1 orang. Lama waktu penggunaan ISC antara setengah tahun hingga 5 tahun. Hasil wawancara dianalisis menggunakan metoda Colaizzi.
Dari studi ini dihasilkan 8 tema, yaitu perubahan sistem tubuh, komplikasi penyakit, gangguan konsep diri, proses belajar ISC, berbeda dengan orang sehat, mampu beradaptasi dengan perubahan, sistem pendukung dan harapan klien CMS. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa klien yang mengalami CMS dengan gangguan berkemih mengalami proses belajar ISC yang sama, mampu melakukan tindakan sesuai ketentuan dan dapat memodifikasi pola kehidupan, serta dapat beradaptasi dengan kondisi yang dihadapi. Penelitian dapat dilanjutkan dengan metode Grounded Theory.

The consequences of a Spinal cord injury (SCI) are alterations in lower urinary tract function. Therefore, client with SCI need to use bladder management methode of intermittent self catheterization (ISC). The purpose of the study was to explore the experiences of the clients with SCI using ISC on nursing care contex at Fatmawati Hospital Jakarta. A qualitative approach was used based on phenomenology. Indepth MP4 interview were conducter to six partisipans, they were 5 males and 1 female, partisipans ages ranged between 33 -51 years. The segmental level of SCI is Thoracic 12 to Lumbar 1, the ASIA impaiment Scale (AIS) is 5 clients and AIS B one client. Duration of using ISC ranged from 6 month to 5 years, and the frequency is four times per day. The result was analysed with Colaizzi method.
The study showed that there were 8 themes. Those were altered of the neurology system, complication, decrease of self esteem, learning process ISC, differ from healthy peoples, self adaption, support system and the last client wishes. The research conclucion is SCI clients with urinary voiding dificulties, they had been same experience about ISC, skills of ISC and they made modification of them self. Recomedation for future research is Grounded Theory as Method.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Setiono
"Tujuan: Menilai manfaat edukasi mengenai gangguan berkemih neurogenik pada pasien cedera medulla spinalis (CMS) di RSUP Fatmawati terhadap pengetahuan dan kemampuan mengatasi masalah.
Metode: Desain studi eksperimental. Subyek 22 orang pasien paraplegi karena CMS dengan gangguan berkemih neurogenik yang dirawat pertama kali di RSUP Fatmawati. Subyek diberikan program edukasi yang terdiri dari 7 topik selama rentang 3 minggu. Dilakukan penilaian pengetahuan dan kemampuan masalah dengan menggunakan kuesioner pada awal penelitian, pasca pemberian edukasi, dan 3 bulan pasca edukasi. Selain itu dilakukan penilaian kepentingan topik edukasi menurut subyek dengan skala Likert.
Hasil: 22 subyek menyelesaikan penilaian awal dan pasca edukasi, namun hanya 18 orang yang dapat dihubungi saat follow up 3 bulan. Terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna antara awal dan pasca edukasi (p=0,033), pasca edukasi dan follow up (p=0,047). Terdapat peningkatan yang bermakna pada kemampuan menyelesaikan masalah antara awal dan pasca edukasi (p=0,000), tidak terdapat perubahan bermakna antara pasca edukasi dan follow up (p=0,157). Seluruh topik edukasi yang diberikan dianggap penting oleh subyek.
Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan dan kemampuan menyelesaikan masalah setelah pemberian edukasi, dan terdapat retensi sampai dengan 3 bulan pasca edukasi. Pemberian program edukasi mengenai gangguan berkemih neurogenik pada pasien CMS penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan menyelesaikan masalah, serta mencegah komplikasi urologis.

Objective : To evaluate the effect of educational program in neurogenic bladder for spinal cord injury patient at Fatmawati General Hospital in improving knowledge and problem solving skill.
Methods : This is a experimental study. Twenty two paraplegic SCI patients with neurogenic bladder in Fatmawati hospital was included in this study. The subjects was given educational program which consist of 7 topics in 3 weeks period. Questionnaire for evaluating knowledge and problem solving skill was given at the beginning of the study, after completion of education program, and 3 months after education. A likert scale-based questionnaire also given at the end of education to assess patient?s perception of importance regarding the education topics.
Results : All subjects finished the initial and post education assessment, but only 18 subjects finished follow up evaluation. There was significant difference in knowledge between initial and post education assessment (p=0.033) and between post education and follow up (p=0.047). There was significant improvement in problem solving skill between initial and post education assessment (p=0.000) and no significant difference between post education and follow up (p=0.157). All topics given perceived as important by all the subjects.
Conclusion : There is a significant improvement in knowledge and problem solving skill after educational program, and there is retention up to 3 months after education. Educational program in neurogenic bladder for patients with SCI during hospital stay is important in improving patient?s knowledge and problem solving skill also for prevention of urological complication.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Spinal Cord Injury (SCI) merupakan suatu gangguan muskusloskeletal yang berdampak besar baik dari segi fisik, sosial dan ekonomi. SCI berdampak kelemahan pada ekstremitas, tingkat keparahan kelemahan bergantung pada area spinal cord yang terganggu. Untuk itu perlu perawatan yang lama dalam pemulihan dan adaptasi terhadap kelemahan terkait aktivitas sehari hari pasien. Laporan ini merupakan hasil analisa kegiatan praktek residensi penerapan Evidence Based Nursing (EBN) dengan pendekatan Model Adaptasi Roy dalam peran care provider, peneliti, innovator dan role model. Hasil dari penerapan model Adaptasi Roy dapat diaplikasikan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal dimana pasien membutuhkan kemampuan adaptasi dalam menjalani perawatan. Hasil penerapan EBN menunjukkan bahwa relaksasi mendengarkan musik dan masase punggung dapat mengurangi nyeri dan kecemasan. Hasil dari kegiatan inovasi adalah panduan format komunikasi SBAAR (Situation, Background, Assesment and Recommendation)

Spinal Cord Injury (SCI) is one of musculosceletal disorder that distrub physic, social and economic faktors. Effect of SCI are extremities weakness, para parese depand on injury areas of spinal cord. Furtermore patients needs adaptation in his/hers paraparese to doing actuvuty daily living (ADL). This article shows tat clinical practice of recidency using Adaptation Roy Model as provider care, researcher, innovator and role model. Result of Adaptation Roy Modelapproach shows that effective in musculosceletal disorder patient care, who nees ability to asaptation in ADL. Result of Evidence Based Nursing shows that relaxation music therapy and back massage effective to reduce pain and anxiety. Result of innovation project format of SBAR (Situation, Background, Assesment and Recommendation)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatriani
"Spinal Cord Injury (SCI) adalah kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan gangguan neurologis, yang disebabkan oleh cedera tulang belakang taumatik (TSCI) dan cedera tulang belakang non-traumatik (NTSCI). SCI mengakibatkan gangguan fisik jangka panjang, gangguan fungsi tubuh, status psikologis dan sosial ekonomi. SCI secara drastis mempengaruhi independensi dan kualitas kehidupan. Salah satu penyebab utama cedera medulla spinalis secara non-trauma adalah adanya tumor yang dapat menekan medula spinalis. Klasifikasi tumor di medulla spinalis berdasarkan lokasi tumor pasien yakni intradural-intramedullary, intradural-extramedullary dan extradural. Tumor medulla spinaliis secara garis besar terbagi dua jenis yakni Benign Spinal Cord Tumors, dan Malignant Spinal Cord Tumor.
Tujuan: Menganalisis praktik residensi keperawatan medikal bedah dengan menerapkan peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dan melakukan analisis pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah muskuloskeletal khususnya SCI dengan pendekatan konsep Need Theory Virginia Henderson.
Metode: Studi kasus yang dilakukan pada praktik residensi spesialis keperawatan medikal bedah terhadap pasien spinal cord injury dengan pendekatan teori kebutuhan Virginia Henderson.
Hasil: Penulis melakukan asuhan keperawatan kepada 17 (dari total 30 kasus resume) pasien dengan SCI yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Proses asuhan keperawatan menurut Henderson berfokus pada pasien dan keluarga. Virginia Henderson memandang pasien sebagai individu yang membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai kebebasan dan keutuhan tubuh serta pikiran.

SCI is spinal cord damage that results in neurological disorders, caused by traumatic spinal cord injury (TSCI) and non-traumatic spinal cord injury (NTSCI). SCI results in long-term physical impairment, impaired bodily function, psychological and socioeconomic status. Due to functional limitations in the sensory and motor systems, involving lower and upper extremity function, SCI drastically affects independence and quality of life. One of the main causes of non-traumatic spinal cord injury is the presence of tumors that can compress the spinal cord in patients (New et al., 2017). The classification of tumors in the spinal cord is based on the location of the patient's tumor, namely intradural-intramedullary, intradural-extramedullary and extradural (Kumar et al., 2020). Spinal cord tumors are broadly divided into two types, namely benign spinal cord tumors and malignant spinal cord tumors.
Objectives: To analyze the practice of medical surgical nursing residency by applying the role as a nursing care provider and to perform a nursing analysis of providing nursing care to patients with musculoskeletal problems, especially SCI with Virginia Henderson's Need Theory concept approach.
Methods: The author's case study was carried out in this medical surgical nursing specialist residency practice for spinal cord injury patients with a virginia Henderson needs theory approach.
Results: The author provided nursing care to 17 (out of a total of 30 cases resumed) patients with SCI caused by trauma and non-trauma. The nursing care process according to Henderson focuses on the patient and family. Virginia Henderson views patients as individuals who need assistance in meeting their needs to achieve freedom and wholeness of body and mind.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisadelfa Sutanto
"Latar Belakang: Cedera tulang belakang dapat menyebabkan kelumpuhan kronis yang memengaruhi kebutuhan energi dan protein. Proses penyembuhan yang lama akibat trauma sistem saraf dan komplikasi akibat tirah baring lama berdampak pada penurunan angka harapan hidup dan kualitas hidup seseorang. Risiko malnutrisi akibat inaktivitas kronis dapat menyebabkan hilangnya massa otot yang juga berpengaruh pada status nutrisi. Terapi medik gizi bertujuan mengurangi respons metabolik, mempertahankan massa bebas lemak, dan mencegah komplikasi. Metode: Serial kasus ini melaporkan empat pasien sakit kritis dengan cedera tulang belakang yang memiliki karakteristik usia 29-58 tahun. Status gizi pasien saat admisi adalah berat badan BB normal. Terapi medik gizi yang diberikan menggunakan panduan sakit kritis. Pemberian nutrisi ditingkatkan bertahap sesuai klinis dan toleransi saluran cerna dengan target capaian 30 kkal/kg BB. Mikronutrien utama yang diberikan adalah vitamin B. Hasil: Dua pasien kasus pertama dan ketiga pulang dengan pemenuhan nutrisi sesuai rekomendasi dan dapat mengkonsumsi asupan melalui jalur oral. Dua pasien yang meninggal pasien kedua dan keempat, tata laksana nutrisi tidak mencapai target. Pasien kedua memiliki penyulit berupa atelektasis paru kanan, infeksi sekunder Pseudomonas aeroginosa dan Klebsiella pneumoniae, sedangkan pasien keempat memiliki penyulit berupa kontusio paru, infeksi Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae. Kesimpulan: Terapi medik gizi yang adekuat mendukung kesembuhan pasien. Penyulit seperti infeksi sekunder atau komorbid lain dapat menjadi kendala keberhasilan tatalaksana nutrisi yang optimal.
Background: Spinal cord injury causes chronic paralysis that affects energy and protein requirement. The long-term healing process due to nervous system trauma and complications caused by prolonged bed rest impact on decreasing life expectancy and quality of life. The risk of malnutrition due to chronic inactivity can lead to loss of muscle mass, that also affects nutritional status. The aims of medical nutrition therapy are to decrease metabolic response, maintain fat-free mass, and prevent complications. Methods: This case series reported four critically ill patients with spinal cord injury aged 29-58 years. All patients had normoweight. Medical nutrition therapy was given based on nutrition guidelines for critically ill patients. Nutrition was given in accordance with clinical and gastrointestinal tolerance, increased gradually up to 30 kcal/kg body weight. Micronutrient given was vitamin B. Results: Two patients the first and the third discharged with optimal nutrient intake given orally. Other two patients the second and the fourth had right atelectasis, secondary infecton of Pseudomonas aeruginosa and Klebisella pneumoniae, the latter had pulmonary contusions and secondary infection as well. Conclusion: Adequate nutrition supports patient rsquo;s recovery. Comorbidty and infection can be obstacle to achieve optimal nutrition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zafrullah Arifin
"Cedera servikal merupakan salah satu cedera tulang belakang terbanyak pada pasien trauma. Di Amerika Serikat tahun
2008 dari 100.000 kasus cedera tulang belakang, sebanyak 67% merupakan kasus cedera servikal. Penilaian awal
dilakukan berdasarkan American Spinal Cord Injury Association (ASIA) impairment score namun prognosis outcome
sering tidak diperhatikan. Tujuan penelitian untuk menganalisis nilai functional independence measure (FIM) pasien
cedera servikal dengan manajemen konservatif dan korelasi dengan umur, jenis kelamin, jenis trauma, onset trauma,
abnormalitas servikal, jenis lesi cervical spine, dan ASIA impairment score. Dilakukan studi kohor prospektif pada
semua pasien cedera servikal yang memenuhi kriteria inklusi di bagian Bedah Saraf Rumah Sakit (RS) Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Subjek dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, trauma tunggal/multipel, akut/kronik,
abnormalitas servikal, lesi komplit/inkomplit dan ASIA impairment score. Pemeriksaan nilai FIM dilakukan di
Poliklinik Bedah Saraf. Data dianalisis menggunakan uji t dan uji chi-kuadrat. Terdapat 17 pasien cedera servikal yang
dirawat di bagian Bedah Saraf RS Dr. Hasan Sadikin Bandung periode April 2009?April 2010. Observasi kohor
prospektif rata-rata nilai FIM pasien cedera servikal adalah 4±1,63. Analisis chi-kuadrat menyebutkan bahwa tidak
terdapat hubungan umur, jenis kelamin, jenis trauma, onset trauma, abnormalitas servikal dengan besarnya nilai FIM
pasien cedera servikal. Terdapat hubungan jenis lesi cervical spine, ASIA impairment score dengan besarnya nilai FIM
pasien cedera servikal. Jenis lesi cervical spine dan ASIA impairment score memiliki hubungan bermakna dengan
besarnya nilai FIM pasien 6 bulan pascacedera servikal.
Cervical spine injury is one of the most common spinal cord injuries in trauma patients. From 100,000
spinal cord injury cases reported in the United States of America (2008), sixty seven percent involve cervical spine
injury. American Spinal Cord Injury Association (ASIA) impairment score is used as an initial assessment but not
enough attention prognostic outcome of these patients was paid to. The objective of this study is to analyze the value of
functional independence measure (FIM) cervical spine injury patients with conservative management and its correlation
with age, sex, type of trauma, onset of trauma, cervical abnormalities, type of cervical spine lesion and ASIA
impairment score. A prospective cohort study was performed to all patients with cervical spine injury treated in
Neurosurgery Department of Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung that fullfiled the inclusion criteria. The subjects were
classified based on age, sex, single/multiple trauma, acute/chronic, cervical abnormalities, complete/incomplete lesion
and ASIA impairment score. The FIM examination was performed in Outpatient clinic of Neurosurgery. T-test and chisquare
test was done to analyze the data. There were 17 cervical spine injury patients treated in Neurosurgery
Department of Dr. Hasan Sadikin Hospital during April 2009?April 2010. The average FIM value of cervical spine
injury in those patients is 4+1.63 by cohort prospective study. There were no correlation between FIM value with age,
sex, type of trauma, onset of trauma and cervical abnormalities. Significant correlations were found between FIM value
with type of cervical spine lesion and ASIA impairment score in cervical spine patients. Type of cervical spine lesion
and ASIA impairment score have significant correlation with FIM value of patients in 6 months after cervical injury."
[Universitas Padjajaran. Fakultas Kedokteran;Universitas Padjajaran. Fakultas Kedokteran;Universitas Padjajaran. Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran. Fakultas Kedokteran], 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aby Yazid Al Busthomy Rofi`i
"Spinal Cord Injury (SCI) dengan neurogenic bladder menyebabkan penurunan quality of life (QOL). Model konseptual QOL mengemukakan bahwa faktor karakteristik individu, karakteristik lingkungan, fungsi biologis, gejala, status fungsional dan persepsi kesehatan umum dapat mempengaruhi QOL. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi QOL. Penelitian ini menggunakan desain deskirptif korelasional pada 55 pasien SCI dengan neurogenic bladder di Indonesia. QOL dinilai dengan menggunakan WHOQOL-BREF. Rerata total skor QOL adalah 47,55.
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan QOL adalah pengetahuan (p=0,006), dukungan sosial (0,000), kondisi lingkungan (p=0,000), status fungsional (p=0,001) dan persepsi kesehatan (0,000). Faktor yang paling berpengaruh adalah persepsi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian optimalisasi proses adaptasi dan rehabilitasi akan membantu persepsi pasien SCI dengan neurogenic bladder untuk dapat hidup normal atau mendekati normal dengan kondisinya.

Spinal cord injury (SCI) with neurogenic bladder lead to decrease of quality of life (QOL). Conceptual model of QOL propose there are several factors influencing QOL. There are characteristics of individual, characteristics of environment, biological function, symptom, functional status, and general health perception. The objective of this study was to analyze factors influencing to QOL. This was descriptive correlational study to 55 SCI with neurogenic bladder patients in Indonesia. QOL was measured by WHOQOL-BREF. Total mean score of QOL was 47,55.
Study showed that factor that significantly correlating with QOL were knowledge (p=0,006), social support (p=0,000), environtment condition (p=0,001), functional status (p=0,001) and heatlh perception (p=0,000). The most influencing factor was health perception. Based on the study result it is necessary to optimize adaptation and rehabilitation process which could help SCI with neurogenic patient perception to life normaly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rasid
"ABSTRAK
Cedera Medula Spinalis (CMS) merupakan kerusakan pada medula spinalis dan
akar syarafnya yang mengakibatkan defisit neurologis akibat trauma atau non
trauma. Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan seseorang terutama masalah kompleks yang muncul setelah cedera medulla spinalis namun masalah seksual masih dianggap tabu (taboo) untuk didiskusikan dan dipublikasikan terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dari pengalaman perubahan fungsi seksual pada klien dengan cedera medulla spinalis. Desain penelitian adalah pendekatan fenomenologi pada enam partisipan. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan catatan lapangan. Analisa data menggunakan metode Collaizi. Penelitian ini menghasilkan enam buah tema yaitu 1) kesedihan akibat kelemahan/perubahan fisik, 2) adanya perubahan fungsi seksual, 3) respon psikologis terhadap perubahan fungsi seksual, 4) cara mengekspresikan fungsi seksual, 5) harapan untuk memenuhi kebutuhan seksual dan 6) harapan terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit dalam
mengatasi masalah kebutuhan seksual

ABSTRACT
Spinal cord injury (SCI) is a damage of the spinal cord and nerve roots that lead to neurological deficits due to trauma or non-traumatic. Sexuality is an integral part of a person's life, especially the complex problems that arise after a spinal cord injury but sexual matters are considered taboo (taboo) to be discussed and publicized, especially in Indonesia. The purpose of this study was to get an idea of the significance of experience changes in sexual function in clients with spinal cord injury. This is a qualitative study with phenomenological approach involving six participants. Collecting data with in-depth interviews and field notes. Data were analyzed with Collaizi's method. The result found six themes,1) sadness due to weakness / physical changes, 2) change in sexual function, 3) the psychological response to changes in sexual function, 4) how to express sexual function, 5) hopes for the sexual needs and 6) expectations of nursing care in hospitals addressing sexual needs"
2016
T45939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Ernandini
"Latar belakaog: Refleks voiding masih banyak dipakai di Indonesia. walaupun menyebabkan banyak komplikasi. Tujuan : Untuk mengetahui penurunan fungsi ginjal pada pasien paraplegi cedera medulla spinalis dengan metode berkemih refleks voiding. Metodologi: Oesain potong lintang deskriptif analitik. Ouapuluh pasien bertempat di 2 Wisma di Jakarta. diperiksa fungsi ginjalnya dengan serum Cystatin C, volume urin sisa diperiksa dengan metode kateterisasi, usa abdomen untuk melihat keadaan patologis di saluran kemih. Hasil : Delapan subyek (40%) mengalami penurunan fungsi ginjal dengan median Cystatin C = 0,88 (0,79 - 1,03). Rerata urin sisa 197 ± 153 mL. Semua subyek mengalami penebalan dan kontur yang tidak rata pada dinding kandung kemih, trabekula enam subyek, divertikel enam subyek, tidak ada subyek mempunyai batu saluran kemih, hidronefrosis bilateral satu subyek. Fungsi ginjal berkorelasi kuat dengan lama cedera (r=O.57 p =0.01) dan lama penggunaan refleks voiding (r=0,54 p=0,01). Volume urin sisa berkorelasi kuat dengan lama cedera (r=O.5 p=O.03) dan lama penggunaan refleks voiding (r=0.5 p=O.03). Simpulan : Berkemih dengan menggunakan metode refleks voiding dalam waktu lama cenderung menurunkan fungsi ginjal dan meningkatkan volume urin sisa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T59093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaleb Tjindarbumi
"Latar Belakang. Gangguan berkemih neurogenik akibat cedera medulla spinalis CMS dapat berupa lesi sakral dan suprasakral. Setelah fase syok spinal, pada fase lanjutan terjadi perubahan karakteristik detrusor dari akontraktil menjadi hiperrefleks disertai adanya detrusor sphincter dysynergia DSD . Lesi suprasakral lebih berisiko untuk menimbulkan tekanan detrusor Pdet yang tinggi baik pada fase pengisian ataupun fase miksi. Teknik berkemih refleks, kateter menetap, kateter berkala atau campuran dinilai dapat berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya Pdet dan perubahan ini hanya dapat dinilai melalui pemeriksaan urodinamik.Tujuan. Menilai apakah tinggi rendahnya Pdet dipengaruhi oleh teknik berkemih yang digunakan pasien CMS lesi suprasakral. Metode. Studi potong lintang dengan menilai Pdet pasien CMS lesi suprasakral yang telah melakukan pemeriksaan urodinamik pada periode 01 Januari 2015 sampai dengan 31 Agustus 2017. Nilai rerata Pdet dinilai pada fase pengisian dan fase miksi. Identifikasi teknik berkemih dilakukan dengan merujuk pada status rekam medis dan dikelompokkan menjadi refleks, kateter menetap, campuran dan kateter berkala.Hasil. Terdapat 66 subyek yang dianalisa dan terdiri dari 32 subyek dengan refleks, 17 subyek dengan kateter menetap, 7 subyek dengan campuran dan sisa 10 subyek dengan kateter berkala. Nilai Pdet pada kelompok kateter berkala lebih rendah dibandingkan kelompok lain tetapi hasil ini tidak signifikan secara statistik p = 0.243 dan p = 0.684 Kesimpulan. Walaupun tidak berbeda secara signifikan, nilai Pdet pada kelompok kateter berkala lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya sehingga apabila memungkinkan teknik kateter berkala tetap direkomendasikan menjadi pilihan teknik berkemih. Pemeriksaan urodinamik secara berkala penting untuk dilakukan dalam menilai dan monitor Pdet.

Background. Neurogenic bladder dysfunction due to spinal cord injury SCI can be classified into sacral and suprasacral lesion. After spinal shock, the recovery phase will have a bladder characteristic of acontractile turning into hyperreflex and presence of detrusor sphincter dyssynergia DSD . Suprasacral lesion has greater risk of producing high detrusor pressure Pdet in the filling and voiding phases. Voiding technique voiding reflex, indwelling cathteter, intermittent catheter and mixed is thought to have effect on the Pdet value and the changes can only be measured by urodynamic examination. Aim. To evaluate whether the high or low value of Pdet is affected by the voiding technique that used by suprasacral lesion SCI patient. Method. Cross sectional study to determine the Pdet of suprasacral SCI patient that has done urodynamic examination within period of 1st January 2015 to 31st August 2017. The average value of Pdet is noted during the filling and voiding phase. Identification of voiding technique is based on medical record and was classified as voiding reflex, indwelling catheter, mixed and intermittent catheter.Result. 66 samples are analyzed and consisted of 32 subjects with reflex, 17 subjects with indwelling catheter, 7 subjects with mixed technique and 10 subjects with intermittent catheter. The Pdet filling and voiding value in intermittent catheter group is lower that other groups although it is not statistically significant p 0.243 and p 0.684 . Conclusion. Although not significantly different, the Pdet value in the intermittent catheter group is lower than other groups so that whenever possible intermittent cathter is still recommended to be technique of choice. Routine urodynamic examination is important to determine and monitoring the Pdet value "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T57687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>