Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Aulia
"Latar belakang. Gagal jantung akut dan aritmia telah menjadi salah satu masalah kesehatan di bidang kardiovaskuler. Hubungan antara aritmia dan gagal jantung dalam mortalitas masih kontroversial. Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara aritmia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut di rumah sakit. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan metode consecutive sampling. Studi ini menggunakan 976 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 – 2006. Hasil. Dalam studi ini, pasien dikategorikan menjadi 2 kelompok, kelompok pasien gagal jantung akut dengan aritmia(42,2%) dan tanpa aritmia (67,8%). Pasien laki-laki mendominasi dengan 68%. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut dengan aritmia selama perawatan adalah 4,1 %. Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,7%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara aritmia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut (p=0,748 CI 95% 0,468-1,726, OR= 0,899). Kesimpulan. Tidak ada terdapat hubungan antara aritmia dengan angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.

Backgrounds. Acute heart failure (AHF) and arrhythmia have become problems in global heath related to cardiovascular. The association between arrhythmia and heart failure with mortality remains controversial. Objective. Define the characteristics of patients with acute heart failure and identify associations between arrhythmia and in-hospital mortality of acute heart failure patients. Methods. The design of this study was cross sectional with consecutive sampling. This study used 976 acute heart failure patients from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) of 5 hospital in Indonesia from december 2005-2006. Result. Patients in this study were categorized in two groups. The first group was patients with arrhythmia (42,2%) and the second was group wihout arrhythmia (67,8%). Majority of the patients were men with 68%. The mortality rate of the first group was 4,1% and from the second was 3,7%. The bivariat analysis showed that there is no association between arrhytmia and in-hospital mortality of AHF patients (p=0,748 CI 95% 0,468-1,726, OR= 0,899). Conclusions. Arrhythmia is not related to in-hospital mortality of AHF patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Escana
"Pembatasan cairan sebagai salah satu intervensi pada pasien gagal jantung masih menjadi kontroversi terkait manfaat yang diperoleh. Karya ilmiah ini merupakan studi kasus yang dilakukan selama lima hari terhadap pasien gagal jantung akut dekompensasi di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembatasan dan pemantauan cairan pada pasien gagal jantung yang mengalami kongesti. Hasil yang didapat yaitu terjadi penurunan berat badan, lingkar perut, klinis kongesti dan persepsi rasa haus setelah dilakukan pembatasan dan pemantauan cairan. Karya ilmiah ini menyarankan bahwa pembatasan cairan perlu dilakukan pada pasien gagal jantung yang mengalami kongesti untuk mengurangi beban kerja jantung dan pemantauan cairan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam perawatan mandiri guna mencegah kejadian rawat inap berulang sehingga dapat terjadi peningkatan kualitas hidup pasien gagal jantung di area perkotaan.

Analysis of Nursing Care in Patient Acute Decompensated Heart Failure and Intervention of Fluid Restriction and Monitoring. Fluid restriction is one of heart failure nursing intervention still controversy regarding the benefits of these interventions. This scientific paper is a case study conducted for five days on acute decompensated heart failure patients in a hospital in Jakarta. This case study aims to determine the effectiveness of fluid restriction and monitoring in congestive heart failure patients. The results showed there a decrease in body weight, abdominal circumference, clinical congestion and perception of thirst after restriction and monitoring of fluids. This scientific paper suggests that fluid restriction needs to be applied in heart failure patients who have congestion to reduce cardiac workload and fluid monitoring also needs to be done to improve the ability of patients in self-care to prevent rehospitalizations so there is an enhancement quality of life in heart failure patients in urban society"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kristoforus Hendra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan seringkali diasosiasikan dengan tingginya frekuensi perawatan di rumah sakit dan lama rawat yang panjang. Sayangnya, hingga saat ini belum ada satupun penelitian yang menggambarkan lama rawat serta profil pasien gagal jantung di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran lama rawat dan mendeskripsikan karakteristik demografis serta karakteristik klinis dari pasien-pasien gagal jantung yang dirawat di RSUPN-CM pada tahun 2012
Metode: Dilakukan suatu studi dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien-pasien gagal jantung di RSUPN-CM selama tahun 2012. Selanjutnya dilakukan pengolahan data secara deskriptif untuk kemudian ditampilkan.
Hasil: Terkumpul data 331 pasien gagal jantung yang dirawat selama tahun 2012. Median usia adalah 58 tahun, 62,2% di antaranya adalah pria, dan 42,9% menggunakan jaminan sosial Askes/In-Health. Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMU dan sederajat sebanyak 23,9%. Median lama rawat 8 hari didapat dari perhitungan yang dilakukan terhadap semua pasien (NYHA I – IV), namun pada mereka yang dirawat dengan kelas fungsional NYHA III – IV saja, median lama rawatnya 9 hari. Pada awal perawatan, median tekanan darah sistolik 124 mmHg, denyut nadi 90 kali permenit, edema perifer terdapat pada 36,9% pasien, hipertensi 57,1%, diabetes mellitus 33,2%, penyakit jantung iskemik 74,9%, gangguan fungsi ginjal pada 46,2%, penyakit saluran pernafasan akut pada 45,9%, dan skor CCI terbanyak adalah 3.
Kesimpulan: Median lama rawat pasien gagal jantung di RSUPN-CM adalah 8 – 9 hari. Sebagian besar pasien adalah pria, berpendidikan SMU, dan menggunakan jaminan Askes/In-Health dengan median usia 58 tahun.

ABSTRACT
Introduction: Heart failure has become global health issue worldwide, as it has been associated with high rate of readmissions and prolonged hospitalizations. Indonesia has never had any publication describing the profile and length of hospital stay of their heart failure patients. Hence, the aim of this study is to obtain the length of hospital stay and describe the demographic characteristic as well as clinical characteristic of heart failure patients in Cipto Mangunkusumo General Hospital hospitalized in the year of 2012.
Methods: A cross sectional study was designed using secondary data from heart failure patients’ medical records in Cipto Mangunkusumo General Hospital admitted during 2012. Furthermore, data were calculated and presented thereafter.
Results: Based on the medical records of the year 2012, 331 heart failure patients were included in the study. Median age was 58 years old, 62,2% were men, 42,9% used Askes/In-Health as their social insurance payor, and as many as 23,9% had graduated from senior high school level. Median length of stay was 8 days for all patients, while for patients admitted with NYHA functional class III – IV, the median length of stay was 9 days. When patients were admitted to hospital, median systolic blood pressure was 124 mmHg, pulse 90 beats per minute, peripheral edema was shown in 36,9% of patients, hypertension in 57,1%, diabetes mellitus in 33,2%, ischemic heart disease in 74,9%, renal impairment in 46,2%, acute respiratory conditions in 45,9% of patients, and the most frequent CCI score was 3.
Conclusions: Median length of stay for heart failure patients in Cipto Mangunkusumo GH is 8 – 9 days. Most patients were men, senior high school graduate, and used Askes/In-Health as their social insurance, with median age 58 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Rusdi
"Latar Belakang: Penanda prognostik dapat menunjang tata laksana stroke iskemik (SI) akut. Protein neuroglobin (Ngb), yang berperan dalam transpor oksigen intrasel neuron dan mengurangi dampak hipoksia, adalah salah satu penanda potensial memenuhi fungsi tersebut.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada pasien SI akut yang dirawat di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada Maret-April 2023. Sampel serum untuk pemeriksaan Ngb diambil pada tiga hari pasca awitan stroke, sedangkan modified Rankin scale (mRS), National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), indeks Barthel (BI) dan Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) diperiksa pada hari ketujuh. Analisis kemaknaan dan kurva receiver operating characteristic (ROC) digunakan untuk mengetahui hubungan Ngb dengan luaran stroke iskemik akut.
Hasil: Sebanyak 42 subjek menjalani analisis. Kadar Ngb serum lebih tinggi pada kelompok dengan skor mRS 3-6 dibandingkan 0-2 (12,42 ng/mL [3,57-50,43] vs 4,79ng/mL [2,25-37,32], p=0,005), dengan skor area di bawah kurva ROC sebesar 0,75. Kadar Ngb juga lebih tinggi pada kelompok dengan NIHSS pulang lebih tinggi (p=0,03), serta BI dan MoCA-Ina yang lebih rendah (p=0,01 dan p=0,002).
Kesimpulan: Kadar Ngb serum pada SI akut yang lebih tinggi berkaitan dengan luaran fungsional jangka pendek yang lebih buruk. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan sebelum terapan klinis.

Background: Prognostic markers can optimize the management of acute ischemic stroke (AIS). The neuroglobin (Ngb), which plays a role in intraneuronal oxygen transport and reduces the effects of hypoxia, is a marker that may perform this function.
Methods: A cross-sectional study was conducted on AIS patients who were treated at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in March-April 2023. Serum samples for Ngb examination were taken three days after the onset of stroke, while modified Rankin scale (mRS), National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), Barthel index (BI) and Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) were examined on the seventh day. Significance analysis and receiver operating characteristic (ROC) curve were used to determine the relationship between Ngb and AIS outcomes.
Results: A total of 42 subjects underwent analysis. Serum Ngb levels were higher in subjects with mRS score of 3-6 than 0-2 (12.42 ng/mL [3.57-50.43] vs 4.79 ng/mL [2.25-37.32], p=0.005). The area under the ROC curve score was 0.75. Ngb levels were also higher in the group with higher NIHSS at discharge (p=0.03), lower BI (p=0.01) and lower MoCA-Ina score (p=0.002).
Conclusion: Higher serum Ngb levels in AIS are associated with poorer short-term functional outcomes. Further research is needed before clinical application.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Octo Tumbur
"Latar belakang : Pasien gagal jantung kronik memerlukan evaluasi pemeriksaan ekokardiografi. Berbagai metode pemeriksaan digunakan dalam pemeriksaan ekokardiografi, diantaranya pemeriksaan LAEF, LAVI, dan LVEF yang terkait dengan penelitian ini. Metode pemeriksaan LAEF dan LAVI memiliki peran dalam menilai remodelling atrium kiri, sedang LVEF terkait dengan fungsi sistolik ventrikel kiri.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menilai korelasi nilai LAEF dan LAVI dengan nilai LVEF pada < 40% dan ≥ 40%.
Metode : Studi potong lintang pada 150 pasien gagal jantung kronik yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi trans-torakal di eko-lab PJT RSCM.Pemeriksaan ekokardiografi metode LAEF dengan metode area length (2 dimensi) pada minimal 2 view eko, sedangkan LAVI dengan metode 2 dimensi. Pemeriksaan LVEF dengan metode Simpson.
Hasil : Pada penelitian didapatkan 150 subjek dengan nilai median LAVI 30,9mL/m2 (RIK 22,08-40,80), nilai median LVEF 55,75 % (RIK 40,75-61,85), nilai LAEF median 31,8 % (RIK 23,98-38,30). Korelasi nilai LAEF dengan nilai LVEF pada LVEF < 40% dengan hasil korelasi positif sedang bermakna (r = 0,614; p <0,001), pada LVEF ≥ 40% dengan hasil korelasi positif sedang bermakna (r =0,580 ; p < 0,001). Korelasi nilai LAVI dengan nilai LVEF pada LVEF < 40% dengan hasil berkorelasi negatif lemah dan tidak bermakna (r = -0,093; p = 0,722), sedangkan pada LVEF ≥ 40% dengan hasil berkorelasi negatif lemah bermakna (r = -0,299; p < 0,001). Dilakukan sub-analisis pada LVEF 40-50%, didapatkan nilai LAEF dan nilai LVEF berkorelasi positif lemah bermakna (r = 0,492; p <0,001). Lalu sub-analisis pada LVEF ≥ 50%, didapatkan korelasi nilai LAEF dan nilai LVEF positif lemah tidak bermakna (r = 0,205; p = 0,063).
Kesimpulan : Terdapat korelasi positif nilai LAEF dengan nilai LVEF pada pasien gagal jantung kronik baik pada HFrEF (LVEF < 40%) dan LVEF ≥ 40%, sehingga nilai LAEF pada cut-off nilai LVEF 40% dapat menjadi salah satu marker menilai proses remodelling atrium kiri. Sedangkan nilai LAVI dengan LVEF pada pasien gagal jantung kronik ditemukan korelasi lemah atau tidak adanya korelasi.

Background : Patients with chronic heart failure require echocardiographic evaluation. Various examination methods were used in echocardiographic examinations, including LAEF, LAVI, and LVEF examinations related to this study. LAEF and LAVI examination methods have a role in assessing left atrial remodeling, while LVEF is related to left ventricular systolic function.
Objective : This study aims to assess the correlation between LAEF and LAVI values with LVEF values at LVEF < 40% and LVEF 40%.
Methods : A cross-sectional study of 150 patients with chronic heart failure who underwent transthoracic echocardiography at the RSCM PJT eco-lab. Echocardiographic examination using the LAEF method with the area length method (2 dimensions), in at least 2 eco views, while the LAVI using the 2-dimensional method. LVEF examination by the Simpson method.
Results : The study found 150 subjects with a median LAVI value of 30.9 mL/m2 (IQR 22.08-40.80), a median LVEF value of 55.75% (IQR 40.75-61.85), a median LAEF value of 31 ,8% (IQR 23.98-38.30). The correlation between the LAEF value and the LVEF value at LVEF < 40% has a moderately significant positive correlation (r = 0.614; p < 0.001), while at LVEF ≥ 40% has a moderately significant positive correlation (r = 0.580 ; p < 0.001). The correlation between the LAVI value and the LVEF value at LVEF < 40% has a weak and insignificant negative correlation (r = -0.093; p = 0.722), while at LVEF ≥ 40% has a weak negative significant correlation (r = -0.299; p < 0.001). Sub-analysis was performed on LVEF 40-50%, and the LAEF value and LVEF value were positively and significantly correlated (r = 0.492; p < 0.001). Then the sub-analysis at LVEF > 50%, it was found that the correlation between the LAEF value and LVEF value were weak positive and not significant correlated (r = 0.205; p = 0.063).
Conclusion : There is a positive correlation between LAEF values and LVEF values in chronic heart failure patients both at HFrEF (LVEF < 40%) and LVEF ≥ 40%, so that the LAEF value at the cut-off LVEF 40% can be one of the markers to assess the left atrial remodeling process. While the value of LAVI with LVEF in patients with chronic heart failure found a weak correlation or no correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adek
"Latar Belakang : Pasien gagal jantung mengalami penurunan kapasitas fungsional akibat timbulnya sesak dan kelelahan saat aktifitas. Kondisi ini juga memberikan dampak psikologis berupa depresi dan kecemasan. Masalah fisik dan mental tersebut dapat menurunkan kualitas hidup. Short Form-36 merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup dari aspek fisik dan mental dan bersifat generik.
Tujuan: Mengetahui hubungan kapasitas fungsional melalui uji jalan 6 menit dengan kualitas hidup yang dinilai dengan SF-36.
Metode : Responden penelitian adalah pasien gagal jantung kronis stabil klasifikasi NYHA fungsional kelas II dan III. Setiap responden dianamnesis,dan dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian mengisi kuesioner SF-36. Untuk menilai kapasitas fungsional, responden melakukan uji jalan 6 menit pada lintasan sepanjang 30 m.
Hasil : Responden pada penelitian ini berjumlah 36 orang. Nilai tengah jarak tempuh pasien gagal jantung klasifikasi NYHA fungsional kelas II dan III masing-masing 333.65m, dan 123.72 m. Jarak tempuh uji jalan 6 menit memiliki hubungan dengan kualitas hidup yang dinilai dengan SF-36 pada domain Fungsi Fisik (r=0.527), Peran Fisik (r=0.459) dan Peran Emosi (r = 0.35).
Kesimpulan : Terdapat korelasi sedang antara kapasitas fungsional pasien gagal jantung kronis stabil klasifikasi NYHA fungsional kelas II dan III dengan kualitas hidup pada domain Fungsi Fisik, Peran Fisik dan Peran Emosi.

Background : Heart failure patients experience reduced functional capicity due to dyspnea and fatigue during activity. The condition also cause psychological problems such as depression and anxiety. Both the mental and physical ailments results in decreased quality of life. The Short Form-36 (SF-36) is a generic assessment tool that can be utilized to measure quality of life from both the physical and mental aspect.
Objective : To measure the correlation between the functional capacity measured using the 6-minute walk test and the quality of life measured using the SF-36.
Methods : The study subjects are chronic stable heart failure patients with New York Heart Association (NYHA) functional class II and III. Each subjects were interviewed, examined, and asked to fill the SF-36 questionnaire. The 6-minute walk test was performed on a 30m long track to measure the finctional capacity.
Results : A total of 36 subjects were included in the study. The median for the total distance walked of heart failure patient with NYHA functional class II and III are 333.65m and 123.72 m. The total distance walked in 6-minute walk test and the quality of life measured using the SF-36 have correlation in the domain of Physical Function (r = 0.527), Role-Physical (r = 0.459) and Role-Emotional (r = 0.35).
Conclusion : There is a moderate positive correlation between the functional capacity of chronic stable heart failure patient with NYHA functional class II and III with the quality of life in the domain of Physcial Function, Role-Physical and Role-Emotional.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 2011
616.1 HUR I;616.1 HUR II
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Deshinta Rosalina Puspitasari
"Kesehatan jantung merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang perlu untuk memeriksakan kesehatan jantungnya secara regular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan jantung mahasiswa reguler FIK UI angkatan 2013 berdasarkan indikator tekanan darah, indeks massa tubuh, dan frekuensi nadi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan metode total sampling. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler FIK UI angkatan 2013. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden yang memiliki faktor risiko masalah kesehatan jantung berdasarkan indikator tekanan darah adalah 32,7%, proporsi responden yang berisiko mengalami masalah jantung berdasarkan indikator indeks massa tubuh adalah 25,5%, sedangkan 8,2% diantaranya berisiko mengalami masalah jantung berdasarkan indikator frekuensi nadi. Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan keperawatan, khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan UI untuk menyedikan program kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan jantung mahasiswanya.

Heart Health is the important component in human life. Therefore, every people need to check their heart health regularly. This study aimed to identify heart health status among regular nursing students at Universitas Indonesia based on blood pressure, body mass index, and pulse rate indicators. This study used descriptive cross-sectional design with total sampling method. Respondents in this study were all nursing students at Universitas Indonesia year 2013. Variable that used in this study are blood pressure, body mass index, and pulse rate. Data in this study were analyzed by using univariat analysis.
This study showed that the proportion of respondents who had a risk in heart problem based on blood pressure indicator were 32,07%. The proportion of respondents who had risk in heart problem based on body mass index indicator were 25,5%, whereas just 8,2% of them had a risk in heart problem based on pulse rate indicator. This study suggested educational nursing institution, and Faculty of Nursing UI in particular, to provide programs which can enhance their student?s heart health.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anharudin
"Cardiovasculer Diseases (CVD) adalah penyakit jantung yang meliputi empat hal yaitu (1) coronary arterial diseases (CAD) atau penyakit jantung koroner (PJK); (2) cerebrovaskular diseases termasuk stroke dan ischemic transient attack (TIA); (3) penyakit arteri yaitu perifer arterial diseases (PAD) dan (4) aterosklerosis aorta. CVD menjadi salah satu pembunuh nomor satu di dunia, karena banyak faktor risiko yang mempengaruhi baik yang dapat dimodifikasi dan yang tidak bisa dimodifikasi sehingga sulit ditangani. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian CVD di PT. X. Untuk saat ini di PT. X faktor risiko yang bepotensi menyumbang kejadian CVD 10 tahun mendatang sudah mulai muncul berdasarkan data kesehatan pemeriksaan kesehatan rutin tahunan pekerja tahun 2021. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan tahunan 2021 terdapat peningkatan faktor risiko CVD meliputi angka obesitas 65,5%; kolesterol total tinggi 50,13%; diabetes mellitus 4,3 % dan hipertensi 5,79%. Studi ini merupakan studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dengan menganalisis data primer dan sekunder untuk menggambarkan faktor risiko CVD termasuk prediksi 10 tahun mendatang bagi para responden menggunakan metode Framingham Risk Score (FRS), Skor Kardiovasar Jakarta (SKJ) dan WHO Chart serta menganalisis risiko CVD di PT X tahun 2022. Penelitian ini menemukan bahwa dengan metode Framingham Risk Score (FRS); Skor Kardiovaskuler Jakarta (SKJ) dan WHO Chart diperoleh persentase responden dengan risiko tinggi terjadinya CVD masing-masing adalah (10,2%); (18,7%) dan (1,7 %) dengan (n=235). Hasil penelitian juga menunjukan dari beberapa faktor risiko didapatkan bahwa (46,0%) responden berusia dibawah 40 tahun dan (77,0%) responden berjenis kelamin laki-laki., sedang untuk faktor risiko CVD merokok didapatkan (26,8%); BMI dengan obesitas (26%); HDL poor (34,5%); kolesterol total tinggi (37,9%); diabetes militus (10,6 %); tekanan darah tinggi (11,9%) dan mempunyai aktivitas rendah (93,2%). Faktor risiko dominan berupa merokok dari hasil analisis diperoleh pula nilai (OR=13,7), artinya seseorang yang merokok mempunyai peluang 13,7 kali berisiko lebih tinggi mengalami CVD dibandingkan dengan seseorang yang tidak merokok. Selain merokok adalah diabetes mellitus, dengan nilai (OR=7,6) artinya seseorang yang mengalami diabetes mempunyai peluang 7,6 kali berisiko lebih tinggi mengalami CVD dibandingkan dengan seseorang yang tidak diabetes mellitus. Juga HDL, dari hasil analisis diperoleh nilai (OR=7,7), artinya seseorang yang memiliki HDL rendah mempunyai peluang 7,7 kali berisiko lebih tinggi mengalami CVD dibandingkan dengan seseorang yang HDL tinggi. Secara garis besar masukan terhadap perusahaan adalah program pencegahan CVD agar dibuat continues dan serentak di berbagai Region atau Unit, serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja akan pentingnya menjaga kesehatan dan menerapkan reward dan konsekuensi secara lebih konsisten.

Cardiovascular Diseases (CVD) is heart disease which includes four major diseases, namely (1) coronary arterial diseases (CAD) or coronary heart disease (CHD); (2) cerebrovascular diseases including stroke and ischemic transient attack (TIA); (3) arterial disease, namely peripheral arterial diseases (PAD) and (4) aortic atherosclerosis. CVD is one of the number one killer diseases in the world, because there are many modifiable and non-modifiable risk factors that affect it and making it difficult to treat. The purpose of this study was to analyse various factors related to be CVD at PT. X. Currently at PT. X risk factors that have the potential to contribute to be CVD in the next 10 years have started to appear based on the health data for the 2021 annual routine medical examination of workers. Based on the results of the 2021 annual health examination, there is an increase in CVD risk factors including an obesity rate of 65.5%; high total cholesterol 50.13%; diabetes mellitus 4.3% and hypertension 5.79%. This study is a cross-sectional study with a quantitative approach by analysing primary and secondary data to describe CVD risk factors including predictions for the next 10 years for respondents using the Framingham Risk Score (FRS) method, Jakarta Cardiovascular Score (SKJ) and WHO Chart as well as analysing CVD risk at PT X in 2022. This study found that using the Framingham Risk Score (FRS) method; The Jakarta Cardiovascular Score (SKJ) and the WHO Chart obtained the percentage of respondents with a high risk of developing CVD, respectively (10.2%); (18.7%) and (1.7%) with (n=235). The results of the study also showed that from several risk factors it was found that (46.0%) of respondents were under 40 years old and (77.0%) of respondents were male, while for CVD risk factors smoking was obtained (26.8%); BMI with obesity (26%); poor HDL (34.5%); high total cholesterol (37.9%); diabetes mellitus (10.6%); high blood pressure (11.9%) and have low activity (93.2%). The dominant risk factor in this study is smoking. From the results of the smoking analysis also obtained a value (OR = 13.7, meaning that someone who smokes has a 13.7 times higher risk of getting CVD compared to someone who does not smoke. Other dominant risk factor is diabetes mellitus, with a value (OR = 7.6) meaning that someone who has diabetes has a 7.6 times higher risk of getting CVD compared to someone who does not have diabetes mellitus. Also, HDL with the results of the analysis obtained a value (OR = 7.7), meaning that someone who has low HDL has a 7.7 times higher risk of getting CVD compared to someone with high HDL. Main input to the company is a CVD prevention program to be made continuously and simultaneously in various Regions or Units, as well as increasing employee knowledge and awareness of the importance of maintaining health and implementing rewards and consequences more consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosalina
"ABSTRAK
Kehadiran seorang anak dalam keluarga membawa kebahagiaan
tersendiri bagi keluarga tersebut. Meskipun begitu, jika anak yang lahir
mengalami kelainan maka kebahagiaan tersebut akan terganggu. Penelitian ini
hendak melihat perasaan apa saja yang dialami oleh orang tua yang memiliki
anak dengan kelainan jantung kongenital, bagaimana intensitas dari emosi itu
dan faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi-rendahnya intensitas tersebut.
Pada orang tua yang memiliki anak dengan kelainan, umumnya mereka
mengalami emosi yang negatif (Joliy, 1981; Beth, 1997;Saenz, Beebe dan Triplett,
1999). Intensitas emosi yang dialami juga beragam. Meskipun begitu, literatur
maupun penelitian mengenai emosi dan intensitas emosi pada orang tua yang
memiliki anak dengan kelainan jantung kongenital masih amat terbatas.
Dikhawatirkan intensitas emosi yang tinggi dari orang tua dapat membawa
akibat negatir terhadap perkembangan anak. Bertolak dari pemikiran tersebut,
penelitian ini hendak mengetahui perasaan apa saja yang dialami oleh orang
tua yang memiliki anak dengan kelainan jantung kongenital, bagaimana
intensitas dari emosi itu, faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi-rendahnya
intensitas tersebut dan proses coping apa yang dilakukan oleh orang tua dalam
menghadapi situasi tersebut.
Emosi yang dialami oleh orang tua diteliti berdasarkan teori
Multidimensional Emosi dari Plutchik dan Core Relational Theme (CRT) dari
Lazarus. Teori Multidimensional Emosi mengemukakan bahwa emosi terbagi
dalam ragam dan intensitasnya (Plutchik, 1994). CRT dari Lazarus
mengemukakan tentang inti dari keuntungan dan kerugian yang ada pada tiap
emosi (Lazarus dalam Plutchik, 1994). Pengalaman emosi yang dialami orang tua
akan dibahas menggunakan sistem emosi dari Lazarus. Dalam sistem ini
disebutkan bahwa orang mengadakan penilaian terhadap suatu situasi yang
dialaminya. Terdapat 2 penilaian, penilaian primer berkaitan dengan nilai suatu
peristiwa dalam kehidupan seseorang dan penilaian sekunder berkaitan dengan
pilihan coping dan harapan di masa mendatang (Lazarus dalam Goldberger
dan Breznitz, 1993). Lazarus mengemukakan 2 proses coping yaitu coping yang
terfokus pada emosi dan coping yang terfokus pada masalah. Dalam penelitian
ini turut dibahas mengenai parenting yang terbagi lagi menjadi fathering dan
mothering. Thevenin (1993) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang
bersifat saling melengkapi antara peran ayah dan ibu.
Partisipan penelitian ini terdiri dari 4 pasang orang tua yang memiliki anak
dengan kelainan jantung kongenital. Adapun anak ini diketahui mengalami kelainan sejak usia 0-3 bulan dan pada saat penelitian usia anak berkisar antara
15-19 bulan. Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Disamping itu, terdapat
lembaran yang berisi mengenai data diri partisipan serta sejumlah nama emosi
untuk memudahkan partisipan mengingat emosi yang pernah dirasakannya.
Mengingat banyaknya data yang didapat maka peneliti menggunakan metode
analisa antar kasus dalam penyajian. Begitu pula dengan analisa data dilakukan
dengan metode analisa antar kasus seperti yang tertulis dalam Miles dan
Huberman (1994) dengan sedikit perubahan sesuai kebutuhan penelitian.
Umumnya selama setahun terakhir ini, orang tua merasakan emosi negatif
seperti cemas, sedih, mengalah atau pasrah dan kasihan. Orang tua juga
mengalami emosi positif seperti harapan, terkejut, berjaga dan cinta. Adapun
intensitas dari emosi yang dialami tidak terlalu tinggi, umumnya terletak pada
tingkat kedua dari Model Multidimensional Emosi dari Plutchik. Dalam penelitian
ini, faktor-faktor yang terlihat mempengaruhi tinggi-rendahnya intensitas tersebut
adalah tingkat kebocoran atau keluhan yang dialami anak, peran dokter dan
paramedis serta urutan kelahiran anak yang mengalami kelainan.
Dalam menghadapi permasalahan biaya, para orang tua melakukan
coping yang terfokus pada masalah. Berkaitan dengan masalah kesehatan
anak, para ayah melakukan coping yang terfokus pada emosi sedangkan para
ibu melakukan coping yang terfokus pada masalah.
Para orang tua cenderung untuk membebaskan anaknya dalam
beraktivitas. Meskipun begitu, pengawasan tetap dilakukan berkaitan dengan
tingkat bahaya kegiatan dan kemampuan anak. Perbedaan pola pengasuhan
antara anak yang mengalami kelainan dengan anak yang normal juga
ditemukan dalam penelitian ini. Pengasuhan anak yang mengalami kelainan
dilakukan bersama oleh ayah dan ibu.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada para dokter,
tepatnya dokter spesialis jantung anak, dan paramedis untuk dapat memberikan
dukungan sosial yang amat dibutuhkan oleh orang tua pasien. Dalam
pengasuhan anak yang mengalami kelainan jantung kongenital hendaknya
orang tua membiarkan anak beraktivitas sebatas kemampuan anak tersebut.
Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai topik kelainan
jantung kongenital ini. Harapan tersebut dilontarkan mengingat masih sedikitnya
penelitian mengenai topik ini sedangkan kasus kelainan jantung kongenital
dapat dikatakan cukup sering terjadi (8-10 bayi dari 1000 kelahiran, Baraas, 1995).
Hal ini membuat pengetahuan akan berbagai aspek dari topik ini menjadi
semakin penting."
2002
S3140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>