Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yani Zamriya
"Tetraeter lipid (TEL) merupakan salah satu produk hasil ekstraksi Thermoplasma acidophilum yang bersifat stabil dalam suhu tinggi dan pH rendah. TEL dapat ditambahkan dalam kombinasi liposom untuk menambah kestabilan liposom. Salah satu kombinasinya adalah liposom yang dibuat dari lesitin / fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidyl Choline / EPC) dan TEL 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang kemudian dinamakan liposom EPC-TEL 2,5. Pada liposom EPC-TEL 2,5 belum pernah diuji apakah TEL dapat didegradasi oleh tubuh (hepar) secara in vivo, sehingga perlu dilakukan uji untuk menilai hasil degradasi TEL dalam suspensi hepar mencit. Penilaian hasil degradasi TEL oleh hepar dilakukan dengan membandingkan retention factor (Rf) pada hepar kontrol yang diberikan TEL secara in vitro dan hepar mencit 1 jam setelah injeksi liposom intraperitoneal pada lembar kromatografi lapis tipis (KLT).
Pada hasil penelitian tampak bahwa, baik pada hepar kontrol dengan TEL maupun pada hepar 1 jam setelah injeksi liposom intraperitoneal tidak ditemukan bercak TEL pada lembar KLT. Oleh karena itu hasil penelitian ini belum dapat menyimpulkan ada atau tidaknya degradasi TEL di hepar, sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis TEL yang lebih tinggi, eluen yang tepat, lembar KLT yang lebih panjang, standar TEL dan metabolitnya, dan alat pendeteksi liposom yang lebih sensitif.

Tetraether lipid (TEL) is one of the extraction product from Thermoplasma acidophilum which is stable at high temperature and low pH. TEL can be added in liposome combinations to increase liposome's stability. One of the combinations is liposome made from lecithin / Egg yolk Phosphatidyl Choline (EPC) and 2.5 mol % TEL from Thermoplasma acidophilum, named EPC-TEL 2.5 liposome. Whether TEL in EPC-TEL 2.5 liposome can be degraded by liver within the body in vivo hasn't been tested, therefore the test to measure TEL degradation in mouse's liver cells suspension is needed. The measurement of degradation product is conducted by comparing retention factors (Rf) of control liver with TEL added in vitro and liver taken 1 hour after intraperitoneal liposome injection on thin layer chromatography (TLC) sheet.
The result shows, both for control liver with TEL added in vitro and liver taken 1 hour after intraperitoneal liposome injection, there are no TEL spots on TLC sheet. Thus, the result couldn't conclude TEL degradation in liver, hence further studies using higher TEL dosage, appropriate eluent, longer TLC sheet, standard for TEL and its metabolites, and device which could detects liposome more sensitive are needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S09127fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Saidah
"Liposom EPC-TEL 2,5 adalah salah satu formulasi liposom yang sedang dikembangkan untuk menambah kestabilan liposom sebagai pembawa obat. Liposom ini dibuat dari kombinasi fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidil Choline/EPC) dan Tetraeter Lipid (TEL) 2,5 mol %. TEL yang digunakan berasal dari membran Archaea Thermoplasma acidophilum. Biodegradasi liposom ini belum pernah diuji, terutama apakah TEL dalam formulasi liposom EPC-TEL 2,5 dapat terdegradasi oleh tubuh, baik secara in vitro maupun in vivo. Dalam penelitian ini dilakukan uji biodegradasi in vivo dengan mengukur degradasi TEL dalam suspensi sel hepar mencit. Penilaian terdegradasi atau tidaknya TEL dilakukan dengan membandingkan Retention Factor (Rf) bercak TEL pada kontrol dan hepar mencit 4 jam setelah injeksi liposom intraperitoneal pada plat Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pada hasil KLT, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak ditemukan bercak TEL sehingga ada atau tidaknya degradasi TEL oleh hepar belum dapat diketahui dari hasil penelitian ini. Untuk itu dibutuhkan penelitian lanjutan menggunakan dosis TEL yang lebih tinggi atau alat yang dapat mendeteksi partikel dengan ukuran yang lebih kecil.

EPC-TEL 2.5 liposome is one of liposome formulas currently developed to increase liposome’s stability as drug carrier. The liposome is made from lecithin / Egg yolk Phosphatidil Choline (EPC) and 2.5 mol % Tetraether Lipid (TEL). This experiment was conducted to test degradation of this liposome in liver in vivo, specifically to know whether TEL in EPC-TEL 2.5 was degraded or not by mice liver 4 hours after intraperitoneal liposome injection. TEL degradation was evaluated by comparing the Retention Factor (Rf) of TEL spot of analyzed mice liver suspension to the Rf of control sample. Unfortunately, TEL spot of analyzed mice liver suspension and control sample was not detected by TLC sheet used in this research, therefore TEL degradation couldn’t be determined. For that reason, further research with higher TEL dose or using more sensitive devices is needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Agung Wibowo
"Pada penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang diperlukan terapi obat dengan dosis tinggi dalam jangka panjang. Hal ini tentunya dapat menimbulkan efek samping yang berat dan serius. Belakangan ini telah banyak dikembangkan berbagai penelitian mengenai pembawa obat (drug carrier), yaitu suatu sediaan yang dibuat agar obat dapat langsung atau mempermudah obat masuk ke dalam organ atau reseptor sasaran. Dengan memasukkan obat ke bahan pembawa obat misalnya liposom, diharapkan efek samping sistemik yang terjadi dapat ditekan. Liposom dapat dibuat dari berbagai macam lipid. Kombinasi bebeapa lipid dapat dilakukan untuk menambah kestabilan liposom, salah satunya adalah liposom formulasi baru yang dibuat dari kombinasi lesitin kuning telur (Egg yolk Phosphatidil Choline / EPC) dan Tetraeter Lipid (TEL) 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang kemudian dinamakan sebagai liposom EPCTEL 2,5. Salah satu kriteria pembawa obat yang baik hendaknya bersifat mudah didegradasi oleh tubuh (biodegradable). EPC merupakan fosfolipid; sementara fosfolipid adalah komponen utama penyusun membran biologis sehingga aman bagi tubuh. Di lain pihak TEL, lipid yang berfungsi untuk meningkatkan kestabilan liposom merupakan lipid hasil ekstraksi membran Thermoplasma acidophilum yang belum diketahui degradasinya dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa liposom EPC-TEL 2,5 aman digunakan dalam pengobatan jangka panjang dengan menilai hasil biodegradasi TEL secara in vivo di hepar mencit, yaitu dengan menilai spot atau retention factor (Rf) hasil degradasi TEL yang diperoleh dari suspensi hepar mencit jantan dan betina C3H setelah 30 menit pemberian liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal dengan dosis 0,1 mmol TEL yang setara dengan 148,8 µg TEL, dibandingkan dengan kontrol pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukannya bercak TEL pada lempeng KLT baik pada kontrol maupun pada hepar 30 menit setelah injeksi TEL intraperitoneal. Hasil tersebut di atas belum dapat menyimpulkan ada tidaknya degradasi TEL di hepar 30 menit setelah injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menggunakan alat yang lebih sensitif.

Treatment of disease that require longterm utilisation at high doses is associated with serious adverse effects. Lately, many attempts have been performed to find the appropriate drug carrier to deliver the drug directly into the target organ or receptor so that the systemic adverse effect can be minimized and the effectivity as well as efeciency can be increased. Liposome can be made from many kinds of lipid. Several lipid combinations can be used to increase liposome?s stability, one of which is new liposome formulation made from lecithin / Egg yolk Phosphatidil Choline (EPC) and 2,5 mol % Tetraether lipid (TEL) from Thermoplasma acidophilum, named EPC-TEL 2,5 liposome. A good drug carrier must be degraded easily by body (biodegradable).
The aim of this study was to find out that is whether TEL in EPC-TEL 2,5 liposome can be degraded by liver, in vivo. Parameter used for determining TEL degradation is whether there are more than one spot in liver 30 minutes post-intraperitoneal injection with dose 0,1 mmol (148,8 µg TEL) compared to control?s Rf in Thin Layer Chromatography (TLC).
Result shows there are no TEL spots on TLC sheet both for control liver and liver taken 30 minutes after intraperitoneal liposome injection. Thus, the result couldn?t conclude TEL degradation in liver, hence further studies using more sensitive device is needed.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09056fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nelfidayani
"Liposom merupakan vesikel membran berukuran sangat kecil, berbentuk bulat dan tersusun atas lipid amfifilik yang menyelubungi inti air. Vesikel ini dapat digunakan sebagai pembawa obat (drug carrier) dan diisi dengan berbagai jenis molekul seperti molekul obat kecil, protein, nukleotida dan bahkan plasmid. Liposom dikembangkan sebagai usaha untuk mengurangi dosis obat pada terapi jangka panjang. Dengan target langsung pada sel, liposom terbukti meningkatkan efektivitas obat sekaligus mengurangi efek samping sistemik yang ditimbulkan obat. Liposom dapat dibuat dari berbagai macam lipid, salah satunya dengan kombinasi fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidil Choline / EPC) dan TEL 2,5 mol % dari Archaebacterium Thermoplasma acidophilum yang kemudian dinamakan sebagai liposom EPC-TEL 2,5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan CaCl2 150 mOsmol pH 7 terhadap stabilitas liposom EPC-TEL 2,5 yang telah disonikasi selama 60 menit dan disimpan pada suhu 40C. Parameter kestabilan yang diukur adalah tidak bertambahnya jumlah dan diameter liposom yang berukuran lebih dari 100 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter liposom yang berukuran lebih dari 100 nm dapat dinyatakan stabil karena pada analisis stabilitas tidak berbeda secara bermakna setelah pengamatan hari ke-0, 7, 30, 60, dan 90 pada semua perlakuan liposom dibandingkan dengan kontrol tanpa pemaparan larutan CaCl2 150 mOsmol pH 7.

The Effect of CaCl2 Solution 150 mOsmol pH 7 to Sonicated Liposome Tetraether Lipid (EPC-TEL 2,5) Stability. Liposome is very small round membrane vesicle and consists of amphiphilic lipid which sheaths the aqueous core. This vesicle can be used as drug carrier and filled with various molecules such as small drug molecules, proteins, nucleotides, and even plasmid. Liposome is developed as the way to reduce drug dosage in long time therapy. With direct target in the cell, liposome is proven in both increasing the drug efficacy and decreasing the drug systemic side effects. Liposome can be made from many kinds of lipids, which one is combination of Egg yolk Phosphatidil Choline / EPC and TEL 2,5 mol % from Archaebacterium Thermoplasma acidophilum which is then called as liposome EPC-TEL 2,5. This research aims to know the effect of CaCl2 aqueous 150mOsmol pH 7 to the liposome EPC-TEL 2,5 stability which has been sonicated for 60 minutes and kept at 4oC. The stability parameter is the state condition (not changing in diameter and amount larger than 100 nm) of liposome. There was no significant increase of amount of liposome which sizes were greater than 100 nm after observation at day 0, 7, 30, 60, 90 in all liposome condition in comparison with control without any addition of CaCl2 150 mOsmol pH 7."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09054fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Asrini Noor
"Liposom telah diteliti dan dikembangkan selama bertahun-tahun sebagai pembawa obat yang mampu menurunkan dosis obat dengan cara meningkatkan efektivitas obat dan menurunkan efek samping sistemik pada terapi jangka panjang. Liposom, disebut juga gelembung lemak, merupakan partikel koloid yang terdiri dari molekul-molekul fosfolipid sebagai konstituen utama. Walaupun kandungan lemaknya dapat bervariasi, banyak formulasi yang menggunakan produk sintesis fosfolipid alami, terutama fosfotidilkolin. Salah satunya adalah formulasi baru liposom yang merupakan kombinasi dari fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidyl Choline/EPC) dan tetraeter lipid (TEL) 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang kemudian dikenal dengan nama liposom EPC-TEL 2,5. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji stabilitas liposom EPCTEL 2,5 setelah sonikasi selama 60 menit dan pemaparan larutan elektrolit, yakni NaCl dan MgCl2 150 mOsm pH 7 serta penyimpanan pada suhu 4oC selama tiga bulan. Parameter kestabilan yang diukur adalah tidak bertambahnya jumlah dan diameter liposom yang berukuran lebih dari 100 nm. Hasil dan Kesimpulan: Tidak ditemukan peningkatan jumlah dan diameter liposom yang berukuran lebih dari 100 nm secara bermakna setelah pengamatan pada hari 0, 7, 30, 60, dan 90 baik pada pemaparan NaCl pH 7 maupun MgCl2 pH 7 dibandingkan kontrol.

Liposome has been studied and developed for many years as drug carrier which is able to reduce the dose of certain drugs by improving drug?s efficacy with lesser systemic side effects particularly in long term therapy. Liposome is colloid particles composed of phospholipids molecules as main constituent. Although its lipid component can be made from different combinations, many formulations use natural phospholipids products. The new formulation of liposome is a combination of Egg yolk Phosphatidyl Choline (EPC) and tetraether lipid (TEL) 2,5 mol % from Thermoplasma acidophilum which is known as liposome EPC-TEL 2,5. The aim of this study was to test the chemical stability of liposome EPC-TEL 2,5 after 60 minutes of sonication and addition of electrolyte solution, NaCl and MgCl2 150 mOsm pH 7 and refrigerated at 4oC for three months. The stability parameter was that the amount and diameter of liposome larger than 100 nm did not increase or it would be considered unstable due to aggregation and fusion. The amount and diameter of liposome particles greater than 100 nm did not show significant change or increase after refrigeration at 4oC and observation at day 0, 7, 30, 60, and 90 in group NaCl pH7 and MgCl2 pH 7 compared to control group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09055fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Safitri
"Sebagai suatu pembawa obat (drug carrier), liposom dapat mengubah farmakokinetik obat yang dibawanya, sehingga obat dapat bekerja langsung pada target sasaran sedangkan efek sampingnya akan berkurang. Untuk menjadi pembawa obat yang baik, liposom harus memenuhi persyaratan mutlak yaitu stabil secara kimia, fisika dan biologi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan liposom adalah komposisi penyusunnya, antara lain yang sedang dikembangkan saat ini adalah liposom EPC-TEL 2,5. Liposom EPC-TEL 2,5 tersusun atas Fosfatidilkolin kuning telur (egg-yolk Phosphatidylcholine=EPC) dan Tetraeter lipid (TEL) yang berasal dari bakteri Thermoplasma acidofilum. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji stabilitas kimia berupa penambahan garam NaCl 150 mOsmol pH 7 pada liposom EPC-TEL 2,5 yang telah disonikasi selama 60 menit. Penambahan jumlah liposom berukuran lebih dari 100 nm, menjadi indikator perubahan stabilitas liposom pada penelitian ini. Hasil dan Kesimpulan: Tidak terdapat penambahan jumlah liposom yang berukuran lebih dari 100 nm secara bermakna setelah penambahan garam NaCl 150 mOsmol pH 7 dibandingkan kontrol.

As a drugs carrier, liposome can alter the pharmacokinetics of the entrapped drugs. Thus, drugs can act directly on the targeted cell while their systemic side effects are reduced. To become an effective drugs carrier, liposome must reach its stability in chemical, physical, and biological conditions. Liposome stability can be achieved by changing the lipid composition, such as EPC-TEL 2,5 which is made from the combination of Egg Yolk Phosphatydyl Coline (EPC) and TEL 2,5 mol % that is extracted from Thermoplasma acidofilum. The aim of this study is to test the chemical stability of liposome EPC-TEL 2,5 with sonication by addition of NaCl 150 mOsmol pH 7 solution. The increase in number of liposome larger than 100 nm is the stability parameter in this study. After observation at day 0, 7, 30, 60, 90, there was no significant increase in the number of liposome larger than 100 nm after addition of NaCl 150 mOsmol pH 7 compared with control."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09058fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Aditya Toga Sumondang
"Secara umum, obat yang digunakan pada pemberian sistemik dengan dosis tinggi untuk jangka panjang umumnya menyebabkan efek toksik. Salah satu upaya untuk menekan efek samping obat adalah dengan menginkorporasikan obat tersebut ke dalam pembawa obat (drug carriers) sehingga obat dapat langsung mencapai organ sasaran dengan dosis rendah. Salah satunya obat yang diteliti dan terbukti dapat menurunkan efek samping obat adalah liposom, yaitu liposom EPC-TEL2,5 yang belum teruji stabilitasnya secara fisik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas liposom EPC-TEL2,5 dengan perlakuan ekstrusi dan sonikasi yang disimpan pada suhu kamar. Kestabilan liposom ditentukan dengan melihat perbandingan jumlah dan diameter liposom hari pertama sampai dengan akhir bulan ketiga. Dengan menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis didapatkan liposom yang berdiameter ≤ 100 nm dan > 100 nm masing-masing p = 0,001dan p = 0,031 yaitu terdapat perbedaan bermakna jumlah liposom. Hasil dilanjutkan dengan analisis post hoc dengan Mann-Whitney didapatkan liposom ekstrusi diameter < 100nm tidak stabil pada hari ke-1 (p = 0,016) dan ekstrusi diameter > 100 nm sampai hari ke-7 ( p=0,008). Hasil sonikasi berdiameter < 100 nm dan > 100 nm didapatkan p = 0,917 dan p = 0, 738 menunjukkan stabil hingga hari ke- 84.

In general, drugs that are used systemically in high dose and for a long time are very toxic. Incorporating the drugs to drug carriers so that it can directly reach its target organ is an effort to prevent the drug?s side effects. One of the drug carriers, which has been studied many times and proved to reduce drugs? side effects is liposome, especially EPC-TEL2,5 liposome. The purpose of this study is to compare the stability of EPC-TEL2,5 liposome after being extruded, sonicated and stored in room temperature in three month. Liposome stability is determined by comparing liposome level and diameter since the first day until the end of third months. Using Kruskal-Wallis nonparametric test, we found that liposome < 100 nm (p = 0,001) and liposome > 100 nm (p = 0,031). With post-hoc analysis Mann-Whitney, we found that liposome with extrusion < 100 nm was stable until day-1. Liposome with extrusion > 100 nm was stable until day-7. Liposom with sonication < 100 nm dan > 100 nm stable until day-84 (p = 0,917 and p = 0,738)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Wendy M.
"Obat yang digunakan pada pemberian sistemik dengan dosis tinggi untuk jangka panjang umumnya sangat toksik. salah satu upaya untuk menekan efek samping obat adalah dengan menginkorporasikan obat tersebut kedalam pembawa obat (drug carries) sehingga obat dapat langsung mencapai organ sasaran. Salah satu pembawa obat yang belum banyak diteliti karena merupakan formula liposom yang baru yaitu liposom EPC-TEL 2,5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas liposom EPC-TEL 2,5 dengan perlakuan ekstruksi pada dua suhu penyimpanan yang berbeda (4 derajat dan 37 derajat celcius) selama tiga bulan. Kestabilan liposom ditentukan dengan membandingkan jumlah dan diameter liposom."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09123fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Heptayana
"Liposom merupakan salah satu produk nano yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas obat dan menurunkan efek sampingnya jika digunakan dalam jangka panjang. Sebagai pembawa obat, kini telah dikembangkan liposom formulasi baru yang mengandung lesitin/ fosfatidilkolin kuning telur (egg yolk phosphatidyl choline = EPC) dan TEL 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum, dinamakan sebagai liposom EPC-TEL 2,5. Liposom EPCTEL 2,5 belum pernah diuji stabilitas kimianya dengan pemajanan larutan CaCl2 350 mOsmol pH 7 secara in vitro. Pengujian dilakukan dengan menghitung jumlah liposom dengan pajanan larutan dan tanpa pajanan pada diameter ¡Ü 100 nm dan > 100 nm. Hasil penelitian menunjukkan liposom formulasi baru EPC-TEL 2,5 yang disonikasi dengan pajanan CaCl2 350 mOsmol pH 7 tidak stabil dari awal penelitian sampai akhir penelitian.
350 mOsmol pH 7 exposure.

Liposome is one of the nanotechnology products which is now being developed to increase drug effectivity and to decrease drug adverse effects in long term use. As a drug carrier, the new liposome combination was made from lecithin/ egg yolk phophatidyl choline (EPC) and TEL 2,5 mol% from Thermoplasma acidophilum, named EPC-TEL 2,5. This combination has never been tested before, especially its chemical stability after being exposed to CaCl2 350 mOsmol pH 7 in vitro. Chemical stability test for liposome EPC-TEL 2,5 was done by counting liposome particle (which diametre ¡Ü 100 nm and > 100 nm), with and without CaCl2 exposure. It is found that the new liposome combination EPCTEL 2,5 with CaCl2 exposure is not stable from beginning until the end of research."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Rachmawati
"Sebagai pembawa obat yang langsung bekerja pada sel target, liposom terbukti meningkatkan efektivitas obat dan mengurangi efek samping sistemik, terutama untuk terapi jangka panjang. Liposom yang saat ini sedang dikembangkan, merupakan kombinasi fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidil Choline / EPC) dan Tetraeter Lipid 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang kemudian dinamakan sebagai liposom EPC-TEL 2,5. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kestabilan liposom EPC TEL 2,5 hasil sonikasi selama 60 menit, dalam larutan garam yang lazim digunakan sebagai larutan elektrolit, NaCl dan CaCl2 pH 7, dengan penyimpanan pada suhu 4oC dan pengamatan pada hari ke-0, 7, 30, 60, dan 90. Parameter kestabilan yang diukur adalah tidak bertambahnya diameter liposom dan jumlah liposom yang berukuran lebih dari 100 nm. Hasil dan Kesimpulan: Tidak terjadi peningkatan jumlah liposom yang berukuran lebih dari 100 nm secara bermakna pada liposom yang terpapar NaCl 150 mOsmol pH 7 maupun CaCl2 150 mOsmol pH 7.

Comparative Stability Test of Liposome Tetraether Lipid (EPC-TEL 2,5) After Sonication in NaCl 150 mOsmol pH 7 and CaCl2 150 mOsmol pH 7 Solutions. As a drug carrier which is directly act on targeted cell, liposome has proved to increase drug efficacy and reduce systemic side effect of drugs, especially for long term therapy. Liposome, which has still developed, is the combination of Egg yolk Phosphatidyl Choline (EPC) and Tetraether Lipid 2,5 mol % isolated from the archaebacterium Thermoplasma acidophilum, which is called EPC-TEL 2,5. The aim of this study is to prove the chemical stability of liposome EPC-TEL 2,5 with the addition of selected salts which are commonly used as electrolyte solution (NaCl pH 7 dan CaCl2 pH 7 150 mOsmol), after 60 minutes sonication and storage in 4oC, after observation at day 0, 7, 30, 60, 90. The stability parameters in this study are that diameter of liposome and the amount of liposome larger than 100 nm. There was no significant different between the amount of liposome which have sizes greater than 100 nm in addition of NaCl 150 mOsmol pH 7 or CaCl2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>